2. Persiapan

Dari penulis :

Ini adalah novel bergenre romantis 21+ (adult-romance)

Dengan membaca novel ini, pembaca harus memastikan dirinya sudah cukup umur dan memahami bahwa cerita ini hanyalah fiksi belaka. Hanya imajinasi yang bertujuan menghibur. Tidak ada pelajaran di dalam novel ini. Jadi, jangan dicari pelajarannya.

Harap bijak berkomentar. Pastikan Anda memilih bacaan yang tepat sebelum melanjutkan. Ingat, jangan salah memilih genre bacaan. Don't forget, our words is our class.

...____________________...

"Jadi kapan kita menikah?" tanya Utomo.

“Sabar Mas, jodoh nggak akan kemana,” sahut Winarsih tersenyum memandang wajah Utomo yang malam itu terlihat sangat tampan di bawah cahaya rembulan.

“Aku sering kangen kamu Win, beberapa hari ini aku teringat kamu terus. Hubungan kita sudah lama, tapi sepertinya kita cuma begini-begini saja," keluh Utomo.

“Nanti kalau sudah di kota, kita bisa pacaran seperti yang di tv-tv itu Mas! Kita bisa nonton ke bioksop, bisa makan di restoran.” Winarsih tergelak karena perkataannya sendiri.

“Iya, nanti kita bisa seperti itu. Sekarang aku ingin minta lebih sedikit saja. Boleh?” tanya Utomo manja sambil menggeser duduknya agar lebih merapat pada Winarsih.

“Apa?” tanya Winarsih berpura-pura tak mengerti padahal sedari tadi dia telah merasakan gelagat aneh Utomo.

“Jangan yang macem-macem, Mas. Enggak boleh. Kita belum menikah. Kalau Mas Ut begitu, berarti Mas Ut enggak sayang sama aku,” rajuk Winarsih, bergerak menjauhi Utomo yang matanya mulai sayu.

Utomo mengangkat tangannya ragu kemudian mengalihkan pandangannya ke tubuh Winarsih.

“Win, aku ingin merasa lebih dekat denganmu malam ini. Boleh ya, Win? Sebentar saja,” pinta Utomo.

Meski dalam kalimatnya pria itu meminta izin tapi kenyataannya tangan Utomo mulai berpindah menuju ke pangkuan Winarsih.

Utomo telah membayangkan hal ini sepanjang enam tahun yang mereka jalani. Utomo tak tahan berlama-lama berbicara dengan Winarsih tanpa rasa detak jantungnya yang berdebar-debar tak biasa.

Sering sahabat-sahabatnya meledek dan bertanya pada Utomo, telah melakukan apa saja bersama Winarsih.

Mereka tak tahu kalau Utomo harus menahan diri sebisa mungkin karena Winarsih adalah tipe wanita yang meski polos tetapi memiliki pendirian yang sangat kuat. Meruntuhkan pertahanan Winarsih dan keyakinannya sangatlah sulit.

Utomo baru bisa mengecup pipi Winarsih setelah mereka berpacaran selama 4 tahun.

Sebelum-sebelumnya, Utomo harus puas hanya bisa menggenggam tangan wanita itu.

“Aku mau mengecup bibir kamu, Win,” ucap Utomo yang dengan gesit langsung menarik kekasihnya mendekat.

Utomo harus buru-buru agar Winarsih tak segera berubah pikiran. Dalam pikirannya, Winarsih pasti tetap melarang dan mengatakan apa yang sedang dilakukan Utomo adalah hal yang salah.

Utomo mulai mencoba menjelajahi badan kekasihnya dengan tatapan. Pandangan Utomo yang mulai terlihat berbeda membuat Winarsih mulai risi. Utomo bersandar ke bahu Winarsih dan menyentuh wajah wanita itu untuk lebih mendekat.

Winarsih enggan melakukan hal itu. Ia beringsut karena ingin menyudahi apa yang dilakukan kekasihnya.

Namun kemudian kepala Utomo dengan cepat menunduk hendak mengecupnya di bagian dada.

Antara muak dan benci, Winarsih mengedikkan bahu. Berusaha mengusir Utomo dengan cara paling halus. Ia juga tak ingin kekasihnya itu tersinggung.

Namun Winarsih tetaplah seorang wanita yang harusnya tidak terlalu mempercayai gejolak penasaran seorang pria. Dengan sangat cepat tangan Utomo sudah berpindah ke dadanya. Menyentuh dan memijat dengan sangat cepat disertai kecupan di lehernya. Winarsih terkesiap. Terkejut dan tubuhnya kaku seketika.

Dengan mata yang setengah terbelalak, Winarsih tersadar kalau tangan Utomo semakin berani. Jari pria itu mulai menelusuri tepian kerah pakaiannya. Winarsih mendapat kekuatan mendorong tubuh Utomo menjauh. "Aku enggak mau, Mas!" seru Winarsih. Utomo belum mau bergerak. Malah kecupannya di leher semakin cepat dan buru-buru. "Aku bilang aku enggak mau, Mas!" Kali ini dorongan Winarsih lebih keras. Utomo tersentak dan menatapnya seperti orang bodoh.

“Sudah. Cukup. Aku mau pulang. Besok siang kita bertemu lagi. Malam ini kamu sudah teler," kesal Winarsih, cepat-cepat berdiri.

“Enggak, Win. Aku bakal antar kamu pulang. Pasti." Utomo ikut berdiri dan merengkuh tubuh Winarsih. Di kepalanya sudah melintas macam-macam kenikmatan yang bisa dilakukannya. Setengah mendorong, ia memaksa Winarsih kembali duduk ke pondok. Dorongan itu rupanya terlalu kuat sampai lantai bambu itu berbunyi cukup keras ketika kepala Winarsih menghantamnya.

"Aduh ... kepalaku sakit, Mas. Kamu memang sedang dirasuki setan. Aku enggak mau di sini. Aku pulang!" Kembali berusaha bangkit dan membereskan pakaiannya yang sedikit acak-acakan. "Aku pulang sekarang. Besok kalau Mas sudah kembali normal kita bisa bertemu lagi. Siang-siang bertemunya. Aku enggak mau ketemuan di sini," ujar Winarsih, meraih sepedanya yang tersandar di tiang pondok.

"Maafkan aku, Win. Aku khilaf." Utomo bergumam seraya setengah menarik lengan Winarsih. Ia masih berusaha membujuk.

"Aku juga khilaf sudah mau bertemu di tempat sepi ini. Aku pulang sekarang. Kalau Mas Utomo enggak keberatan, aku minta nomor kontak majikanku di ibukota. Biar aku aja yang menghubungi mereka. Aku enggak mau merepotkan Mas Utomo." Winarsih sudah menaiki sepedanya dan bersiap-siap pergi dari tempat itu.

"Maafkan aku, Win. Aku janji enggak akan begitu lagi sampai kita menikah dan sah jadi suami istri. Aku terlalu takut kehilangan kamu, Win. Aku selalu merasa bangga karena kamu memilih aku di antara banyaknya lelaki yang naksir kamu di kampung ini. Kamu juga setia nunggu aku. Aku cuma enggak sabar ingin memiliki kamu seutuhnya." Bujukan Utomo terdengar benar-benar tulus di telinga Winarsih.

"Aku pulang dulu, Mas ...." Winarsih mulai mengayuh sepedanya.

"Aku sendiri yang akan nganter kamu ke rumah majikanmu nanti, Win! Kamu jangan khawatir!" Utomo berteriak pada punggung Winarsih yang kian menjauh.

Winarsih mengangkat sebelah tangannya tanda bahwa dia mendengar perkataan Utomo barusan.

******

Malam itu, Winarsih tak bisa tidur memikirkan kejadian yang baru saja ia alami. Jijik membayangkan Utomo yang menggerayangi badannya. Ia juga merasa bersalah karena membiarkan dirinya hanyut. Secara tak langsung ia sendiri yang membiarkan Utomo jadi selancang itu. Kepalanya menggeleng-geleng tak membenarkan.

"Mas Utomo kasar," bisik Winarsih. Teringat bahwa ia tadi didorong karena tak memenuhi permintaan Utomo untuk bermesraan. "Apa selama ini Mas Utomo memang pria kasar? Sesudah enam tahun ... kenapa baru sekarang?" Tatapan Winarsih menerawang langit-langit.

******

"Apa semua pakaianmu sudah dikemas, Win?"

Bu Sumi bertanya sambil menyibak tirai pintu kamar dan melongokkan kepalanya melihat Winarsih yang sibuk berkutat mencatat sesuatu.

"Sudah, Bu. Semuanya sudah. Baju Winar, ke, enggak banyak. Lagipula di kota Winar mau kerja, bukan liburan. Winar lagi mencatat sesuatu biar Ibu nanti bisa bawa kertas ini ke mini market," tukas Winarsih, menunduk di lantai untuk mencatat di buku kecil.

"Apa itu?" tanya Bu Sumi.

"Nanti setiap di awal bulan ... tanggal enam, Ibu bisa bawa kertas ini buat ngambil uang kiriman dari Winar ke mini market di dekat pintu masuk desa. Winar akan kirim uang ke Ibu melalui jaringan mini market itu. Setiap tanggal enam ya, Bu. Jangan lupa. Tunjukkan aja kertas itu ke kasir mini market. Mereka sudah tau apa maksud tulisan di sana." Winarsih merobek selembar kertas dari buku catatannya.

Bu Sumi tak bisa membaca. Wanita itu hanya menatap tulisan demi tulisan di atas kertas yang sedang dipegangnya dengan pandangan kosong.

“Pokoknya Ibu tenang aja. Winar akan nabung sebanyak-banyaknya buat biaya terapi dan pengobatan jantung Yanto. Kalau Winar sudah mapan di kota, Ibu enggak usah kerja jadi buruh tani lagi. Ibu sudah tua. Winar mau ibu di rumah aja ngerawat Yanto. Kemarin Winar dapet kabar dari Mas Utomo kalau para pegawai di rumah majikan Winar nanti mnerima gaji tanggal tiga setiap bulan. Majikan Winar orang hebat di ibukota. Jadi ... Ibu enggak usah khawatir. Seenggaknya, Winar enggak akan kelaparan di sana.” Winarsih terus berbicara sambil melipat beberapa pakaian dalam dan memasukkannya ke dalam sebuah tas jinjing yang terbuat dari kain perca batik.

Bu Sumi diam memandang putrinya. Wanita itu tak tahu harus mengatakan apa untuk menenangkan winarsih sebelum kepergiannya ke kota besok. Jika boleh jujur, hatinya berat sekali melepas putri sulung semata wayangnya.

"Ibu enggak apa-apa kalau setiap hari harus makan nasi putih dan lalapan sayur seperti selama ini. Hidup serba kekurangan asal bersama Winar dan Yanto ... Ibu enggak apa-apa, Win. Tapi Ibu juga kasihan sama kamu. Ibu enggak sanggup memberikan sesuatu yang harusnya diberikan orang tua buat anak gadisnya. Apalagi anak gadis Ibu sangat manis." Air mata Bu Sumi sudah meleleh.

"Bu ... jangan nangis." Winarsih berdiri mengudao air mata ibunya.

"Buat Ibu ... hidup serba kekurangan bersama kalian masih bisa bahagia ketimbang hidup cukup tapi harus berjauhan." Suara Bu Sumi tercekat. "Tapi keinginanmu terlalu kuat, Win. Keras kepalamu itu ...."

"Ibu tahu kalau Winar sanggup melewati berbagai kesulitan dengan seluruh keyakinan yang Winar punya, kan? Winar enggak pernah minder dengan ejekan-ejekan yang sering dilontarkan orang buat Winar dan Yanto. Bagi Winar ... kebahagiaan Ibu dan Yanto adalah yang paling utama. Ibu jangan nangis lagi."

Winarsih tak pernah melawan atau menjawab apapun perkataan orang padanya. Terutama perkataan soal Yanto yang down syndrome. Winarsih hanya diam dan menjauhkan adiknya itu dari mulut-mulut jahil orang yang kadang menghina keadaannya. Buat Yanto, Winarsih adalah pahlawan baginya. Dan bagi Bu Sumi memiliki seorang putri seperti Winarsih adalah anugerah.

“Win,” panggil Bu Sumi.

“Ya, Bu ...." Winarsih mendongak menatap ibunya.

“Sudah siap untuk berangkat besok?”

“Sudah, Bu.”

“Ingat-ingat pesan Ibu ya, Win. Harus selalu yakin dengan dirimu sendiri. Di mana pun berada tetaplah jadi orang jujur.”

Winarsih tersenyum. "Winar akan selalu ingat pesan Ibu."

“Ibu mungkin enggak pernah ngomong ke kamu dan Yanto. Tapi sebelum kamu berangkat, Ibu mau ngomong sesuatu." Bu Sumi merasa tenggorokannya tercekat. "Ibu sayang Winar dan Yanto. Ibu dan Ayah mohon maaf pada kalian kalau sampai detik ini ... kami belum bisa memberikan kehidupan layak seperti yang dimiliki anak-anak lain dari orang tuanya. Kamu harus putus sekolah dan kerja di bawah matahari. Kamu gadis cantik dan ceria tapi Ibu bahkan enggak sanggup membelikan kamu pakaian bagus meski cuma sepasang. Ibu mohon maaf sama Winarsih.” Bu Sumi menangis sesegukan.

Winarsih berdiri dan meraup tubuh kurus ibunya ke dalam pelukan. Memeluk tubuh itu erat-erat. Tubuh yang terasa begitu kurus dan rapuh meringkuk dalam pelukannya.

Tanpa ia sadari bobot ibunya telah jauh menyusut sejak wanita itu kembali bekerja di sawah. Apa yang akan dikatakan ayahnya jika melihat bahwa ia tak becus merawat sang ibu?

Winarsih menggigit bibir menahan tangis. Dadanya terasa sesak. Air matanya tak bisa dicegah keluar. Tanpa memandang ibunya, Winarsih menangis diam-diam.

“Kalau suatu hari nanti kamu lelah kerja di kota, pulang kapan saja kamu mau. Jangan takut atau malu karena dinilai enggak berhasil oleh orang-orang di kampung ini. Ibu masih sanggup menanggung hidup anak-anak Ibu.” Bu Sumi bicara di sela-sela isak tangisnya.

Winarsih mengangguk-angguk dan membenamkan kepalanya di bahu sang ibu. Anak dan ibu itu menangis bersama.

Yanto yang tak menyadari apa yang sedang terjadi hanya duduk diam membersihkan kulit kayu manis di depan sebuah televisi rusak ditemani sebuah obat nyamuk bakar yang menyala di dekatnya.

To be continued

Terpopuler

Comments

Al Fatih

Al Fatih

Jadi inget mamaku 😭
Walaupun kurang,, setidaknya qta sekeluarga kumpul bersama,, tidak seperti ini ,, qta berjauhan,, menahan rindu dan air mata d tanah orang,, ...

2025-02-04

1

dyul

dyul

Mas Utomo nganter jodohnya pak De🤣🤣

2025-01-06

1

Suharnani

Suharnani

Andai ibu ku seperti Bu sumi

2024-12-20

3

lihat semua
Episodes
1 1. Cita-cita Winarsih
2 2. Persiapan
3 3. Perjalanan
4 4. Keluarga
5 5. Pak Hartono
6 6. Dean Danawira Hartono
7 7. Malam Minggu
8 8. Kepergok
9 9. Mendadak Masak
10 10. In The Night Club
11 11. Sorry, Dear
12 12. Pertengkaran
13 13. Maaf ?
14 14. Luka
15 15. Tak Cukup
16 16. Penyesalan
17 17. Ancaman
18 18. Multivitamin
19 19. Larut Malam
20 20. Monas
21 21. Bye, Love.
22 22. Where Are You?
23 23. Kebisuan
24 24. Get Out of My Car
25 25. Ukuran
26 26. Di Dekat Pohon Bambu
27 27. "Saya laper Pak,"
28 28. Pita Kecil Merah Hati
29 29. Eneg?
30 30. Peluk Aku
31 31. Create Memories
32 32. Calon Asisten Pak Hartono
33 33. Pergunjingan
34 34. Tell Him!
35 35. Duduk Persoalan
36 36. Tempat Bersandar
37 37. Pamit
38 38. Pulang
39 39. Di Mana Kamu?
40 40. Desa Beringin
41 41. Murka Ibu
42 42. Tamu Tengah Malam
43 43. Keputusan
44 44. Kebahagiaan Dean
45 45. Pengakuan
46 46. Pria Dengan Beskap
47 47. Dia, Istriku
48 48. Kekhawatiran Dean
49 49. Dia, Suamiku
50 50. Kerepotan Dean
51 51. Teruntuk Utomo
52 52. Berpapasan
53 53. Bu Winar
54 54. Sakit Bu Amalia
55 55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56 56. Pengakuan Dean
57 57. Pria Miskin?
58 58. Keresahan Winarsih
59 59. Melepas Dean Pergi
60 60. Pelukan Untuk Ibu
61 61. Stay Away From Me
62 62. Tunggu Aku di Kotamu
63 63. Uang Bu Winar
64 64. Rumah Mertua
65 65. Rumah Hijau
66 66. Galaunya Dean
67 67. Bertemu Reporter Desa
68 68. You Are My Home
69 69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70 70. Kabar
71 71. Baik-Baik Sayang
72 72. Where Are You (2)
73 73. Naif
74 74. Kebisuan (2)
75 75. I Heart You
76 76. Tamu di Pagi Buta
77 77. Get Out of My House
78 78. Keluarnya Kartu As
79 79. Langkah Selanjutnya
80 80. Dean Sachet
81 81. Peringatan
82 82. Efek Cemburu Dean
83 83. Kram Dini Hari
84 84. Insiden
85 85. Akhir Cinta Disty
86 86. Hei, Love!
87 87. Aku Di Sini
88 88. Cinta Winarsih
89 89. Like a Baby
90 90. Siapa Ara?
91 91. Air Mata Dean
92 92. Buka Jahitan
93 93. Shopping
94 94. Berita
95 95. Ketika Badai Datang
96 96. Titik Balik
97 97. Sandaran Hati
98 98. Hati Seorang Isteri
99 99. Bunga Untuk Winarsih
100 100. Dean Sachet is Coming
101 101. Nama Bayi
102 102. Pillow Talk
103 103. Resah
104 104. Akung dan Uti
105 105. Sidang Putusan
106 106. Wanita Pemilik Saham
107 107. Teman Lama
108 108. Obrolan
109 109. Tatapan Nostalgia
110 110. Salah Tingkah
111 111. Dirja dan Uti
112 112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113 113. Misi Dean
114 114. Gosip Time
115 115. Kebohongan Kecil
116 116. Titah Bu Amalia
117 117. Rapat Pemegang Saham (1)
118 118. Jatuh Cinta Lagi
119 119. Rapat Pemegang Saham (2)
120 120. Curahan Hati Winarsih
121 121. Usaha Dean
122 122. Hari Pertama
123 123. PDKT
124 124. Curahan Isi Hati
125 125. Anak Dan Ibu
126 126. Berburu
127 127. Efek SPA
128 128. Aku Cinta Mas Dean
129 129. Mesra
130 130. Anggi Nisakara Hartono
131 131. Menatapmu Lekat-Lekat
132 132. Mas Gagah
133 133. Arti Dirimu
134 134. Selamat Ulang Tahun Mas
135 135. Bye Ara
136 136. Makan Malam Paket Lengkap
137 137. Jambi
138 138. Jawa di Jambi
139 139. Rewang
140 140. Panen Bu Sumi
141 141. Acara Sesudah Panen
142 142. Stressnya Dean
143 143. Sungsang
144 144. Kelahiran Kedua
145 145. Ciuman Yuk
146 146. Kejutan Sebelum Pesta
147 147. Untuk Cinta Winarsih
148 148. Raja dan Ratu Sehari
149 149. Paguyuban Winarsih
150 150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151 151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152 152. GENK DUDA AKUT
153 SPECIAL PART : 1.0
154 SPECIAL PART : 2.0
155 SPECIAL PART : 3.0
156 SPECIAL PART : 4.0
157 SPECIAL PART : 5.0
Episodes

Updated 157 Episodes

1
1. Cita-cita Winarsih
2
2. Persiapan
3
3. Perjalanan
4
4. Keluarga
5
5. Pak Hartono
6
6. Dean Danawira Hartono
7
7. Malam Minggu
8
8. Kepergok
9
9. Mendadak Masak
10
10. In The Night Club
11
11. Sorry, Dear
12
12. Pertengkaran
13
13. Maaf ?
14
14. Luka
15
15. Tak Cukup
16
16. Penyesalan
17
17. Ancaman
18
18. Multivitamin
19
19. Larut Malam
20
20. Monas
21
21. Bye, Love.
22
22. Where Are You?
23
23. Kebisuan
24
24. Get Out of My Car
25
25. Ukuran
26
26. Di Dekat Pohon Bambu
27
27. "Saya laper Pak,"
28
28. Pita Kecil Merah Hati
29
29. Eneg?
30
30. Peluk Aku
31
31. Create Memories
32
32. Calon Asisten Pak Hartono
33
33. Pergunjingan
34
34. Tell Him!
35
35. Duduk Persoalan
36
36. Tempat Bersandar
37
37. Pamit
38
38. Pulang
39
39. Di Mana Kamu?
40
40. Desa Beringin
41
41. Murka Ibu
42
42. Tamu Tengah Malam
43
43. Keputusan
44
44. Kebahagiaan Dean
45
45. Pengakuan
46
46. Pria Dengan Beskap
47
47. Dia, Istriku
48
48. Kekhawatiran Dean
49
49. Dia, Suamiku
50
50. Kerepotan Dean
51
51. Teruntuk Utomo
52
52. Berpapasan
53
53. Bu Winar
54
54. Sakit Bu Amalia
55
55. Kau Adalah Sebuah Alasan
56
56. Pengakuan Dean
57
57. Pria Miskin?
58
58. Keresahan Winarsih
59
59. Melepas Dean Pergi
60
60. Pelukan Untuk Ibu
61
61. Stay Away From Me
62
62. Tunggu Aku di Kotamu
63
63. Uang Bu Winar
64
64. Rumah Mertua
65
65. Rumah Hijau
66
66. Galaunya Dean
67
67. Bertemu Reporter Desa
68
68. You Are My Home
69
69. Sepetak Sawah Untuk Winarsih
70
70. Kabar
71
71. Baik-Baik Sayang
72
72. Where Are You (2)
73
73. Naif
74
74. Kebisuan (2)
75
75. I Heart You
76
76. Tamu di Pagi Buta
77
77. Get Out of My House
78
78. Keluarnya Kartu As
79
79. Langkah Selanjutnya
80
80. Dean Sachet
81
81. Peringatan
82
82. Efek Cemburu Dean
83
83. Kram Dini Hari
84
84. Insiden
85
85. Akhir Cinta Disty
86
86. Hei, Love!
87
87. Aku Di Sini
88
88. Cinta Winarsih
89
89. Like a Baby
90
90. Siapa Ara?
91
91. Air Mata Dean
92
92. Buka Jahitan
93
93. Shopping
94
94. Berita
95
95. Ketika Badai Datang
96
96. Titik Balik
97
97. Sandaran Hati
98
98. Hati Seorang Isteri
99
99. Bunga Untuk Winarsih
100
100. Dean Sachet is Coming
101
101. Nama Bayi
102
102. Pillow Talk
103
103. Resah
104
104. Akung dan Uti
105
105. Sidang Putusan
106
106. Wanita Pemilik Saham
107
107. Teman Lama
108
108. Obrolan
109
109. Tatapan Nostalgia
110
110. Salah Tingkah
111
111. Dirja dan Uti
112
112. Oleh-Oleh Dari Kalimantan
113
113. Misi Dean
114
114. Gosip Time
115
115. Kebohongan Kecil
116
116. Titah Bu Amalia
117
117. Rapat Pemegang Saham (1)
118
118. Jatuh Cinta Lagi
119
119. Rapat Pemegang Saham (2)
120
120. Curahan Hati Winarsih
121
121. Usaha Dean
122
122. Hari Pertama
123
123. PDKT
124
124. Curahan Isi Hati
125
125. Anak Dan Ibu
126
126. Berburu
127
127. Efek SPA
128
128. Aku Cinta Mas Dean
129
129. Mesra
130
130. Anggi Nisakara Hartono
131
131. Menatapmu Lekat-Lekat
132
132. Mas Gagah
133
133. Arti Dirimu
134
134. Selamat Ulang Tahun Mas
135
135. Bye Ara
136
136. Makan Malam Paket Lengkap
137
137. Jambi
138
138. Jawa di Jambi
139
139. Rewang
140
140. Panen Bu Sumi
141
141. Acara Sesudah Panen
142
142. Stressnya Dean
143
143. Sungsang
144
144. Kelahiran Kedua
145
145. Ciuman Yuk
146
146. Kejutan Sebelum Pesta
147
147. Untuk Cinta Winarsih
148
148. Raja dan Ratu Sehari
149
149. Paguyuban Winarsih
150
150. EXTRA PART : 2 Tahun Kemudian
151
151. EXTRA PART : Winarsih S.Mb
152
152. GENK DUDA AKUT
153
SPECIAL PART : 1.0
154
SPECIAL PART : 2.0
155
SPECIAL PART : 3.0
156
SPECIAL PART : 4.0
157
SPECIAL PART : 5.0

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!