GHOST VILLA
Selamat membaca🤍
Kring.. Kring.. Kring
Suara alarm dari ponsel itu berbunyi sangat nyaring, membangunkan seorang gadis cantik yang sedang terlelap dalam tidurnya.
Gadis tersebut langsung mematikan alarm ponsel yang berada di samping tempat tidurnya sambil mengucek mata menyesuaikan cahaya matahari yang masuk lewat celah jendela.
Gadis cantik yang sempat kehilangan nyawa itu menggeliatkan tubuhnya dan segera bangun dari tidurnya untuk menyambut hari pertama libur panjang sekolahnya setelah satu minggu bergulat dengan soal yang sangat rumit.
Drt.. Drt.. Drt..
Namun saat gadis itu ingin melangkahkan kakinya menuju kamar mandi tiba-tiba saja ponsel miliknya bergetar menampilkan nama Hanin.
Halo Ca
Apa?
Gadis yang baru saja bangun dari tidurnya dan mengangkat sambungan telpon itu bernama Echa Aprilia Anjani, sering di panggil Caca, seorang gadis remaja yang memiliki kemampuan lebih dari anak indigo lainnya.
Jadi kan pergi?
Pergi? Kemana?
Ya ampun Ca! Jangan bilang baru bangun tidur!
Sedangkan orang yang berada dalam sambungan telpon Echa itu bernama Hanin Anjani Tifanka, sahabat baik Echa, seorang gadis remaja yang memiliki kemampuan untuk merasakan aura di sekitar, siapapun bisa memiliki kemampuan seperti Hanin.
Iya Caca baru bangun, emang nya kenapa?
Kita mau ke rumah Kak Tiara kan?
Ya ampun Nin! Caca lupa.
Hanin tunggu 10 menit.
Oke, oke tunggu Caca siap-siap dulu, masuk aja ke rumah, kayaknya Bi Neni udah masak deh.
Tut.
Echa mematikan sambungan telponnya itu secara sepihak tanpa menunggu jawaban dari Hanin, meskipun dia tahu bahwa saat ini Hanin sedang kesal karena telponnya di matikan secara sepihak.
Dirinya langsung lari terbirit-birit masuk kedalam kamar mandi. Suara gemercik air terdengar dari dalam kamar mandi, tanda bahwa Echa sudah memulai ritual mandinya.
...----------------...
Bagaikan kilat, saat ini Echa sudah selesai dengan ritual mandi paginya dengan memakai outfit simpel.
Dia langsung bergegas turun ke bawah untuk melihat apakah Hanin sudah sampai atau belum.
"Bii," panggil Echa sambil menuruni anak tangga dengan terburu-buru.
"Iya?" sahut Bi Neni yang berada di ruang tamu.
"Hanin udah kesini?" tanya Echa melihat kearah Bi Neni yang sedang membersihkan ruang tamu rumahnya.
"Belum." jawab Bi Neni.
Echa langsung bernafas lega saat mendengar perkataan Bi Neni bahwa Hanin belum datang ke rumahnya.
Ting.. Tong.. Ting.. Tong..
Suara bel rumah milik Echa berbunyi berkali-kali, menandakan ada seorang tamu yang datang ke rumah Echa.
"Biar Caca aja yang buka Bi," ucap Echa sambil melangkahkan kakinya menuju pintu.
"Udah siap?" tanya seseorang yang sedang berdiri di hadapannya.
"Udah Nin," jawab Echa.
Orang yang membunyikan bel rumah Echa adalah Hanin. Dia tidak mengharapkan siapapun lagi saat membukakan pintu rumahnya, kecuali Hanin.
"Kirain belum siap." ucap Hanin.
"Baru aja beres." ujar Echa sambil melangkahkan kakin menuju meja makan untuk mengisi perutnya yang sudah memberi tanda untuk segera di isi, di ikuti dengan Hanin di belakangnya.
"Soal hubungan Caca sama Kak Bara gimana?" tanya Hanin.
Bara Gatramana adalah seseorang yang selama 1 tahun kurang ini selalu menemani ke kosongan hari-hari Echa, menemaninya di setiap detak jantungnya dan detik waktunya, alasan Echa untuk tetap bertahan hidup saat keluarganya meminta dia untuk pulang karena tugasnya di dunia sudah selesai.
Namun alasan untuk Echa bertahan hidup malah pergi meninggalkan dirinya sendirian, di dunia baru tanpa kehadiran Bara. Satu nama yang selalu berada dijajaran paling atas alur hidupnya.
"Caca juga gak tau." jawab Echa sambil memakan sarapannya itu.
"Katanya mau pindah ya?" tanya Hanin. Sedangkan Echa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia belum ingin menceritakan tentang kepergian Bara kepada siapapun. Pamitnya Bara adalah hal yang Echa hindari beberapa hari kebelakang.
Hanin tidak melanjutkan percakapan nya itu karena dia tahu jika Echa sudah tidak menanggapi pertanyaannya berarti Echa sedang tidak ingin melanjutkannya lebih jauh.
Sebelum hari terakhir pengumuman liburan, Bara memberitahu bahwa dirinya dan Aira akan pindah keluar negeri untuk berkumpul dengan keluarganya, kemarin adalah hari dimana Bara dan Aira pergi keluar negeri.
FLASHBACK ON
Saat ini Echa sedang berada di kantin sekolah sambil menunggu teman-temannya yang belum keluar, dia adalah orang pertama yang sudah selesai dengan kumpulan soal rumit di satu lembar kertas. Namun bagi Echa soal itu tidak terlihat rumit.
"Ca," panggil seseorang yang kini sudah berada di hadapan Echa.
"Kakak udah selesai?" tanya Echa sambil tersenyum ke arah orang yang memanggil namanya.
"Udah." jawab orang tersebut mendudukkan dirinya disebelah Echa.
"Kak Bara mau makan?" tanya Echa ketika Bara sudah duduk di sampingnya.
Orang tersebut adalah Bara, siapa lagi yang berani mendekati Echa selain Bara?
"Gak perlu." jawab Bara menundukkan kepalanya beberapa detik sebelum pada akhirnya menatap mata Echa.
"Oh ya udah," ucap Echa.
"Kakak mau ngomong." ujar Bara dengan tatapan serius.
"Kan ini udah ngomong." ucap Echa. Bara hanya menghela nafasnya saat mendengar ucap Echa. Rasanya berat sekali ketika harus mengucapkan kata pamit.
"Ya udah iya, Kakak mau ngomong apa?" tanya Echa sambil menggenggam tangan Bara. Sedangkan Bara tidak menjawab pertanyaan Echa, dia masih menatap lekat mata Echa.
"Katanya mau ngomong, ngomong apa?" tanya Echa penasaran ketika Bara malah tidak menjawab pertanyaannya.
"Kakak mau pergi." jawab Bara.
"Kemana?" tanya Echa tanpa rasa curiga sedikit pun.
"Ke luar negeri. Nyusul Mama," jawab Bara dengan tatapan seriusnya, sedangkan Echa hanya diam tak berkutik saat mendengar perkataan Bara, secara perlahan tangan yang Echa genggam kuat kini sudah tidak sekuat tadi lagi. kalimat yang singkat itu membuat hatinya terasa sesak.
"Sekarang?" tanya Echa.
"Udah beres ujian sorenya langsung berangkat," jawab Bara yang melihat mata Echa mulai tak seantusias tadi.
Echa hanya bisa menghela nafasnya, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, jika memang Bara harus pergi karena keluarganya, alasan apa yang harus Echa keluarkan untuk mencegah Bara agar tidak pergi? Bara juga tak pernah main-main dengan perkataan yang keluar dari mulutnya.
"Kalau emang harus pergi gak apa-apa kak, pergi aja." ucap Echa sambil tersenyum ke arah Bara, meskipun hatinya terasa sakit saat mendengar penuturan Bara.
"Yakin?" tanya Bara sambil menggenggam tangan Echa.
"Apa lagi yang harus di yakinin? Meskipun Caca bilang gak boleh, Kakak harus tetep pergi kan? Kakak gak usah khawatir soal Caca, Caca bakalan baik-baik aja disini." jawab Echa.
"Di bilang berat buat Caca emang berat, tapi Caca gak bisa bilang gak boleh buat kebaikan Kakak sama Aira, di sana Kakak bakalan ketemu sama keluarga Kakak," sambung Echa sambil mengusap air mata yang ada di sudut matanya.
Semenjak kejadian gerhana bulan merah yang merenggut nyawa Echa, jiwanya seolah tidak tenang saat ingin melangkah pergi, karena Bara selalu saja memanggil namanya dengan seruan yang pilu.
"Jangan nangis.." ujar Bara yang melihat air mata Echa menetes. Sedangkan Echa hanya tersenyum sambil menghapus air matanya dan menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Kakak baik-baik ya di sana, jangan lupa disini Caca selalu nunggu kakak pulang," ucap Echa.
Bara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia juga sebenarnya merasakan hal yang sama seperti yang Echa rasakan saat ini. Sakit, sesak dan berat.
FLASHBACK OFF.
Di meja makan tersebut tidak ada perkataan atau pertanyaan apapun, hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring yang saling sahut menyahut. Setidaknya di meja makan itu tidak ada kekosongan seperti hati Echa saat ini.
......................
...Apapun rintangannya lihat lah hasil akhirnya lalu ambillah kesimpulan....
...-Echa Aprilia Anjani-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Ali Andi
q
2024-01-05
0
Dtyas Aldric
melanjutkan season 2 Thor .. walau baru Nemu sebagus ini .. tpi GK menyesal ..
2023-08-07
0
Nikodemus Yudho Sulistyo
Disubscribe dulu. salam dari NALA 🙏🏻🙏🏻😅
2022-12-28
0