Bima Masih sibuk menyusun berkas penting untuk meeting, matanya melihat sebuah foto bayi kecil yang sangat mengemaskan. Bima berhenti bekerja, mengambil foto sambil tersenyum.
"Papi rindu kamu Windy! di mana kamu sekarang." Bima menghembuskan nafasnya, pikiran Bima melayang memikirkan nasib putri kecilnya yang berada di tangan mantan istrinya yang kasar.
"Kamu baik-baik saja nak! Windy harus kuat, Papi akan berjuang menemukan Windy dan mendapatkan hak asuh Windy." Bima meletakan kembali foto dan melangkah keluar rumah untuk mencari makan malam.
Hidup seorang diri di rumah yang sangat mewah, sesuai keinginan putrinya yang terakhir Bima dengarkan. Putrinya menginginkan rumah besar agar dia bisa bebas bermain, Bima juga hanya mempekerjakan 2 asisten untuk membersihkan rumah setelahnya langsung pulang.
***
Reva baru saja selesai bekerja, semua teman sift malamnya sudah kembali. Suara panggilan seseorang menghentikan Reva di depan pintu cafe, Reva hanya tersenyum tipis.
"Ada apa bos?" Reva menatap serius, tubuhnya sudah lelah bekerja. Dia berharap bos nya ini tidak meminta bantuan.
"mau saya antar pulang!" Reno memegang tangan Reva dan mengelusnya.
Reva langsung menatap sinis, dia sudah biasa berurusan dengan lelaki hidung belang. Reva sangat menyadari Reno yang selalu mencuri pandang padanya.
"maaf bos, saya bawa sepeda." Reva melangkah keluar menuju parkiran, Reva memegang sepedanya tapi ban kempes semua.
Reno datang sambil tersenyum, meminta Reva meninggalkan sepedanya. Tapi Reva tidak bodoh, dia sangat mengerti semuanya sudah direncanakan. Otak Reva berpikir agar tidak menyinggung dia harus mencari jalan keluar agar tidak masuk mobil Reno.
Di seberang jalan Reva melihat seseorang yang sedang di incar, dengan tersenyum Reva mengatakan ke Reno jika kekasihnya berada di seberang jalan baru masuk supermarket.
Dengan cepat Reva menuju kearah mobil Bima, Reno tidak mempercayai Reva dia mengikuti Reva menunggu pemilik mobil keluar. Ingin sekali Reva menonjok kuat kepala Reno yang kabarnya sudah memiliki tunangan.
Bima keluar membawa bungkusan plastik, Reva tersenyum tapi Bima mengabaikannya. Dengan kesal Reva memeluk Bima yang terdiam terpaku, Reva mencium pipi Bima membuatnya menatap Reva sinis. Tangan Reva mengambil kunci mobil dan membuka pintu mobil langsung masuk ke samping pengemudi.
"Ayo sayang! cepetan nanti ibu nungguin." Bima binggung melihat perempuan yang tidak dia kenal.
"Kamu kekasihnya Reva, bukannya kamu terlalu dewasa untuk gadis kecil sepertinya." Reno menatap Bima dengan nada menyelidiki.
"Bukan urusan anda!" Bima memasukan belanjaan dan langsung melangkah masuk ke mobil.
Reva memberikan kunci mobil, dengan kesal Bima menjalankan mobilnya. Reno menatap kesal, dia pastikan Reva akan jatuh dalam pelukannya. Apapun yang dia inginkan pasti akan dia dapatkan.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Reva tersenyum melihat Bima yang tenang membawa mobilnya. Mobil berhenti di sebuah tempat ramai, Reva terdiam.
"Turun!" Bima memberikan perintah tanpa menoleh.
"anter pulang om, tega banget meninggalkan perempuan di pinggir jalan." Reva memasang wajah manyun.
"Saya tidak perduli, kamu siapa? lancang! memeluk pria yang bukan muhrimnya, dan mencium laki-laki di depan umum." Bima melihat kearah Reva yang hanya diam melihat ke depan.
"kepepet Om!" Reva dengan wajah santai tersenyum kearah Reva.
"terserah, keluar sekarang." Bima keluar dari mobil menarik Reva.
"Om jahat! daripada Reva di apa-apain. Om mau tanggung jawab." Reva melotot kearah Bima yang menatapnya dingin.
"Kenapa saya harus tanggung jawab? saya tidak mengenal anda!" Bima menyingkirkan Reva dan menutup pintu mobilnya.
Reva langsung menangis kencang, banyak orang yang memperhatikan mereka. Bima melihat dengan mengacak rambutnya. Dia terkena sial bertemu gadis pengacau ini.
"salah aku apa? aku tidak pernah menduakan kamu. Aku sangat mencintai kamu, sebentar lagi kita menikah tapi tega kamu tidak mempercayai aku lagi." Reva menangis sambil bicara kuat lebih tepatnya teriak.
Beberapa ibu-ibu menenangkan Reva yang menangis sesenggukan, mereka coba menasehati Bima karena Reva masih kecil dan membutuhkan bimbingan.
"iya Bu, calon suami saya marah menuduh saya selingkuh tanpa bukti." Reva masih duduk sambil menangis pilu.
Bima terlihat seperti orang bodoh yang menjadi korban drama bocah ABG, mendengar omelan para ibu yang lewat, menjadi tontonan banyak orang.
Kaki Bima melangkah mendekati Reva yang masih menangis sesenggukan, tangannya menarik tangan Reva untuk kembali masuk ke mobil. Dengan tersenyum Reva memeluk Bima dan meminta maaf, Bima hanya membalas dengan tersenyum.
Reva masuk ke mobil, menyapa orang yang menonton mereka dan mengucapkan terimakasih kasih. Bima tidak ingin berusaha dengan ibu-ibu yang maha tahu dan maha benar. Dengan terpaksa dia harus menjalankan mobil kembali.
Reva dengan senyum bahagia menghapus air matanya, Bima memijit pelipisnya. Reva melirik Bima dan mengambil ponselnya yang ada di dasbor mobil, ditariknya tangan Bima untuk membuka sidik jari.
"mau apa lagi kamu?" Bima ingin merampas ponselnya tapi langsung di simpan Reva ke dadanya. Bima hanya bisa menghela nafas.
"minta nomor Om ya," Reva tersenyum dan mengembalikan ponsel Bima.
"Lancang kamu!" Bima mengambil ponselnya dan memasukkan dalam saku celananya.
"jangan marah-marah om, nanti ubanan semakin keriput." Reva melihat rambut Bima tapi langsung ditepis.
Reva tertawa bahagia melihat Bima yang dari tadi kesal, Reva mengagumi sosok Bima yang dingin membuatnya semakin ingin mengejar cinta Bima.
"Om!" Reva melihat Bima yang hanya meliriknya.
"Kita mau ke mana Om?" Reva tidak menyebutkan alamatnya, sedangkan rumahnya sudah lama lewat.
Bima menghentikan mobilnya, melihat kearah Reva yang cengengesan yang sudah ngemil makanan yang dia beli.
"Kamu!" Bima membaringkan kepalanya di setir mobilnya.
"maaf om Reva laper, lagian om buat apa beli coklat, cemilan. Reva minta boleh?" Reva memakan Snack dengan santai.
"Minta! setelah hampir habis baru minta, lagian terserah saya mau membeli apapun." Bima menarik nafasnya.
"Di mana rumah kamu?" Bima sudah hampir gila.
Reva menyebutkan alamatnya, Bima langsung putar arah dengan kecepatan tinggi tanpa menjawab pertanyaan Reva. Sesampainya di kompleks perumahan Bima memberhentikan mobilnya tanpa menoleh. Reva langsung keluar.
"terimakasih kasih om Duren." Reva tersenyum menunggu jawaban Bima.
"Duren!" Bima menatap Reva yang tersenyum manis.
"iya, Duda keren!" Reva langsung menutup pintu dan berlari meninggalkan Bima yang terdiam.
Mobil Bima pergi menyusuri, jalanan yang tidak terlalu jauh dari rumah Reva, langsung sampai ke rumahnya. Rumah Bima berada di kawasan elite sedangkan Reva berada di kawasan rumah susun yang sederhana.
Bima memarkirkan mobilnya, mengambil belanjaan yang sudah di makan Reva. Di dalam kantong plastik Bima menemukan sebuah tulisan, cepat Bima meremas kertas dan melemparkannya ke tempat sampah.
"Bocah ABG! jangan sampai bertemu lagi." Bima melangkah memasuki kamarnya.
***
TERIMAKASIH YANG SUDAH BACA YA.
JANGAN LUPA LIKE COMENT DAN VOTE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments
nuralam alam
semangat
2022-12-06
0
Suky Anjalina
🥰🥰🥰
2022-07-13
0
cahaya
konyol si reva
2021-03-24
3