4. Keluarga

Pak Padmo; ayah Winarsih telah meninggal empat tahun yang lalu saat gadis itu masih berusia tujuh belas tahun. Ayahnya meninggal setelah 3 tahun berjuang dengan penyakit strokenya. Berbagai upaya mereka lakukan untuk mengobati sang ayah untuk bisa sembuh dari penyakit itu. Baik pengobatan medis maupun tradisional.

Setiap hari senin pada minggu kedua dan keempat, Winarsih membawa ayahnya ke rumah sakit daerah yang berpuluh kilometer jaraknya dari desa mereka. Juga berbagai metode pengobatan tradisional yang direkomendasikan para tetangga di desa-desa sekitar telah mereka datangi. Tapi hasilnya nihil. Sang ayah masih terbaring tak berdaya.

Hingga hari ke hari harapan mereka semakin berkurang. Yang awalnya mereka berharap Pak Padmo dapat sehat segar bugar seperti sedia kala, kini mereka hanya berharap sang tulang punggung keluarga itu dapat duduk menggerakkan tangan serta menyendokkan makanannya sendiri ke mulut.

Lama melihat Pak Padmo terbaring, lama-kelamaan Winarsih hanya berharap ayahnya dapat tersenyum menyambut mereka setiap pulang ke rumah di sore hari. Senyum teduh ayahnya pasti bisa menghilangkan rasa letihnya setelah seharian bekerja di bawah terik matahari, pikirnya saat itu.

Semua pengobatan Pak Padmo ketika itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Uang tabungan yang tadinya mereka sisihkan untuk membawa Yanto menjalani terapi di kota, perlahan-lahan mulai menipis. Sepetak sawah milik keluarga mereka tidak menghasilkan secara maksimal karena terlalu sering dianggurkan.

Winarsih dan ibunya sibuk mengurus Pak Padmo yang sakit dan Yanto yang belum mandiri karena down syndrome-nya. Hingga pada akhirnya sedikit demi sedikit hutang keluarga mereka pada tengkulak kaya pun semakin menggunung.

Bu Sumi harus melepaskan satu-satunya sawah sumber mencari nafkah mereka kepada Pak Harto, tengkulak terkaya di Desa Beringin. Uang sisa penjualan sawah bahkan hanya tersisa sedikit dan tak bertahan lebih dari empat bulan di dompet mereka. Semuanya telah habis untuk biaya pengobatan Pak Padmo dan biaya makan sehari-hari.

Setelah Pak Padmo meninggal, Bu Sumi kembali bekerja di sawah itu. Tetapi bukan sebagai pemiliknya lagi, melainkan hanya sebagai pekerja harian yang dipanggil saat si empunya sawah membutuhkan tenaga.

Beberapa kali Winarsih melihat ibunya memandang dengan tatapan muram ke arah lahan sawah yang dulunya milik mereka itu. Tiap ditanya apakah ibunya menyesal telah menjual sawah itu, jawabannya selalu sama. Ibunya tak pernah menyesal.

Meski begitu, Bu Sumi selalu mengatakan bahwa sawah itu adalah hasil kerja keras ayahnya. Jika memang pada akhirnya mereka harus kehilangan sawah itu, Bu Sumi menganggap bahwa jodoh mereka memiliki sawah itu hanyalah sampai di situ. Bu Sumi tak akan menyesal jika sawah itu pada akhirnya bukan menjadi miliknya lagi.

Meski begitu, Winarsih berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa suatu hari dia akan mengembalikan sawah itu kepada ibunya. Sawah itu sudah seperti anak kandung bagi kedua orang tuanya. Mereka merawat dan mengolah lahan itu dengan penuh kasih sayang. Rumah tangga orang tuanya dimulai dari sepetak sawah itu. Bahkan usia sawah itu lebih tua dibandingkan usia Yanto yang baru empat belas tahun.

******

Setelah kepergian Pak Padmo, kini keluarga Winarsih hanya tersisa Ibu dan adiknya yang penyandang Down Syndrome, Yanto.

Yanto yang terlahir istimewa dengan kelebihan kromosom turut membawa penyakit jantung bawaan. Dokter yang pernah memeriksa Yanto semasa bayi mengatakan kalau jantung Yanto memiliki dua kebocoran. Hingga semasa awal kehidupan Yanto, berkali-kali dia disangka meninggal karena sering diam membiru. Berat badannnya pun tak seperti anak seusianya. Umur dua tahun berat badan Yanto pada saat itu hanya delapan kilogram.

Keterbatasan dana dan minimnya waktu yang dimiliki orangtua Winarsih untuk membawa Yanto berobat ke rumah sakit di kota saat itu, membuat mereka pasrah akan nasib si anak bungsu.

Tapi nyatanya, Yanto yang dikira tak akan berumur panjang, malah bisa hidup nyaris normal hingga sekarang. Lagi pula, usia manusia hanya Tuhan yang tahu bukan?

Meski Yanto adalah seorang anak penderita Down Syndrome, sehari-hari Yanto bekerja mengambil upahan untuk mengupas kayu manis. Setiap pagi petani kayu manis mengantarkan beberapa keranjang berisi kayu manis yang harus dibersihkan dengan pisau.

Kayu-kayu manis itu disortir dan dibersihkan oleh para penduduk desa yang mau mengambil upahan. Upah satu kilo membersihkan kayu manis itu seribu rupiah. Dan upah itu akan dibayarkan keesokan paginya saat kayu manis yang telah dibersihkan diambil dan sang petani mengantarkan kayu manis yang baru.

Winarsih awalnya tak mengizinkan adiknya itu turut mengambil upahan membersihkan kayu manis karena khawatir Yanto bisa terluka saat menggunakan pisau.

Tapi saat melihat betapa tekun dan rajinnya Yanto bekerja, Winarsih jadi urung melarangnya. Apalagi Yanto sering ditinggalkan sendirian di rumah, remaja itu tak memiliki teman hingga Winarsih merasa mengambil upahan mengupas kayu manis itu baik untuk adiknya.

Yanto jadi memiliki kesibukan yang digemarinya. Dan melihat kilau kebanggaan di mata Yanto saat memberikan upah bekerjanya kepada ibu mereka pada tiap akhir minggu, Winarsih sangat bahagia.

******

Sudah memasuki hari keempat Winarsih bekerja di kediaman mewah keluarga Hartono. Dalam beberapa hari itu dia merasa betah-betah saja. Semua pegawai wanita yang bekerja di sana rata-rata berusia hampir setengah baya dan dinilainya cukup ramah atau setidaknya bersikap biasa saja kepadanya. Tak ada yang berbisik-bisik atau melengos di hadapannya seperti setiap kali dia berbelanja di salah satu warung di Desa Beringin.

Tak ada seseorang yang sikapnya terasa mengganggu di rumah itu. Yah setidaknya jika seorang tukang kebun atau pembersih kolam renang menggodanya, Winarsih hanya menganggap itu hal yang biasa. Karena di desanya pun, dia kerap bertemu dengan para pria yang iseng. Winarsih sudah tak menganggap itu sebagai bagian dari gangguan.

Asisten rumah tangga yang bekerja di dalam rumah Pak Hartono berjumlah enam orang. Tiga orang termasuk Winarsih, Mbah yang sudah tua dan merupakan pembantu dapur yang paling lama bekerja, serta seorang lagi, wanita paruh baya yang bernama Tina. Meski cocoknya dipanggil ibu, Tina ngotot tetap ingin dipanggil Mbak oleh Winarsih. Mungkin wanita yang baru saja menjanda itu ingin tampil lebih muda.

Sehari-hari merekalah yang mengurusi segala urusan dapur di rumah itu. Termasuk memasak makanan untuk seluruh pegawai yang bekerja di sana.

Tiga orang pegawai lainnya yang bertugas di dalam rumah ada seorang remaja pria dan dua orang wanita yang membersihkan seluruh ruangan dan mengurusi pakaian para majikan.

Sejak tiba di rumah itu, Winarsih tak pernah bertemu dengan pegawai bagian kebersihan rumah dan laundry. Letak kamar Winarsih yang berada di sayap kiri, sangat dekat dengan dapur dan halaman belakang yang berbatasan dengan kolam renang. Dari pintu kamarnya, Winarsih bisa menuju dapur hanya dengan melintasi kebun kecil. Hal itu membuat dia sama sekali tak pernah masuk ke ruang tamu maupun ruang keluarga.

Jarak terjauh kaki Winarsih melangkah di dalam rumah adalah ruang makan. Itu pun Winarsih memasuki ruang makan hanya sekali saat Tina sedang meriang dan wanita itu melimpahkan tugasnya pada Winarsih atas persetujuan dari Mbah. Winarsih membereskan bekas makan keluarga Hartono saat meja itu telah kosong.

Kebiasaan keluarga itu mulai makan bersama adalah saat semua makanan dan peralatan makan telah selesai diatur. Bu Amalia, sang nyonya rumah tidak menyukai adanya pembantu yang hilir-mudik menambahkan sesuatu ke atas meja saat dirinya sedang makan bersama keluarganya.

Menurut Mbah yang sudah bekerja lama di rumah itu, Bu Amalia menganggap semua percakapan yang terjadi di meja makan adalah rahasia keluarga. Terlebih saat Pak Hartono telah menjabat menjadi seorang Menteri. Bu Amalia semakin ketat soal aturannya itu.

Bertolak belakang dengan Bu Amalia yang begitu straight terhadap aturan di rumahnya. Pak Hartono adalah sosok yang terkenal santai dan luwes pembawaannya. Termasuk sikap terhadap para pembantu, tukang kebun dan pegawai bagian keamanan.

Pak Hartono terkenal sebagai seorang yang murah hati di rumah itu. Meski selama empat hari bekerja di sana Winarsih belum pernah bertemu dengan tuan besar-nya, tapi dia bisa membayangkan seperti apa sosok Pak Hartono yang begitu dihargai oleh semua pegawai.

Sedangkan Utomo, dalam empat hari ini, pria itu baru sekali menghubungi Winarsih melalui telepon ruang belakang yang khusus diperuntukkan untuk para pegawai rumah.

Utomo mengatakan bahwa dia sangat sibuk dan sering bekerja lembur. Sebagai pegawai kontrak baru, katanya dia harus pintar-pintar mengambil hati para seniornya di kantor. Apalagi Utomo hanyalah seorang pria dengan lulusan SMA yang diterima bekerja di sana melalui perantara seorang relasi.

Utomo juga mengatakan kalau minggu depan dia akan mendaftar di sebuah universitas swasta yang tak jauh dari kantornya. Winarsih sangat senang karena mendengar suara Utomo yang begitu bahagia dan antusias dengan apa yang sedang dijalaninya sekarang.

Menurut Winarsih, Utomo tak perlu merasa tidak enak karena tak bisa menjenguknya terlalu sering ke rumah itu. Terlebih sekarang-sekarang ini. Winarsih tengah sibuk menimba ilmu memasak makanan kesukaan para majikan mereka dari Mbah. Tak mau berbohong dengan dirinya sendiri, Winarsih mengakui jika dirinya betah bekerja di rumah itu.

Alasannya sederhana, selain karena gajinya yang lumayan, bekerja di rumah itu sangat sedikit mengeluarkan keringat. Winarsih betah sekali meski harus berlama-lama di dapur karena bagian dapur rumah itu pun terpasang AC.

Tapi kata-kata terakhir Utomo sebelum mengakhiri pembicaraannya kemarin, terngiang-ngiang di telinga Winarsih. Pria itu mengatakan rindu dan ingin menciumnya. Winarsih membayangkan ciuman terakhirnya bersama Utomo. Dan kemudian kejadian di pondok bekas pos ronda kembali melintas di kepalanya.

******

Hari sabtu di minggu kedua setelah Winarsih dua minggu bekerja di kediaman keluarga Hartono, mereka lebih sibuk dari biasanya. Mbah mengatakan kalau Pak Hartono akan kembali dari Kalimantan setelah hampir seminggu mengadakan kunjungan kerja di sana.

Entah kapan berangkatnya tiba-tiba Pak hartono sudah akan pulang saja, pikir Winarsih. Rupa Pak Hartono pun diketahui Winarsih hanya dari sebuah foto di dinding ruang makan. Pria tua berwajah tampan yang rambutnya telah memutih semua itu memang terlihat sebagai orang yang ramah.

Tina yang juga bekerja di bagian dapur bersama Winarsih dan Mbah, kebagian tugas berbelanja bahan makanan pada sabtu pagi. Setelah meletakkan semua belanjaannya pada sebuah meja besar tempat di mana mereka biasa meracik sayur-sayuran, Tina pergi menemui Mbah yang sedang duduk memetik tauge. Wanita paruh baya itu juga yang selalu menyusun semua kebutuhan yang tersaji di atas meja sejak mulai sarapan, makan siang atau makan malam.

Sedangkan Mbah sekarang hanya bertugas mengatur menu, atau sesekali memasak makanan kesukaan masing-masing anggota keluarga.

Winarsih sangat menyukai saat-saat mengobrolnya bersama Mbah yang telah berusia 70 tahun lebih. Dia selalu merasa sedang berbicara dengan seorang sepuh dari kampung halamannya.

Mbah sudah ikut bekerja dengan Keluarga itu sejak pernikahan Pak Hartono dan Bu Amalia memasuki tahun keempat.

Sehingga dalam rumah itu, bisa dikatakan Mbah adalah pembantu rumah tangga dengan level tertinggi. Dia sudah tak perlu berlelah-lelah lagi bekerja di dapur.

“Malam ini Bapak pulang dari Kalimantan. Ibu tadi bilang ke saya, masak yang seperti biasa, Mbah. Kesukaannya Bapak dan Pak Dean. Biar kalau nanti malam bapak-anak itu bertemu ributnya enggak gede-gede banget." Tina masuk ke dapur menghampiri Mbah.

Tak mengerti apa yang dibicarakan oleh Tina, hati Winarsih tergerak ingin tahu.

"Memangnya biasa Pak Hartono dan anaknya sering ribut ya Mbak?" tanya Winarsih. Pikiran polosnya selama ini selalu menganggap orang kaya yang sudah serba berkecukupan tak perlu meributkan apa-apa lagi di dalam hidupnya.

"Biasa. Masalah orang kaya. Bapaknya pengusaha yang jadi menteri. Anaknya yang diminta ngurusin usaha bapaknya malah jadi pengacara. Sukses pula. Ya nasibnya memang mau kaya ya gitu ya Mbah? Selonjoran di rumah saja kalau memang takdirnya kaya, pasti kaya," ucap Tina meminta persetujuan Mbah.

*"Ya enggak begitu juga, Tin. Ngotot* tenan omonganmu itu," jawab Mbah dengan logat Jawa yang masih begitu kental.

"Mbah .... Mbah ...." Terdengar suara seorang pria meneriakkan nama Mbah dari arah dalam rumah.

"Itu Pak De...." Perkataan Tina terpotong. Seorang pria telah berdiri di gawang pintu penghubung antara dapur tengah dan dapur utama.

Winarsih setengah terperangah melihat anak majikannya dari jarak begitu dekat. Puncak kepala Dean hampir mengenai puncak gawang pintu.

"Pada ke mana, sih dipanggilin dari tadi nggak ada yang muncul? Itu Papa udah duduk nanya teh bunganya. Jangan gara-gara teh bunga yang terlambat, aku yang bakal ribut di depan." Dean bicara pada Tina.

"Saya baru pulang dari pasar masih beres-beres, Pak," jawab Tina, mengangguk kecil menunjukkan tumpukan belanjaannya.

"Terus kamu ngapain? Eh, pembantu baru! Kamu dari tadi ngapain bengong aja? Cuma ngeliatin orang kerja? Udah diajarin cara bikin teh bunga Papa?" tanya Dean setengah membentak.

Winarsih mengangguk.

"Ya kalo udah, kamu buatin sekarang. Bukannya inisiatif langsung bikin, malah berdiri bengong. Ngeselin banget! Kalo udah selesai cepet anter ke depan!" Suara Dean begitu keras memenuhi seluruh penjuru dapur. Winarsih terhenyak. Dia belum pernah dibentak sebegitu kerasnya oleh siapa pun.

Dean kemudian buru-buru pergi berlalu dari hadapan ketiga asisten bagian dapur yang masih menunduk tak berani menatapnya.

Tak ada keadaan yang benar-benar sempurna di bagian dunia manapun. Saat Winarsih mengira semua hal yang akan dijalaninya selama bekerja di rumah itu akan lancar-lancar saja, kini hati kecilnya berkata lain.

Dean Danawira Hartono, anak majikannya itu sepertinya bakal menjadi sumber keapesan selama bekerja di sana.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Putri Dhamayanti

Putri Dhamayanti

cerewetnya....🤭
ya Allah ya Rabb paringi sabar 🤣

2024-05-01

0

Putri Dhamayanti

Putri Dhamayanti

si anak bungsu, dah keq petasan 🤣

2024-05-01

0

Farni hana

Farni hana

jngan belagu Pak De.. ntar bucin nangis2 pas Bu Win msuk rumah skit krna keguguran

2024-01-16

4

lihat semua
Episodes
1 1. Cita-cita Winarsih
2 2. Persiapan
3 3. Perjalanan
4 4. Keluarga
5 5. Pak Hartono
6 6. Dean Danawira Hartono
7 7. Malam Minggu
8 8. Kepergok
9 9. Mendadak Masak
10 10. In The Night Club
11 11. Sorry, Dear
12 12. Pertengkaran
13 13. Maaf ?
14 14. Luka
15 15. Tak Cukup
16 16. Penyesalan
17 17. Ancaman
18 18. Multivitamin
19 19. Larut Malam
20 20. Monas
21 21. Bye, Love.
22 22. Where Are You?
23 23. Kebisuan
24 24. Get Out of My Car
25 25. Ukuran
26 26. Di Dekat Pohon Bambu
27 27. "Saya laper Pak,"
28 28. Pita Kecil Merah Hati
29 29. Eneg?
30 30. Peluk Aku
31 31. Create Memories
32 32. Calon Asisten Pak Hartono
33 33. Pergunjingan
34 34. Tell Him!
35 35. Duduk Persoalan
36 36. Tempat Bersandar
37 37. Pamit
38 38. Pulang
39 39. Di Mana Kamu?
40 40. Desa Beringin
41 41. Murka Ibu
42 42. Tamu Tengah Malam
43 43. Keputusan
44 44. Kebahagiaan Dean
45 45. Pengakuan
46 46. Pria Dengan Beskap
47 47. Dia, Istriku
48 48. Kekhawatiran Dean
49 49. Dia, Suamiku
50 50. Kerepotan Dean
51 51. Teruntuk Utomo
52 52. Berpapasan
53 53. Bu Winar
54 54. Sakit Bu Amalia
55 55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56 56. Pengakuan Dean
57 57. Pria Miskin?
58 58. Keresahan Winarsih
59 59. Melepas Dean Pergi
60 60. Pelukan Untuk Ibu
61 61. Stay Away From Me
62 62. Tunggu Aku di Kotamu
63 63. Uang Bu Winar
64 64. Rumah Mertua
65 65. Rumah Hijau
66 66. Galaunya Dean
67 67. Bertemu Reporter Desa
68 68. You Are My Home
69 69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70 70. Kabar
71 71. Baik-Baik Sayang
72 72. Where Are You (2)
73 73. Naif
74 74. Kebisuan (2)
75 75. I Heart You
76 76. Tamu di Pagi Buta
77 77. Get Out of My House
78 78. Keluarnya Kartu As
79 79. Langkah Selanjutnya
80 80. Dean Sachet
81 81. Peringatan
82 82. Efek Cemburu Dean
83 83. Kram Dini Hari
84 84. Insiden
85 85. Akhir Cinta Disty
86 86. Hei, Love!
87 87. Aku Di Sini
88 88. Cinta Winarsih
89 89. Like a Baby
90 90. Siapa Ara?
91 91. Air Mata Dean
92 92. Buka Jahitan
93 93. Shopping
94 94. Berita
95 95. Ketika Badai Datang
96 96. Titik Balik
97 97. Sandaran Hati
98 98. Hati Seorang Isteri
99 99. Bunga Untuk Winarsih
100 100. Dean Sachet is Coming
101 101. Nama Bayi
102 102. Pillow Talk
103 103. Resah
104 104. Akung dan Uti
105 105. Sidang Putusan
106 106. Wanita Pemilik Saham
107 107. Teman Lama
108 108. Obrolan
109 109. Tatapan Nostalgia
110 110. Salah Tingkah
111 111. Dirja dan Uti
112 112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113 113. Misi Dean
114 114. Gosip Time
115 115. Kebohongan Kecil
116 116. Titah Bu Amalia
117 117. Rapat Pemegang Saham (1)
118 118. Jatuh Cinta Lagi
119 119. Rapat Pemegang Saham (2)
120 120. Curahan Hati Winarsih
121 121. Usaha Dean
122 122. Hari Pertama
123 123. PDKT
124 124. Curahan Isi Hati
125 125. Anak Dan Ibu
126 126. Berburu
127 127. Efek SPA
128 128. Aku Cinta Mas Dean
129 129. Mesra
130 130. Anggi Nisakara Hartono
131 131. Menatapmu Lekat-Lekat
132 132. Mas Gagah
133 133. Arti Dirimu
134 134. Selamat Ulang Tahun Mas
135 135. Bye Ara
136 136. Makan Malam Paket Lengkap
137 137. Jambi
138 138. Jawa di Jambi
139 139. Rewang
140 140. Panen Bu Sumi
141 141. Acara Sesudah Panen
142 142. Stressnya Dean
143 143. Sungsang
144 144. Kelahiran Kedua
145 145. Ciuman Yuk
146 146. Kejutan Sebelum Pesta
147 147. Untuk Cinta Winarsih
148 148. Raja dan Ratu Sehari
149 149. Paguyuban Winarsih
150 150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151 151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152 152. GENK DUDA AKUT
153 SPECIAL PART : 1.0
154 SPECIAL PART : 2.0
155 SPECIAL PART : 3.0
156 SPECIAL PART : 4.0
157 SPECIAL PART : 5.0
Episodes

Updated 157 Episodes

1
1. Cita-cita Winarsih
2
2. Persiapan
3
3. Perjalanan
4
4. Keluarga
5
5. Pak Hartono
6
6. Dean Danawira Hartono
7
7. Malam Minggu
8
8. Kepergok
9
9. Mendadak Masak
10
10. In The Night Club
11
11. Sorry, Dear
12
12. Pertengkaran
13
13. Maaf ?
14
14. Luka
15
15. Tak Cukup
16
16. Penyesalan
17
17. Ancaman
18
18. Multivitamin
19
19. Larut Malam
20
20. Monas
21
21. Bye, Love.
22
22. Where Are You?
23
23. Kebisuan
24
24. Get Out of My Car
25
25. Ukuran
26
26. Di Dekat Pohon Bambu
27
27. "Saya laper Pak,"
28
28. Pita Kecil Merah Hati
29
29. Eneg?
30
30. Peluk Aku
31
31. Create Memories
32
32. Calon Asisten Pak Hartono
33
33. Pergunjingan
34
34. Tell Him!
35
35. Duduk Persoalan
36
36. Tempat Bersandar
37
37. Pamit
38
38. Pulang
39
39. Di Mana Kamu?
40
40. Desa Beringin
41
41. Murka Ibu
42
42. Tamu Tengah Malam
43
43. Keputusan
44
44. Kebahagiaan Dean
45
45. Pengakuan
46
46. Pria Dengan Beskap
47
47. Dia, Istriku
48
48. Kekhawatiran Dean
49
49. Dia, Suamiku
50
50. Kerepotan Dean
51
51. Teruntuk Utomo
52
52. Berpapasan
53
53. Bu Winar
54
54. Sakit Bu Amalia
55
55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56
56. Pengakuan Dean
57
57. Pria Miskin?
58
58. Keresahan Winarsih
59
59. Melepas Dean Pergi
60
60. Pelukan Untuk Ibu
61
61. Stay Away From Me
62
62. Tunggu Aku di Kotamu
63
63. Uang Bu Winar
64
64. Rumah Mertua
65
65. Rumah Hijau
66
66. Galaunya Dean
67
67. Bertemu Reporter Desa
68
68. You Are My Home
69
69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70
70. Kabar
71
71. Baik-Baik Sayang
72
72. Where Are You (2)
73
73. Naif
74
74. Kebisuan (2)
75
75. I Heart You
76
76. Tamu di Pagi Buta
77
77. Get Out of My House
78
78. Keluarnya Kartu As
79
79. Langkah Selanjutnya
80
80. Dean Sachet
81
81. Peringatan
82
82. Efek Cemburu Dean
83
83. Kram Dini Hari
84
84. Insiden
85
85. Akhir Cinta Disty
86
86. Hei, Love!
87
87. Aku Di Sini
88
88. Cinta Winarsih
89
89. Like a Baby
90
90. Siapa Ara?
91
91. Air Mata Dean
92
92. Buka Jahitan
93
93. Shopping
94
94. Berita
95
95. Ketika Badai Datang
96
96. Titik Balik
97
97. Sandaran Hati
98
98. Hati Seorang Isteri
99
99. Bunga Untuk Winarsih
100
100. Dean Sachet is Coming
101
101. Nama Bayi
102
102. Pillow Talk
103
103. Resah
104
104. Akung dan Uti
105
105. Sidang Putusan
106
106. Wanita Pemilik Saham
107
107. Teman Lama
108
108. Obrolan
109
109. Tatapan Nostalgia
110
110. Salah Tingkah
111
111. Dirja dan Uti
112
112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113
113. Misi Dean
114
114. Gosip Time
115
115. Kebohongan Kecil
116
116. Titah Bu Amalia
117
117. Rapat Pemegang Saham (1)
118
118. Jatuh Cinta Lagi
119
119. Rapat Pemegang Saham (2)
120
120. Curahan Hati Winarsih
121
121. Usaha Dean
122
122. Hari Pertama
123
123. PDKT
124
124. Curahan Isi Hati
125
125. Anak Dan Ibu
126
126. Berburu
127
127. Efek SPA
128
128. Aku Cinta Mas Dean
129
129. Mesra
130
130. Anggi Nisakara Hartono
131
131. Menatapmu Lekat-Lekat
132
132. Mas Gagah
133
133. Arti Dirimu
134
134. Selamat Ulang Tahun Mas
135
135. Bye Ara
136
136. Makan Malam Paket Lengkap
137
137. Jambi
138
138. Jawa di Jambi
139
139. Rewang
140
140. Panen Bu Sumi
141
141. Acara Sesudah Panen
142
142. Stressnya Dean
143
143. Sungsang
144
144. Kelahiran Kedua
145
145. Ciuman Yuk
146
146. Kejutan Sebelum Pesta
147
147. Untuk Cinta Winarsih
148
148. Raja dan Ratu Sehari
149
149. Paguyuban Winarsih
150
150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151
151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152
152. GENK DUDA AKUT
153
SPECIAL PART : 1.0
154
SPECIAL PART : 2.0
155
SPECIAL PART : 3.0
156
SPECIAL PART : 4.0
157
SPECIAL PART : 5.0

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!