(Sedang Revisi)Rosalinda
...Jatuh Cinta......
...Kata Orang, Cinta itu adalah anugrah yang terindah, yang harusnya kita syukuri. Aku pernah jatuh cinta, hingga jatuh ke dalam lubuk hati yang paling terdalam....
...Pernah......
...Aku pernah berusaha keluar dari lubuk itu, tapi Aku masih belum bisa......
...Bertahun-tahun semua ini ku lalui, agar aku bisa bangkit dari semua ini. Bahkan, setelah Aku menikah. Aku merasa hatiku bernoda, hatiku ini masih mencintai yang lain, padahal aku telah terikat tali pernikahan dengan suamiku yang baik hati....
...Berapa lamakah hatiku ini akan tertidur? Kapan hatiku ini akan terbangun dari rasa masa lalu?!...
...Kabar gembira,...
...Kabar gembira dari sebuah rasa ikhlas... Mengikhlaskan yang bukan menjadi jodohku, karena takdir Tuhan lebih indah dari keinginanku....
...Aku......
...Dengan sebuah kata ikhlas, yang lahir dari lubuk hatiku yang paling terdalam, ikhlas menerima semua yang telah Engkau takdirkan padaku Tuhan......
...Untukmu......
...Terimakasih, telah menjadi bagian dari hidupku....
^^^Bukittinggi, 09-09-2019^^^
^^^Ttd^^^
^^^Rosalinda Tanjung.^^^
••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Inilah tentang diriku...
•••
“Apa??!!” Aku terpekik kaget mendengar ucapan Ayah dan Paman ke-dua ku.
“Bagaimana bisa, Ayah dan semuanya, menerima lamaran seseorang, tanpa menanyakan pendapatku?!” protes ku dengan suara tinggi.
“Kamu sudah patut untuk menikah. Seperti yang sudah Mamak bilang, dia pria yang baik, bagus agamanya dan bisa bertanggung jawab untukmu di masa depan.” Paman ke-dua menjelaskan kembali kepadaku.
Mamak adalah sebutan untuk Paman dari keluarga Ibu. Dan Apak, untuk Paman dari keluarga Ayah.
“Tapi Makngah, aku tidak kenal dengan dia. Kenapa kalian menerima lamaran itu?” Aku masih mencoba mencari celah untuk protes.
“Mau tidak mau, kami semua sudah sepakat. Dua minggu lagi, kamu akan menikah dengannya.” tegas Ayah menimpali protes ku pada Paman ke dua.
“Tapi aku tidak menyukai pria asing yang tak aku kenal itu, Ayah. Dan aku menyukai seseorang.” teriak ku lantang. Aku membangkang saat ini, tak terima keputusan keluargaku.
“Pria yang tak berniat menikah denganmu, bukanlah pria yang baik.” ucap Ibu ku menyambung perdebatan ku dan Ayah.
Ibu menggenggam tanganku erat, lalu mengelus punggung tanganku, mencoba menenangkanku, agar keributan ini tak semakin panjang.
“Aku yakin dia akan segera melamar ku, Bu.” terangku.
“Jika dia berniat, dia pasti sudah melamar mu dan berusaha sejak dulu bukan? Lalu, apa ini? Kau mondar-mandir tidak jelas, balap-balapan motor, kau itu perempuan bukan anak laki-laki!!” Tiba-tiba Paman pertama ku yang pendiam dan jarang bicara itu langsung menyambung ucapanku dengan suara tinggi, memberikan tatapan tajam.
Aku terdiam, aku takut dengan Paman pertama yang pemarah itu.
“Kami semua sudah sepakat, 2 minggu lagi kamu akan menikah, dia pemuda yang baik, bagus agamanya, dia juga memiliki pekerjaan, dari keluarga yang baik-baik.” ucap Paman pertamaku tegas.
Suasana hening seketika, setelah Paman Pertamaku bicara, tak terasa air mataku langsung mengalir sendiri, kemudian Aku berlari keluar.
Aku bukanlah wanita lemah dan cengeng, namun Aku memang takut dan tak berani membangkang Paman pertama sedari dulu, tangisan ini karena marah yang tak bisa ku keluarkan.
Kenapa Aku harus dipaksa begini?
Mereka menjodohkan Aku dengan pria asing, yang tak ku kenal sama sekali. Dan kenapa keluarga Pria asing itu dengan segera meminangku? Kenapa?!
Tanpa sepertujuanku, keluargaku telah menerima pinangan itu dan menetapkan hari pernikahanku, serta acaranya yang akan dilangsungkan dua minggu lagi.
Aku pergi berlari ke sebelah rumah, rumah tetanggaku. Setelah sampai, aku langsung masuk dan mendapati seorang Ibu yang sedang menjahit.
“Etek Inah, Boy sudah bangun belum?” tanya ku pada Ibu itu.
“Masih tidur. Bangunkan saja.” balasnya tanpa menoleh padaku, Ia masih fokus pada jahitannya.
Aku langsung masuk ke dalam kamar belakang disamping dapur. Kamar itu sedikit gelap, penuh dengan aroma asap rokok.
Ku buka gorden jendelanya sampai cahaya terang menembus masuk ke dalam kamar itu.
“Woi, bangun!” Ku tepuk-tepuk punggung pemuda yang tidur telungkup tanpa baju itu. Ia hanya tidur pakai celana boxer pendek, menyingkapkan pahanya.
“Bangun, woi!!” ucapku lebih keras lagi dan tepukan ku juga semakin kuat.
“Cih!” Ia berdecih kesal karena tidurnya ku ganggu.
“Ah, ada apa? Kau ini hobi sekali mengangguku.” jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur, kemudian Ia membalikkan tubuhnya tertelentang. Lalu, Ia menatapku.
“Cepat bangun, kita pergi yuk! Aku lagi badmood!” ucap ku ketus.
Dengan posisi tertelentang, pemuda itu meletakkan ke dua tangannya ke belakang, menumpu kepala belakangnya. Lalu, tersenyum menggoda.
“Apa kau pikir aku tergoda melihat tubuhmu? Jangan sok tampan seperti ini! Cepat bangun!” teriakku dan langsung memukul perutnya yang sixpack itu.
“Auucwwhh!! Aduh! Kau ini, sebenarnya wanita atau pria sih?! Kau memukulnya dengan bersungguh-sungguh, membuatku kesakitan.” Ia langsung terduduk dan mengelus perutnya.
“Siapa yang suruh kau tebar pesona!” ucapku sembari menyedekapkan kedua tanganku di dada.
“Eh, dengar ya! Tidak ada wanita yang masuk ke kamar seorang pria seperti ini, apalagi pria itu tidak memakai baju dan hanya pakai celana boxer begini, tentu sa.....” Belum selesai pemuda itu menyelesaikan ucapannya, kepalanya sudah aku pukul dengan kuat terlebih dahulu.
“Kau!!!!” serunya marah. Ia mengelus kepalanya.
“Cepat bangun, ku tunggu kau di luar!” perintahku. Aku langsung berjalan keluar, tanpa menunggu jawaban setuju dari pemuda itu.
“Gimana, Dia udah bangun?” tanya Ibu yang menjahit itu.
“Udah Tek, ku pukul dia.” terangku terkekeh. Ibu itu juga terkekeh mendengarnya.
“Etek sudah lelah membangunkan nya, kerjaannya begadang aja, bangun siang terus.” ucap Ibu itu menjelaskan perangai putranya padaku.
Padahal Aku dan Putra Beliau, sebelas dua belas loh. Hehehehe.
Beberapa belasan menit kemudian, pemuda itu sudah keluar, rambut pendek yang di sisir belah tengah, kulit hitam manis, dan memiliki senyum gigi gingsul, namanya adalah Reyvaldo, dia temanku sejak kecil, tetangga di sebelah rumahku.
Teman-teman yang lain dan orangtuanya memanggilnya dengan panggilan, Valdo. Tapi, Aku tentu saja berbeda dengan yang lain, Aku lebih sering memanggilnya dengan panggilan Boy, dan Dia juga sering menyebutku Preman Galuak alias preman tempurung, artinya preman yang tidak mempunyai wawasan yang luas, belum layak menjadi preman. Itu katanya!
“Mau kemana?" tanya Ibu Boy pada kami.
Nama Ibu Boy adalah Sakinah, Aku lebih sering memanggilnya dengan Etek Inah. Etek itu panggilan untuk Tante.
“Gak tau Mak, preman ini ngajak entah kemana.” jawab Boy menunjukku.
Boy memanggil Ibu nya dengan panggilan Amak dan Ayahnya dengan panggilan Abak.
“Aku bukan preman!” protes ku menggerutu.
“Ya udah, kalian jangan ngebut-ngebut ya, Kamu dua minggu lagi akan menikah.” Ibu Boy berkata lembut.
“Menikah?!” tanya Boy terkejut.
“Kau akan menikah? Dengan siapa?” Wajah Boy langsung berubah, dia memegangi kedua bahuku dengan kuat dan sedikit mengguncangnya
“Jawab lah, kenapa kau diam saja?”
“Ros!” panggil Boy menatapku. Aku hanya diam.
“Ayo kita pergi, aku akan bercerita padamu.” Ku tarik tangan Boy keluar, ingin menjelaskan padanya.
Boy langsung menghidupkan motor Vega R berwarna hijau yang sudah Dia buat ceper dengan kandolpot resing bersuara keras, serta gambar-gambar yang nyentrik di tempelkan di beberapa bagian motor itu.
Tempat duduknya yang licin dan menungging, ciri khas motor anak balap yang ada di kampungku.
Aku dan Boy pergi entah kemana. Di atas motor, kami saling diam tanpa kata. Kami hanyut dalam pikiran masing-masing.
Tiba-tiba, motor itu mati di tengah jalan sepi, tepat di tengah jembatan muaro, yang dikenal dengan jembatan angker.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🏡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
uni Ros, salam kenal dari rang rantau yo 🙏
singgah di sini kitah ❤️
2022-03-28
1
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🏡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
Amak... Abak... 😭😭😭😭😭
Al-fatihah untuk Amak dan Abak
2022-03-28
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🏡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
ondee mande...
kampuang nan jauah di mato
salken author 👍🙏
2022-03-28
1