Orang Aneh

Perpisahan bagi anak kelas sembilan akan berlangsung. Semua murid dari kelas sembilan sangat antusias untuk hari itu. Aku masih di kelas memandangi teman-teman sekelas ku yang mulai berdandan.

Hari ini mereka tampak berbeda, pakaian yang mereka pakai pun berbeda. Mereka sengaja mendesain baju seragam mereka layaknya seragam sekolah anak Korea Selatan entah sebab alasan apa.

Ku akui mereka cantik saat mengenakannya. Lagi pula mereka punya banyak uang untuk berbuat semau mereka. Aku lihat ketua kelas itu sedang duduk di dekat gadis tercantik di kelas, bahkan dia merapikan rambut gadis itu yang sedikit berantakan.

Aku cemburu juga sedih. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan keluar dengan cepat takut perasaan ku semakin tak karuan.

Aku berlari secepat mungkin menuju ruangan seni yang tidak terpakai itu. Duduk diantara tumpukan kardus yang disusun rapi. Aku bahkan tidur disana entah sejak kapan.

"Bangun, hei kau harus bangun acara akan segera dimulai" ucap seseorang membangunkan ku. Aku malas membuka mata dan berusaha tidak menghiraukannya.

"Aku tahu kau mendengar ku" ucapnya lagi dengan nada yang cukup keras.

Aku terganggu dan kesal sekaligus. Aku langsung bangkit dengan cepat setelah menyadari ada seseorang yang mengajakku bicara. Ini kali pertama ada orang seperti dia. Aku membuka mataku. Apa aku salah lihat. Siapa dia dan kenapa dia ada disini.

Dia orang tertampan yang pernah kutemui. Rambutnya lurus dan hitam dan disisir rapi. Kulitnya putih, tinggi, dan dia juga punya senyum yang menawan. Apa aku salah lihat, atau apakah ini mimpi? Aku mencubit lenganku, aku merasakan sakit. Artinya ini bukan mimpi di siang bolong.

"Hei, kau harus sadar dan bangun sekarang juga" ucapnya lagi.

Aku bangkit dan hendak pergi. Dia menghalangiku dengan meraih salah satu tanganku. Saat dia menarik tanganku ku pikir ada sesuatu yang salah. Dia pasti sudah gila mau berteman dengan orang sepertiku.

"Inilah kau yang sebenarnya, pergilah" ucapnya lagi sambil tersenyum.

"Kau cantik dan juga menawan, cocok dengan namamu Qaireen" tambahnya lagi.

Aku terkejut dia bahkan tahu namaku. Bagaimana orang setampan dia tahu namaku. Aku berbalik dan menatapnya ragu.

"Kau siapa" ucapku pelan dan hampir tidak terdengar.

"Aku Adnan, aku sering memperhatikanmu" ucapnya jujur.

"Aku? kau sering apa" tanyaku lagi sebab tidak percaya.

"Pergilah, aku akan mengurus sisanya" ucapnya lagi membuat aku tambah bingung.

Aku berlari ke kelas dengan cepat, sampai rambutku terlepas dari ikatannya. Aku mengatur nafasku berlahan saat hendak masuk ke kelasku. Bahkan keringat sudah membanjiri pelipisku. Aku heran semua orang menatapku tanpa berkedip.

"Kau siapa" ucap salah satu teman sekelasku.

Apa ini? Apa dia berusaha membuli ku. Tuhan tolong jangan biarkan apapun terjadi padaku, aku berharap Tuhan akan menolongku. Dia berjalan mendekati ku membuat jantungku berdetak kencang sebab takut.

"Kenapa kau disini, siapa kau sebenarnya. Apa kau salah masuk kelas" tanya lagi.

Aku takut semakin dibuli, akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkannya dan duduk di kursiku.

"Kau Iren, apa benar kau Iren" tanyanya seperti orang bodoh.

"Apa yang membuatmu berubah" ucapnya lagi.

Aku sudah tidak tahan lagi, aku merasa dia sudah mulai keterlaluan. Aku berdiri dan meraih tasku dan berniat keluar dari ruangan itu.

"Ke-napa kalau aku Iren" ucapku memberanikan diri.

"Gak ada masalah, cuma itu. Kau tampak berbeda" ucapnya sambil berlalu.

Aku berjalan ke luar ruangan sambil menunduk. Aku baru sadar rambutku sudah terurai. Aku kembali menyelusuri jalan menuju ruang seni, akan yakin aku menjatuhkan ikat rambutku disana. Aku membuka pintu dengan pelan setelah mengintip ke dalam, takut orang itu masih ada disana.

"Kau mencari ini" ucapnya tiba-tiba saat aku sedang sibuk mencari di dekat tumpukan kardus.

"Iya, terimakasih" ucapku tanpa melihat wajahnya.

"Ku pikir kita akan sering jumpa disini, Ini awal yang baik untuk kita" ucap Adnan sambil tersenyum.

...****************...

Aku mengikat rambutku lagi dan pergi ke pesta perpisahan itu. Aku duduk di sembarang kursi dan menonton pertunjukan bakat. Ku lihat teman sekelas ku sedang tampil tanpa sadar aku bertepuk tangan untuk mereka. Mereka memang terbaik, cantik, kaya, pintar dan disertai bakat yang menjanjikan.

Adnan tampak melambaikan tangannya ke arahku dari kursi yang tidak terlalu jauh dariku. Dia bahkan duduk di sampingku dan tersenyum terus tanpa henti.

"Aku tahu kau juga suka menari dan menyanyi. Aku sering melihatnya di ruang seni. Walau kau lebih banyak menangis" ucapnya seolah dia tahu semua tentang aku.

"Qaireen aku tahu semua tentangmu" tambahnya lagi membuat aku takut.

Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa semua orang tampak aneh hari ini. Orang di kelasku dan juga Adnan yang tiba-tiba muncul. Aku menatapnya penuh curiga siapa dan kenapa dia seperti itu padaku. Tidak ada seorangpun yang akan berbuat seperti itu padaku di sekolah ini.

"Siapa kau sebenarnya" ucapku takut.

"Aku Adnan, aku sudah bilang padamu" ucapnya enteng.

"Maksudku apa mau mu dan kenapa kau mendekatiku" ucapku lagi karena tidak puas dengan jawabannya barusan.

"Aku tidak berpikir apapun, yang jelas karena aku, kau cukup beruntung hari ini" jawabnya semakin tidak masuk akal.

Aku berjalan menjauh darinya. Kejadiannya membuat hariku jadi tidak nyaman. Aku mengambil tempat duduk di koridor sekolah dan menonton pertunjukan dengan nyaman disana. Dia datang lagi dan duduk di sampingku lagi tanpa rasa bersalah. Aku beranjak lagi enggan bersama orang sepertinya.

Dia tidak berhenti mengikuti ku, kemanapun aku pergi dia selalu ada walau tidak begitu dekat. Kadang dia hanya menatap, tapi kadang juga dia tersenyum manis. Bahkan dia juga sempat melambaikan tangannya padaku. Aku semakin takut dan tidak mengerti dan mencari cara untuk menjauh darinya.

Aku bersembunyi sebisa mungkin dan terus begitu. Aku berencana kembali ke ruang seni dengan aman. Disana aku tenang, tanpa siapapun mengganggu. Aku meraih satu karya yang sangat mengagumkan untukku. Lukisan gadis cantik, rambutnya panjang dan hitam, kulitnya putih dan matanya jernih seperti boneka.

Kucoba meraih lukisan indah itu sampai aku berjinjit sampai orang itu datang lagi. Aku menoleh ke belakang dan melihat dia lagi. Adnan. Aku terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

"jangan menghindariku, nanti juga kau akan butuh padaku" ucapnya tidak masuk akal.

"Aku tidak butuh padamu dan itu terserah padaku" jawabku kesal dan marah padanya.

"Kau akan butuh" ucapnya lagi seperti berharap lebih.

"Jauhi aku"

Dia akhirnya pergi meninggalkan tempat itu, tapi sebelumnya dia tersenyum tipis padaku. Aku menatap kepergian dengan perasaan bersalah. Ada apa dengannya? ucapku dalam hati.

Sejak saat itu hidupku berubah. Dia merubah hidup yang ku benci.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

BFF

BFF

semangat up x thor

2021-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!