CHAPTER {10}

Setelah 30 menit berlalu, Echa dan Ayu sudah selesai memasak pisang goreng tersebut dan menyajikannya kepada teman-teman Echa.

"Pisang goreng buatan Ayu udah selesai," ucap Echa sambil membawa satu piring penuh berisi pisang goreng, sedangkan ayu membawa nampan berisi teh hangat.

"Wah, wanginya sampai sini," ujar Azka sambil mengambil pisang goreng diikuti dengan yang lainnya.

"Enak banget," ucap Hanin, Mutiara dan Ivy yang sudah memakan pisang goreng tersebut.

"Makasih Teh," ujar Ayu yang sedang memberikan mengisi gelas dengan teh hangat.

"Kayaknya kita gak perlu repot beli keluar," ucap Nathan yang mulutnya penuh dengan pisang goreng.

"Abisin dulu yang ada di mulut," ujar Hanin.

"Serius ini udah kayak beli di cafe," ucap Gavin.

"Hatur nuhun a," ujar Ayu sambil tersenyum manis.

"Enak banget serius, nanti sore buat lagi ya," ucap Alvero.

"Iya a, nanti Ayu bikin lagi," ujar Ayu.

Echa tidak mendengar percakapan antara Ayu dan teman-temannya itu, matanya tertuju pada ruangan yang sempat dia lihat ada sosok berpakaian balet.

Caca coba panggil aja. ucap Echa sambil memejamkan matanya, namun sosok itu masih tidak keluar dari ruangan tersebut.

"Ca," panggil Shiren.

"Eh, Iya?" tanya Echa yang sedang memegang teh panas di tangannya.

"Aww, panass," ucap Echa saat teh panas itu mengenai tangannya hingga memerah.

Bara yang melihat itu langsung mendekatkan dirinya ke arah Echa sambil memegang tangannya yang kemerahan.

"Sakit?" tanya Bara yang sedang meniup tangan Echa. Echa hanya menganggukkan kepalanya dan menahan rasa panas yang ada di tangannya.

"Ayu ambilin dulu lidah buaya ya," ucap Ayu sambil berlalu pergi untuk mengambil lidah buaya.

"Mikirin apa Ca sampai kayak gitu?" tanya Ivy.

"Gak mikirin apa-apa, tadi emang Caca nya lagi ngelamun aja," jawab Echa yang masih merasakan panas di tangannya.

"Namaku Mira," ucap seseorang yang suaranya menggema di ruangan. Echa langsung melihat kesana kemari saat mendengar perkataan yang menggema itu.

"Kenapa lagi Ca?" tanya Hanin.

"Kalian denger gak?" tanya Echa.

"Apa? Dari tadi gak ada apa-apa, kita juga gak denger apa-apa," jawab Mutiara.

"Tadi Caca denger ada yang nyebut nama Mira," ucap Echa.

"Jangan sekarang Ca, kita lagi liburan dulu," ujar Azka.

"Ada apa?" tanya Ayu yang datang secara tiba-tiba dan memberikan gel lidah buaya ke tangan Echa.

"Em, itu gak ada apa-apa," jawab Echa.

Sedangkan disela-sela Ayu mengobati tangan Echa, tanpa Bara sadari Ayu sedang mencuri pandang dan sengaja mendekatkan dirinya dengan Bara agar lebih dekat. Echa yang melihat itu hanya diam tak berkutik.

"Caca udah gak apa-apa Kak," ucap Echa saat melihat Ayu yang semakin dekat dengan Bara.

"Beneran?" tanya Bara sambil menatap mata Echa.

"Iya, Ayu juga udah obatin Caca," jawab Echa.

"Tapi tangannya masih merah," ucap Bara.

"Gak apa-apa Kak, Kakak mending duduk aja, pegel kan duduk kayak gitu?" tanya Echa.

"Ya udah Kakak duduk." jawab Bara yang kembali ke tempat duduknya.

Sedangkan Shiren dan Hanin tersenyum geli saat melihat Echa yang menyuruh Bara secara halus agar duduk karena Ayu terus saja mendekati Bara.

"Kenapa gak to the point aja sih Ca?" tanya Hanin.

"Apaan sih Nin," jawab Echa yang masih menahan rasa panas di tangan dan rasa kesal di hatinya.

"Padahal bilang aja," ucap Shiren yang tersenyum geli.

"Diem." ujar Echa yang menatap tajam ke arah Shiren dan Hanin. Hanin dan Shiren langsung menutup mulutnya rapat-rapat meski ada seulas senyuman.

"Udah teh, semoga gak keterusan ya panas nya," ucap Ayu.

"Makasih Ayu," ujar Echa.

"Ayu pergi dulu ke dapur," pamit Ayu sambil berlalu pergi.

"Ayu, mau kemana?" tanya Azka yang menyusul Ayu ke dapur.

"Dasar playboy cap kakap." ucap Ivy kesal.

"Kenapa Vi? suka ya sama Azka?" tanya Alvero.

"Engga, kesel aja liat cowok yang modusnya sampai kebangetan kayak gitu, kan kasian Ayu yang di kasih harapan," jawab Ivy.

"Kesel-kesel manja," ucap Mutiara.

"Kalau suka bilang aja kali, keburu di ambil gadis desa lainnya," ujar Gavin.

"Ish, engga. Udah ah Vivi mau tidur dulu," ucap Ivy yang berlalu pergi dengan wajah kesalnya.

Sedangkan semua orang hanya tersenyum penuh arti menatap kepergian Ivy yang sedang dilanda amarah itu.

"Jadi, awalnya mau gimana?" tanya Mutiara saat melihat Ivy sudah hilang dari pandangan.

"Ikutin aja dulu alur yang sekarang, nanti kalau udah memanas baru kita gas," jawab Nathan.

"Iya juga sih, karena benih cinta munculnya dari benci, cemburu, takut, khawatir abis itu penyesalan deh," ucap Mutiara.

Sedangkan Echa masih Terngiang-ngiang dengan nama yang menggema tadi, anehnya suara gema itu hanya bisa di dengar oleh dirinya saja.

Mira. ucap Echa dalam hati yang masih merasakan sedikit panas di tangannya.

"Iya, aku Mira, senang bisa menemukan seseorang yang bisa melihat diriku." ucap Mira yang suaranya kembali menggema di ruangan.

Echa melihat kearah teman-temannya yang masih asyik berbincang soal Azka dan Ivy, berarti mereka tidak bisa mendengar suara Mira.

Siapa kamu? tanya Echa dalam hati.

"Aku penari balet yang kau lihat," jawab Mira.

Kenapa kau hanya menampakkan dirimu kepadaku saja? tanya Echa dalam hati.

"Aku juga tidak tahu kenapa bisa seperti itu," jawab Mira.

Boleh aku tau tentang hidupmu Mira? tanya Echa dalam hati.

"Tentu saja, aku akan bercerita tentang hidupku, tapi tidak sekarang," jawab Mira.

Kapan?

"Saat Ayah dan adikku sudah tidak di sini." ucap Mira.

Tapi kenapa? tanya Echa. Tidak ada jawaban dari Mira, hanya terdengar suara dari teman-temannya.

Mira. panggil Echa, namun tidak ada sahutan dari Mira.

"Ca," panggil Hanin.

"Kenapa?" tanya Echa.

"Kenapa ngelamun?" tanya Hanin.

"Siapa yang ngelamun? tangan Caca masih sakit, jadi Caca diem aja dari tadi," jawab Echa berbohong.

......................

...Ada beberapa hal yang tak perlu di katakan, contohnya hati yang tak pernah di balas. ...

...•Nathan Napoleon...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***