CHAPTER {17}

Setelah percakapan di ruang tamu mereka langsung melihat ruangan yang Echa maksud, ruangan kumuh yang penari balet itu tempati.

"Gak ada apa-apa di sini," ucap Ivy sambil melihat sekeliling ruangan itu.

"Caca juga gak tau, waktu itu Caca liat ada disini," ujar Echa sambil berdiri di sebelah kaca besar.

"Gak ada," ucap Mutiara yang sedang menatap kaca besar itu.

Echa mendekatkan tubuhnya ke arah cermin itu sambil memegang dan menatapnya. Namun secara tiba-tiba tubuhnya seperti terseret masuk ke dimensi lain.

"Dimana ini?" tanya Echa saat melihat sekeliling ruangan yang begitu mewah dan luas.

"Pergi kau dari sini!!" teriak seseorang dari arah tangga.

Echa langsung melihat kearah tangga, dia melihat seorang wanita paru baya sedang menyeret tangan seorang anak kecil yang berada di belakangnya.

"Mira?" tanya Echa sambil menyipitkan matanya melihat orang yang sedang di seret oleh eparuh baya.

"Kenapa Ma? Kenapa Ira harus disuruh pergi? Apa salah Ira ngembangin bakat di bidang balet?" tanya Mira yang memanggil wanita yang menyeretnya itu dengan sebutan Mama.

"Jangan panggil saya sebagai Ibumu!" bentak wanita itu.

Echa memperhatikan wanita paruh baya itu, wajahnya nampak tidak asing baginya.

Kayaknya Caca pernah liat deh ibu itu. ucap Echa dalam hati.

"Kenapa Ma? Kenapa Ira gak boleh sebut Mama? bukannya Ira anak Mama ya?" tanya Mira sambil menatap sedih ke arah Ibunya itu.

"Kamu pembawa sial di keluarga ini." jawab Ibunya Mira dengan menatap tajam kearah Mira yang sedang meneteskan air matanya, tanpa rasa iba.

Echa terus memperhatikan wajah Ibunya Mira itu, wajah yang tidak asing baginya.

"Bu lili." ucap Echa.

"Bukannya Bu lili cuman punya anak satu? laki-laki?" tanya Echa yang sedang melihat pertengkaran antara Ibu dan Anak itu, meski Echa membantu mereka tidak akan merespon apapun.

"Ira anak Mama juga kan Ma?" tanya Mira dengan air mata yang mengalir.

"Kamu memang anakku, tapi kamu tidak di harapkan disini! Anakku cuman satu!" bentak Bu Lili.

"Tapi Ma, Ira sayang sama Mama, Ira mau Mama bangga sama pencapaian Ira,"

"Aku tidak sudi bangga dengan pencapaian kamu! seberapa besar pencapaian mu, aku tidak akan pernah bangga!" bentak Bu Lili.

"Kenapa Ma? Kenapa Ira masih hidup? padahal Mama gak nge harepin apapun dari Ira," ucap Mira sambil menatap matanya itu.

"Karena warisan dari kakek dan nenek turun kepadamu! bukan kepadaku!" bentak Lili.

"Mama bisa ambil semuanya, Ira gak butuh harta Ma, Ira cuman butuh Mama sama Papa." ucap Mira yang sedang memegang tangan Bu Lili.

"Papa? pergi saja, kejar Papa mu yang sudah menikah dengan wanita lain! Dan sebagai gantinya, dia harus menukar dengan anak kesayangan ku!" bentak Bu Lili.

Anak kesayangan? tanya Echa dalam hati.

"Mama hanya menyayangi Devan?" tanya Mira dengan tatapan sedih dan kecewa.

Devan? tanya Echa dalam hati saat mendengar nama Devan di sebut, Echa berharap bahwa Devan yang di maksud Bu Lili bukan Devan temannya.

"Iya, aku sudah memberitahumu bukan? kalau kehadiranmu sama sekali tidak aku harapkan!" bentak Bu Lili sambil kembali menyeret Mira untuk keluar rumah, Echa yang melihat itu langsung mengikutinya di belakang, dia ingin mengetahui hal selanjutnya.

"Ma. Jangan suruh Ira pergi, nanti kalau Mama kenapa-kenapa gimana?" tanya Mira.

"Saya tidak peduli! yang terpenting saat ini adalah Devan anakku kembali kepadaku!" bentak Bu Lili.

Siapa sih Devan? semoga aja bukan Devan temen Caca, Caca gak tau lagi mau bilang apa kalau emang itu bener Devan temen Caca. ucap Echa dalam hati dengan raut wajah khawatir dan bingung.

"Ma, Ira masih butuh Mama, Ira gak mau ninggalin Mama sendirian disini, Ira juga gak mau tinggal sama Mama baru," ucap Ira.

"Diam!" bentak Bu lili sambil menghempaskan Mira agar duduk di belakang mobil, anak kecil malang itu hanya bisa menangis meratapi hidupnya yang tidak di inginkan oleh ibunya sendiri.

Echa dapat merasakan bahwa rasa sayang Mira terhadap ibunya itu lebih besar daripada rasa sakit yang ada di hatinya karena luka yang setiap hari ibunya toreh di dalam hati Mira.

Echa juga dapat merasakan ada sedikit rasa kecewa dalam diri Mira yang selalu mempertanyakan hidupnya yang tidak di inginkan ini?

"Ira gak tau apa penyebab nya, tapi Ira mohon sekali aja Mama peluk Ira," ujar Ira.

"Sekalipun saya tidak sudi memeluk anak seperti dirimu!" teriak Bu Lili.

Kak Mira, Kakak orang baik, kenapa Kakak harus nunggu orang yang bahkan gak nyari keberadaan kakak. ujar Echa dalam hati sambil menatap seorang gadis kecil yang sedang meronta ingin keluar dari mobil tersebut.

Dan Caca selalu berharap sama Tuhan kalau Devan yang Bu Lili maksud itu bukan temen Caca sendiri, entah apa yang bakalan temen-temen Caca lakuin setelah tau semua tentang hidup Mira yang penuh dengan air mata. ucap Echa dalam hati sambil meneteskan air matanya, dia tidak tega melihat seorang gadis kecil yang masih membutuhkan kasih sayang keluarganya, di usianya yang masih belia dia dituntut untuk dewasa sebelum waktunya.

"Ira bakal buktiin sama Mama kalau Ira bakal sukses dengan hasil keringat Ira sendiri sampai tiba saatnya Mama bakal meluk Ira dan tersenyum bahagia." ucap Mira, sedangkan Bu Lili tidak mengindahkan perkataan Mira, seolah perkataan Mira hanyalah angin lalu dan tidak akan tercapai sama sekali.

Semua yang Kakak katakan itu akan menjadi bukti dari air mata yang selama ini kakak keluarin cuman buat dapet pelukan dari seorang ibu, Caca tau Kakak kuat. ucap Echa sambil menatap kepergian mobil berwarna silver itu dan tiba-tiba tubuh Echa tertarik dan semuanya gelap.

......................

...Terkadang kita berpikir bahwa hidup kita tidak beruntung, padahal banyak orang diluar sana yang dituntut dewasa sebelum waktunya, dituntut untuk kuat di masa kecilnya. ...

...•Mira...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***