Hari kelulusan tiba, Reva di temani ibunya mengambil kelulusan. Jantung Reva terasa tidak berdetak, mati rasa.
"Reva! gue takut." Septi memeluk Reva yang duduk di sampingnya.
"makanya belajar, lihat gue santai." Reva dengan tersenyum melihat teman-temannya.
"Lo percaya diri banget Rev!" Septi tidak melihat kecemasan di wajah Reva.
"jantung gue sudah gue titipin tadi sama mbak Iin buat bayar bakso, jadi gue tidak punya jantung untuk berdetak." Reva menahan tawa.
"Apa? Lo gila ya, rela jual jantung demi bakso." Septi berdiri sambil teriak, semua orang melihat kearahnya. Ibu Septi menarik telinga Septi agar duduk kembali.
Ivan dan yang lainnya melihat ke arah Reva dan Septi yang sedang berdebat, Reva cekikikan tertawa membuat ibunya geleng-geleng kepala.
Jantung Reva dari tadi malam berdegup kencang, dia sudah melakukan yang terbaik semuanya sudah diserahkan ke yang maha tahu. Reva sudah belajar melalui kisi-kisi Rama dan dia sangat percaya diri, banyak yang lebih buruk dari dirinya.
Ketegangan terus terjadi, satu persatu siswa keluar membawa amplop kelulusan. giliran Reva yang tersenyum manis, menyalami gurunya tanpa menangis.
"Reva! kamu punya bakat di bidang desain. Kembangkan kamu bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa." Wali kelas Reva memberikan semangat.
"siap ibu cantik!" Reva memeluk gurunya yang selalu membantu dirinya, saat kesulitan biaya sekolah.
Semua teman-teman Reva berkumpul, mereka akan membuka kertas bersamaan. Belum sempat hitungan ke tiga, Reva dengan bodohnya membuka kertasnya dan langsung membacanya, dan tersenyum. Mengambil kertas Septi dan membukanya, lanjut punya Ivan, punya Satya juga kecuali punya Rama.
"hasilnya Rev," Septi tidak berani membuka kertas.
"Lulus lah!" Reva menarik pelan rambut Septi.
Mereka semua teriak bahagia, punya Rama tidak perlu dibuka, pasti hasilnya lulus sebagai peringkat pertama sebagai siswa terbaik.
"Stop! Ivan Lo ngapain ikut bahagia, liat kertas Lo. Tidak lulus!" Reva menatap Ivan dengan wajah sedih.
Ivan langsung terdiam, semua temannya menatap Ivan dengan rasa kasihan. Ivan menundukkan kepalanya, membuka pelan kertasnya. Semuanya memeluk Ivan sambil mengintip kertasnya.
"Reva!" teriakan Ivan menggema, yang lainnya juga menatap kesal Reva yang sudah melarikan diri.
Bahagia banget Reva, bisa mengerjai teman-temannya. Mereka semua melakukan acara ritual kelulusan yang menjadi kebahagiaan, perayaan coret baju. Banyak siswa dari sekolah lain juga ikut bertemu di sebuah jembatan.
Reva dengan tawanya yang membuat rusuh, mereka saling tandatangan sebagai tanda perpisahan. Melakukan coretan dengan banyak warna, terjadi keributan antar Septi dan siswa dari sekolah lain. Mereka saling menyemprotkan Pilok ke badan membuat, semuanya marah dan Reva terpental ke jalan.
Semprotan Reva mengenai mobil mewah, semua orang terdiam. Keluar seorang wanita seksi dan cantik, wajahnya marah dan langsung berjalan kearah Reva dan menampar kuat Reva.
Karena tidak terima, Reva menjambak rambutnya kuat. Terjadi banting membanting, Reva kalah tinggi, tubuhnya berada di bawah habis kena pukulan, rambutnya di Jambak. Reva membalas dengan kuat sampai merusak pakaian mewah dan meninggalkan cakaran.
Aksi Reva langsung terhenti karena Rama dan Ivan, menahan mereka berdua. Reva merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tatapan jahat dari wanita di hadapannya. Caci maki dari mulut Tante tajir yang seksi membuat Reva merasakan sakit hati.
Dia pergi bersama Rama masuk ke mobil mewahnya, Ivan dan Septi membawa Reva ke tempat sepi. Air matanya perlahan terjatuh, sakit tubuhnya juga sakit hatinya.
"Tante jahat, Reva tidak sengaja jangan di hina." Reva menangis dalam pelukan Septi yang merapikan rambutnya.
"Sudahlah! Lo harus belajar bela diri Reva biar bisa membanting orang seperti Tante tadi." Ivan menahan tawa.
Satya berlari melihat Reva, dia masih binggung melihat Rama pergi bersama wanita yang barusan berkelahi dengan Reva.
Mereka mengakhiri acara kelulusan, Reva pergi ke rumah Septi untuk mandi dan memperbaiki penampilan. Beberapa luka lebam di wajahnya, Reva menutupi lukanya dengan menggunakan bedak.
***
Reva berjalan pelan memasuki rumahnya, dia berharap ibu dan bapaknya belum pulang. Langkah pelan Reva ingin masuk ke kamar, suara panggilan bapaknya membuat Reva terhenti.
"Reva! sini nak." Bapak Reva meminta Reva duduk.
Dengan terpaksa Reva mendekati bapaknya, Reva menghela nafas mendengarkan ucapan bapaknya yang meminta Reva kuliah. Dengan sopan Reva menolak karena ingin bekerja, Reva ingin menghasilkan uang sendiri dan membantu ekonomi keluarga.
Selesai bicara dengan bapaknya Reva bersiap untuk bekerja, dengan menggunakan sepeda Reva bersemangat mengincang sambil tersenyum bahagia.
Sampai di cafe Reva melihat Om yang kemarin sombong, memasuki cafe. Cepat Reva masuk dan mengganti bajunya. Reva melihat Om sombong duduk di tempat kemarin sambil memainkan tabletnya.
Reva mengambil makanan dan minuman yang Bima pesan, dengan gaya cantik Reva menyerahkan pesanan sambil menyapa.
"Om, kenal saya tidak, kenapa wajah om tidak asing." Reva bicara sambil menunduk melihat wajah Bima yang fokus di tablet.
Bima mengangkat kepalanya melihat Reva yang tersenyum manis, Bima melihat jelas wajah Reva memang terlihat familiar. Tanpa jawaban Bima lanjut mengerjakan pekerjaannya.
"Om bisu! atau tuli." Reva menatap Bima tajam.
"Saya tidak bisa dan tuli, bisa menyingkir sekarang. Saya terganggu!" Bima bicara tegas membuat mata Reva melotot.
Dengan langkah kesal Reva pergi melayani pelanggan lainnya, Reva menemui Tante rempong yang sekarang berubah jadwal datangnya, bersamaan dengan kedatangan Bima.
"Reva! kamu bicara apa sama dia." Tante Ais terpesona melihat ketampanan Bima.
"Om sombong," Reva menatap Bima dari jauh dengan wajah permusuhan.
"hei Reva, dia pria duda yang sudah lama cerai, dia juga pemimpin perusahaan LOVER. Rumahnya juga besar dan mewah." Tante Del memperhatikan Bima yang masih fokus bekerja.
"Tante tahu dari mana?" Reva jadi penasaran, LOVER tidak asing di telinganya.
"tetangga baru, dia baru satu minggu pindah."
Beberapa pemuda datang menyapa Reva, Tante Ais tersenyum melihat Reva yang masih melamun.
"Reva! pacar kamu datang." Tante Ais melihat pemuda tampan yang selalu mengejar Reva.
"mantan!" Reva hanya tersenyum tipis.
"Berapa banyak mantan kamu Reva? hati-hati karma."
"biarkan saja Tante Del, Reva hanya memanfaatkan mereka, tidak tertarik untuk jatuh cinta." Reva melihat pemuda yang selalu menyatakan cinta padanya membuat Reva risih, dia lebih penasaran dengan om Duren yang sombong, angkuh.
"Ais, ayo kita taruhan. Menurut kamu mampu tidak Reva menaklukkan Duren tampan di sana."
"Dia pria sombong Del, mana mungkin tertarik dengan Reva yang centil."
"Bagaimana kalau Reva bisa? Tante mau bayar Reva berapa."
Tante Del mengeluarkan uang berwarna merah 10juta, Reva menganga melihat uang di atas meja. Tante Ais tersenyum melihat Reva yang nyegir.
"jika kamu sampai jadian dengan dia, Tante tambah 10jt."
"seriusan Tante Ais, astaga Reva setuju!" dengan semangat Reva mengambil uang di atas meja sebagai DP.
Dengan semangat Reva mencium pipi Tante Ais dan Della, Reva mengucapkan terimakasih dan dia pastikan Bima takluk di tangan nya.
***
Jangan lupa like coment dan vote ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments
Suky Anjalina
seneng deh baca ulang
2022-07-13
0
Sitti Khadijah
thor makasih bgt sdh mnciptakn karya2yg spektakuler.....aq senang baca novel ini mngingatkn kmbli novel Viana dan Rama
2021-12-29
0
Ltfh
ada ada aja kelakuan si reva
2021-10-11
0