Menangis dalam dekapan Paula, yang dapat menghilangkan sedikit beban, yang selama ini dia simpan.
"Kenapa Nona tidak memberitahu, pada Tuan Damian agar Tuan Dave, dapat bertanggung jawab." Tanya Paula, saat Alana terus menangis dalam dekapannya.
Menangis, dan menangis, dan ketika sudah merasa jauh lebih tenang, Alana segera melepaskan pelukannnya, seraya mengusap airmata yang masih mengalir, dan mencoba untuk berbicara.
"Aku tidak mau, membuat Dave semakin membenciku. Kehadiranku disini saja, sudah membuatnya mearasa terabaikan oleh Papa, mungkin saja dengan kepergianku dari rumah ini, dapat mengembalikan hubungan yang baik antara Dave, dan juga Papa, Bibi?"
"Tapi bukan itu masalahnya, Nona? Tuan Dave sudah menodai anda, dan bagaimanapun dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya."Dengan menarik tangan Alana, agar menghampiri Damian, tapi seketika Alana melepaskan genggaman tangannya.
"Tidak Bibi, jangan?! aku tidak mau, membuat dia semakin membenciku. Dan lagi pula besok dia akan bertungan dengan Karin. Dan juga, aku tidak mau hidup bersama dengan laki-laki yang tidak mencintaiku, aku bisa belajar mencintanya, tapi bagaimana dengan dia. Lagi pula aku yakin, aku kuat melewatinya. Dan aku akan memulai kehidupan baruku, ditempat yang lain. Dan melupakan semua yang sudah terjadi." Seru Alana, panjang lebar.
Paula menatap nanar Alana, dengan rasa iba. Dan dengan segera, dia menghampiri wanita berambut panjang itu, dan merangkulnya.
"Nona wanita yang baik, semoga saja kebahagian akan selalu bersamamu. Dan pasti Bibi akan sangat merindukanmu, Nona?!" Dengan airmata, yang sudah membasahi pipinya.
"Aku juga pasti akan merindukanmu, Bibi?!" Jawabnya, dengan berusaha untuk tersenyum.
******
Detik terus berjalan, hingga haripun telah berganti dengan hari yang baru.
Dan malam ini, adalah hari pertunangan antara Dave, dan juga Karin yang adakan dikediaman Damian Hounston.
Dave, dan Karin terlihat begitu bahagia, saat cincin pertungan telah disematkan dijari manis, mereka masing-masing.
"Aku mencintamu, Sayang?" Ucap Karin dengan tatapan penuh cinta, menatap laki-laki yang sudah resmi menjadi tunangannya itu.
"Aku juga mencintaimu, Sayang?!" Dengan langsung mencium bibir Karin, yang disambut dengan tepuk tangan riuh, oleh para tamu undangan, yang hadir mengikuti acara pertungan kedua anak pengusaha itu.
'Selamat yaa, Tuan Dave? Nona Karin?" Ucap salahsatu tamu undangan, yang memberi selamat pada keduanya.
"Terma kasih," Jawab Karin, dengan senyuman kebahgiaannya.
Terus berjabatan tangan, dan akhirnya datang seorang lelaki tampan, yang d menghampiri mereka, tak lain adalah sahabat dari Dave, Louis.
"Selamat ya, buat kalian berdua?" Ucap Louis, yang sengaja mengejutkan Dave, dan juga Karin.
"Louis? kapan kau datang?" Tanya dave seoalah tak percaya, saat melihat keberadaan sahabat baiknya itu.
"Baru saja," Jawabnya, tersenyum.
"Selamat Nona Karin, dan maaf aku sedikit terlambat."
"Kedatanganmu saja, sudah membuatku senang."
Mereka terus berbincang, hingga kedatangan Damian yang mengejutkan ketiganya. " Kapan kau datang, louis?" Tanya Damian, dengan menghampiri lelaki tampan itu.
"Baru saja, Om?" Jawabnya dengan mengedarkan pandangannya, kearah belakang.
Damian hanya tersenyum, saat melihat apa yang dilakukan Louis, dan dia tahu lelaki tampan itu, tengah mencari keberadaan putrinya.
"Kau mencari, putriku?" Dengan senyuman, menatap laki-laki muda itu.
"I..iya Om." Jawabnya gugup, dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, karena malu..
"Pergilah, Alana sedang berada disana?" Dengan menunjuk seoarang wanita, yang tengah duduk sendirian ditaman.
Dave menatap ayahnya, dengan tatapan penasaran. Dan dalam dirinya timbul rasa penasaran yang teramat sangat.
"Memang Louis, menyukai Alana, Paa?!" Tanya Karin, yang terlihat penasaran, saat lous telah menghampiri Alana.
Hanya tertawa kecil, saat mendengar apa yang ditanyakan calon menantunya.
"Tentu saja, dan maaf selama ini Papa tidak memberitahu pada kalian berdua, terutama kau Dave, dan asal kalian tahu Louis pernah meminta Papa, untuk meminang Alana menjadi istrinya. Dan Papa rasa, setelah menikahkan kalian berdua, Papa akan menikahkan mereka berdua juga." Jawab Damian, dengan rona bahagia diwajahnya.
"Dan apakah Papa yakin, ALana akan mau?!" Tanya Dave, dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Alana adalah anak yang penurut, tidak sepertimu yang sangat keras kepala, dan Papa yakin dia akan mau jika Papa yang memintanya. Dan kalian berdua silahkan lanjutkan, Papa mau menyapa para colega Papa.." Ucap Damian, dengan berlalu begitu saja.
"Menurutku sangat bagus, jika Papamu segera menikahkan dia dengan Louis, agar dia segera pergi dari rumah ini, bagimana Sayang?."
"Menurutku juga, seperti itu." Jawabnya, ditengah rasa kesalnya.
*******
"Kamu kenapa ALana, sepertinya kamu kurang sehat?" Tanya Louis, saat mereka tengah berbincang-bincang.
"Aku baik-baik saja Louis? aku baik-baik saja." Jawabnya, dengan meyakinkan pengusaha tampan itu.
"Kukira kamu sedang sakit, kalau kamu sakit aku yang akan mengantarmu keDokter."
"Terima kasih Louis, untuk tawarannya. Tapi aku, sedang tidak sakit."
*******
Tengah malam telah berlalu, dan acara pertunangan telah selesai. Dan terlhat diruang kerja, Alana tengah berbincang dengan Damian, ayah tirinya.
'Papa, tidak mau kau pergi Alana?! kenapa kau membuat keputusan tanpa meminta persetujuan, dari Papa. Dan kau adalah tanggung jawabku, sebelum Mamamu meninggal, Papa sudah berjanji akan merawatmu." Bertanya, dengan raut wajah yang terlihat sendu.
"Aku mohon, Paa? biarkan aku pergi. Aku hanya ingin hidup mandiri." Dengan tatapan memohon, menatap Damian,
"Apa ini semua, karena Dave?! Alana?" Bertanya, dengan tatapan intens, menatap anak angkatnya.
Raut wajahnya berubah gugup, dan sedikit pucat. Tapi dia memaksa untuk tersenyum, agar bisa menyembunyikan dari Damian.
'Tidak Paa? bukan karena Kakak, aku hanya ingin hidup mandiri." Jawabnya, meyakinkan.
Menghembuskan napas, berusaha untuk memahami keinginan anak tirinya.
"Tapi berjanjilah pada Papa, kau akan tetap memberi kabar."
"Tentu Paa, aku akan tetap memberi kabar. Karena sampai kapanpun, kau adalah Papaku." Dengan memeluk erat, lelaki paruhbaya itu.
********
Matahari telah bersinar menyinari bumi, cahayanya menerobos masuk kaca jendela kamar, yang mengenai wajahnya, hingga membuat lelaki tampan itu terjaga dari tidurnya.
Bangun dari tidurnya, seraya merentangkan kedua tangannya, guna merenggangkan otot-ototnya.
"Ternyata, aku bangun kesiangan." Gumamnya, dengan langsung berlalu kekamar mandi.
Setelah setengah jam lebih selesai dengan kegiatan mandinya, dan berpakaian, Dave langsung menuruni tangga, menuju lantai bawah.
Dan saat melewati lantai dua, lelaki tampan itu menghentikan langkahnya saat melihat seorang pelayan, menggembok kamar Alana dari luar.
"Kenapa kamarnya, dikunci dari luar?"
"Tuan Damian, yang meminta kami untuk mengunci kamar Nona Alana, Tuan?" Celah, Paula yang baru saja datang.
"Memang, dia pergi kemana? sampai kamarnya harus, dikunci segala," Bertanya, dengan nada penasaran.
'Nona Alana, sudah pergi keluar negeri Tuan? tadi pagi, jam 7."
"Pergi keluar negeri?!" Ucapnya, seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar, hingga kedua alisnya sedikit menyurut.
"Pergi keluar negeri, kemana?"
"Tidak tau Tuan? karena Nona ALana merahasiakan dari Tuan besar, dan Juga saya."
Raut wajahnya seketika berubah pucat, dan dia terlihat sedikit syok. Tapi sebisa mungkin Dave tetap tenang, dan menyembunyikan didepan kedua pelayan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Elliyana
maaf ada sebagian yang terlewat aku like 🙏🙏🙏🙏🙏
2021-07-14
0
Lina Zascia Amandia
kasian Alana wanita tegar!
2021-07-12
0
Devi Yuliani
rasain kamau dave
2021-07-06
0