"Kau terlambat 15 menit, Tuan," ucap salah satu pria dengan tato yang memenuhi lengannya. Wajah garang pria itu tak sedikitpun membuat Andra takut.
Kemarahannya akan perlakuan kasar mereka pada wanita didepannya membuat Andra kalap mata. Diam, pilihan Andra untuk sementara. Jelas saja hal itu menjadi tanya beberapa pria di sana. Reaksi Andra di luar dugaan mereka, pria itu terlihat santai seakan tak khawatir dengan wanita yang tengah di siksa.
"Lakukan, Rey!!" sentak pria bertubuh kekar yang kini menatap tajam Andra. Mungkin dengan sedikit pertunjukkan Andra akan tergerak untuk menyerang, pikir mereka.
Byur...!!
Dengan sadis, Rey yang di perintahkan menyiramkan air dingin ke tubuh wanita yang tertutup wajahnya itu. Sakit bukan main, hati Andra meraung menatap apa yang ada di depannya. Namun, jika bertindak bodoh ia lah yang akan terjebak dalam masalah, pikirnya.
Andra masih setia dalam diamnya, ia tak mengenali siapa mereka. Andra tak merasa pernah memiliki hubungan dengan mereka, baik itu kerja sama atau apapun. Isak tangis dan teriakan wanita yang tak jauh darinya masih saya menggema, mengiris kalbu seorang Andra.
Prok ... Prok ... Prok
Derab langkah diikuti tepuk tangan beberapa kali muncul dari balik salah satu pintu disana. Ruangan yang sebelumnya hanya remang kini terang benderang. Bias cahaya memenuhi ruangan.
"Waw, kau mati rasa sekarang?" Pria itu menyeringai, bukankah mempermainkan Andra adalah hal yang lucu, pikirnya.
Andra menatap tajam pria yang tengah tertawa kecil itu, sungguh ia benci dengan wajah itu. Beberapa tahun lalu, pria itu hampir menghilangkan nyawa Raka, sang Adik. Dialah Gio, adik kandung Alvino yang merupakan mantan suami dari Kinan.
Tak ia duga, takdir membawanya kembali bertemu dengan orang yang sama. Gio mendekat dan memberikan sebuah surat di sana, sebuah perjanjian konyol yang meminta Andra menebus wanita yang ia siksa dengan uang senilai 2M. Gila, liciknya seorang Gio bahkan tidak berubah.
"Jadi ini caramu mendapatkan uang?" Andra menatap hina Gio, maju selangkah agar jarak mereka semakin dekat. Netra keduanya berpadu nyata, tak Andra ketahui apa yang sebenarnya menjadi alasan Gio mengusiknya.
Kalaupun masalah Raka, rasanya tidak mungkin. Seperti yang ia tahu, Gio bahkan meminta Vino untuk menghentikan niat jahatnya usai kecelakaan yang membuat Raka terluka itu terjadi.
"Hahaha!!! Iya, salah-satunya, lalu kau mau apa?"
Gio menyeringai, baginya tidak satupun hal di dunia ini yang tidak mampu menghasilkan uang. Persetan dengan perasaan, baginya dendam tetaplah dendam. Jatuhnya nama Gio, dan hancurnya bisnis karena kalah saing dengan perusahaan Andra menjadi penyebab utama pria itu nekat mengusik Andra.
"Lemah!!" sentak Andra, hanya sepatah kata. Namun, sakit itu menusuk di hati Gio. Sepatah kata yang seakan menjadi hinaan untuknya, tangannya mengepal bersamaan dengan rahang yang kini mengeras.
Tanpa aba-aba, Gio hendak mendaratkan pukulan di wajah Andra. Namun, pria bermata sipit yang dulunya selalu kalah dalam pertarungan tak selemah yang di kira. Secepat kilat menghindar dan melayangkan tendangan tepat di perut Gio.
BRUGH
Sial, tali sepatu membuat Gio tersiksa. Dengan mudah Andra membuatnya tumbang, dengan sekuat tenaga Andra menginjak punggung Gio, wajah pria itu menyentuh lantai. Sakit, itu pasti. Bahkan Gio susah untuk bernapas, sedang beberapa anak buahnya tak mampu berkutik kala Andra mengeluarkan pistol dari saku jaketnya.
Rey yang sedari tadi begitu angkuh kini menciut mundur beberapa langkah, mengangkat tangan sebagai isyarat ia menyerah. Meski ia kuat, tak menutup kemungkinan ia akan tutup usia jika peluru itu menembus dadanya.
"Kalian salah bermain-main denganku, Badjingan!!!" Andra tak kuasa menahan amarahnya. Tembakan sembarang arah yang membuat mereka berteriak melebihi para gadis yang mendengar suara petir membuat Andra ingin terbahak.
"Kau!!" Andra menatap Rey yang kini berusaha bertahan di kaki lemasnya, jika saja Andra tak memikirkan dosa sudah tentu mereka dengan mudah ia bantai.
"Pergilah, sebelum aku yang membuat kalian pergi ketempat lain!" Ancaman Andra yang membuat Rey dan tiga orang lainnya memilih pergi tanpa memperdulikan Gio yang kini sekarat oksigen.
Andra melepaskan Gio dari pijakannya, nampak pria itu tengah berusaha mengambil napas. Benar, ia salah terlalu bermain-main dengan Andra. Tak ia duga jika Andra bukanlah pria lemah tanpa Raka.
"Urusan kita belum selesai, Badjingan." Andra berjongkok dan menarik kasar rambut Gio yang memang cukup panjang. Bak adegan ibu tiri yang kerap ia saksikan, Andra sungguh mendalami peran.
"Cih, jangan terlalu bangga, kau hanya anak dari wanita murahan yang di nikahi secara rahasia, iya kan?"
Pertanyaan bak hunusan pedang menusuk dada Andra, mengapa harus ibunya yang menjadi sasaran mulut jahat Gio. Demi Tuhan, sedikitpun ia tak bisa terima, tangan yang sejak tadi tertahan akhirnya mendarat tepat di wajahnya. Darah keluar seenaknya kala Andra mendaratkan pukulan berkali-kali tanpa ampun pada Gio.
Hingga pria itu terkulai lemah, barulah ia berhenti. Andra menghela napas kasar, segera bangkit dengan sisa tenaga dan hati hancurnya. Menghampiri wanita yang kini hanya bersandar tak bertenaga.
Perlahan Andra membuka ikatan kaki dan tangannya, Andra bernapas lega kala tak ia temukan tanda merah di pergelangan tangan wanita itu. Tak peduli bagaimanapun keadaan wanita itu.
"Syukurlah, aku tidak menemukan dirimu dalam keadaan seperti ini." Andra menghela napas perlahan, sungguh ia bersyukur kali ini. Meski ia tahu, tidak ada aturan yang membenarkan bersyukur di atas penderitaan orang lain.
"Kau baik-baik saja?" tanya Andra mencoba menyadarkan wanita yang menjadi korban Gio dan anak buahnya, melihat wanita itu bahkan tak memberi jawaban, segera Andra membopongnya dan berlalu meninggalkan Gio yang masih lemah disana.
Meski tak mengenal wanita itu, Andra tetap menemaninya di rumah sakit. Menanti pemilik kulit putih namun penuh lebam itu siuman, tak dapat ia bayangkan jika benar Rhania yang berada di posisi itu.
"Terima kasih, siapapun kamu." Andra berucap pilu menatap wanita yang kini terbaring lemah.
Tak sedikitpun Andra menyesal terlambat menyelamatkan, karena semua telah ia atur sedari awal. Sejak memasuki ruangan, ia tahu wanita itu bukanlah Rhania. Seorang Rhania tidak akan selemah itu, pikirnya.
Jarum jam menunjukkan pukul 08 malam, Andra merasa tubuhnya sedikit lelah lantaran belum sempat mengisi perutnya. Dalam situasi seperti ini, Alex benar-benar ia butuhkan.
"Kemari dalam 10 menit," ujar Andra tegas setelah panggilan terhubung.
Tanpa menunggu jawaban, Andra menutup ponselnya kala usai membagikan lokasi dimana ia berada. Esok ia akan kembali ke tanah air, meski tak yakin namun ia harus lakukan. Itulah pilihan yang telah ia tentukan sejak beberapa bulan lalu.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ma Malikha
ko Gio Jahaaaat
2024-07-06
0
Nanik Kusno
Salah sasaran
2024-05-10
0
Fika
Gio ternyata sejahat itu yach dulunya.....pntasan susah dpat jodoh
2024-03-16
0