Berbaring diatas ranjang kingsizenya, dengan terus mengalirkan airmatanya. Mengingat kembali kejadian semalam, membuat dia tak sanggup membendung airmata kesedihan itu.
Berbagai pikiran negatif mulai menghinggapi dirinya. Mulai dari khawatir kalau dia akan hamil, atau apa yang dia harus katakan kalau nanti suaminya menanyakan, tentang dirinya yang sudah tidak suci lagi.
"Apa yang harus aku lakukan, bagaimana jika aku hamil? bagaimana jika suatu jika aku bersuami, suamiku menanyakan aku yang sudah tidak suci lagi, apa yang harus aku katakan? apa yang harus aku katakan? apa yang harus aku jawab?" Bertanya pada diri sendiri, yang membuat tangisnya semakin deras keluar.
Terdengar suara ketukan pintu, yang mengalihkan tatapan wanita pemilik rambut cokelat itu.
"Siapa?!" Bertanya, dengan rasa takut yang kembali menyelimuti, karena mengira itu adalah dave.
"Ini Papa Lana? ini Papa?"
Semakin menangis, dan menangis. karena tidak mungkin dia jujur, tentang keadaannya pada ayah tirinya itu.
'Masuklah Papa?" Dengan membuka, pintu kamarnya.
"Kata Paula, kau sakit. Jadi Papa datang, untuk menemuimu."
Seketika Damian menyurutkan kedua alisnya, saat mendapati mata sembap pada mata Alana.
"Kenapa kau menangis, apakah ada yang menyakitimu?" Bertanya, dengan tatapan penuh selidik.
"Tidak Papa?! aku tidak menangis." Jawabnya, dengan kembali mengeluarkan airmata, yang tak sanggup dibendungnya lagi.
Menghembuskan napas kasar, seraya memegang kedua pundak Alana, dan menatapnya dengan intens.
"Katakan pada Papa! apakah ada yang menyakitimu? apakah Dave berkata kasar, atau menyakitimu?"
Mendengar nama Dave, seketika Alana semakin menangis, dan langsung memeluk pria paruhbaya itu, menumpakan semua kesedihannya.
"Papa?! Tangisnya, hingga bahu itu bergetar, sebab tak sanggup menanggung beban yang ada dihati.
"Katakan Alana, katakan ada apa? apakah Dave, mengatakan sesutau yang buruk tentangmu? jika benar, Papa akan memberinya pelajaran."
Mengeleng pelan, dengan airmata masih membasahi pipinya.
"Aku hanya takut, Paa? aku takut, aku mohon jangan tinggalkan aku sendiri dirumah ini."
Menghembuskan napas dalam, dan kembali merangkul anak tirinya itu.
"Maafkan Papa, lain kali jika Papa keluar kota, Papa akan mengajakmu."
Hanya menganggukkan kepala, dengan masih menangis. Pelukan pria paruhbaya itu, seolah mampu mengurangi kesedihan dihatinya.
"(Seandainya kau tau, jika anakmu sudah memperkosaku, bagaimana perasaamu Paa? bagaimanapun aku tidak mau, menghancurkan hubungan antara kau, dan putramu.)" Bathinnya, yang tetap memilih merahasiakan musibah ini.
*******
HOUNSTON GROUP.
Tatapan matanya, menatap kota Newyoark dari lantai duapuluh gedung pencakar langit miliknya, dengan tatapan menerawang. Dan teringat kembali kejadian semalam, membuatnya hanya menghembuskan napas. Dan hal yang seharusnya dia akan lakukan dengan Karin, justru dia lakukan dengan adik tirinya.
Terdengar suara pintu terbuka, dan menampakan seorang gadis cantik, dengan rambut panjang sebahu. Menghampiri pria yang dicintainya, seraya menelusupkan kedua tangannya pada pinggang, dan memeluknya dengan erat.
Dave begitu terkejut, dan senyuman langsung mengembang diwajah tampan itu, saat mengetahui itu adalah karin kekasihnya.
"Apa yang kau lamunkan, Sayang?" Dengan menyandarkan tubuhnya, pada punggung lelaki tampan itu.
Tersenyum, dengan tetap membiarkan kedua tangan itu tetap memeluknya.
"Tentu saja, aku sedang memikirkanmu? kau tau, aku begitu merindukanmu. Dan kapan kau datang, kenapa tidak memberi tahuku?"
Karin melepaskan pelukannya, dan menatap Dave.
"Aku baru semalam tiba dari Itali. Kautau, akupun merindukanmu." Dengan nada manja, dan mencium bibir seksi itu. Terus berciuman, dengan begitu gairahnya. Dan perlahan tangan itu, mulai bermain dikancing kemeja milik kekasihnya.
"Ingat! kita sedang berada dikantor!" Dengan tersenyum, menatap Karin, yang ingin melakukan hal lebih jauh.
"Kau selalu saja menolakku, padahal bagaimanapun aku akan tetap menjadi istrimu. Dan aku ingin, kau segera meikahiku!" Dengan raut wajah, sedikit cemberut.
"Bagaimana, kalau kita pergi mencari cincin pertungannya sekarang."
Raut wajah Karin seketika sumringah, dan dia terlihat begitu bahagia.
"Kau serius Sayang?!" Bertanya, untuk memastikan apa yang dia dengar tidaklah salah.
"Tentu, aku ingin segera menikahimu, dan dalam bulan ini aku ingin kita segera bertungan."
"Baiklah Sayang, ayoo?!" Dengan menggandeng lengan kekasihnya, berlalu dari ruang kerja.
Saat melewati meja sekretarisnya, langkahnya terhenti.
"Daven, jika ada yang mencariku, katakan kalau aku sedang keluar."
"Baik, Tuan?!" Jawabnya, dengan memaksakan diri untuk tersenyum.
Menatap dengan sinis kepergian Bosnya, dan kekasihnya.
"Kenapa Tuan bisa menyukai gadis sombong seperti Nona Karin, apa bagusnya wanita itu." Dengan senyuman sinis, dan tatapan yang begitu kesal.
******
KEDIAMAN DAMIAN HOUNSTON.
Turun dari mobil mewah, dengan terus menggandeng manja lengan calon suaminya.
"Apakah Papamu, sedang berada dirumah sayang?"
"Iya, Papa sedang berada dirumah." Jawabnya tersenyum, dengan melangkahkan kaki bersama Karin, masuk kedalam rumah mewah itu.
Saat tiba didalam, mereka menjumpai Ayahnya, dan Alana tengah menikmati makan malam mereka.
Raut wajah Karin terlihat memerah, apalagi melihat bagaimana sayangnya Damian pada Alana, membuat dia terlihat begitu kesal. Karena menurutnya Alana, tidak pantas mendapatkan kasih sayang itu, sebab dia mengetahui Alana hanya anak tiri, dan ibunyapun sudah meninggal.
"Papamu, terlalu memanjakan anak itu!"
Menghembuskan napas dalam, berusaha meredam emosi.
"Selamat malam Paa?" Dengan berjalan, menghampiri Papanya, bersama Alana.
"Selamat malam, calon Papa mertua?" Sapa Karin, dengan langsung mencium Pipi Damian.
"Malam, anakku." Balas, Damian.
"Kapan kau datang, dari Itali?"
"Tadi malam."
Tatapan mata Dave, menatap Alana yangn hanya menunduk. Dan rasa takut kembali menyelimuit wanita itu, mengingat bagaimana laki-laki itu memaksanya untuk melakukan hubungan intim.
"Maaf aku sudah kenyang, aku akan kembali kekamar." Pamitnya, dengan berlalu kearah tangga.
"Tapi makanmu, belum habis Alana?"
"Maaf Paa?! tapi aku sudah kenyang." Dengan kembali, melanjutkan, langkah kakinya.
"Aku, dan Karin akan segera bertunangan." Ucap Dave tiba-tiba, yang menghentikan seketika langkah kaki Alana.
Alana hanya meneteskan airmata, dan kembali melanjutkan langkah kakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Salma Cheng
semoga pertunanganmu lancar dan karma akan berpihak padamu Dave
2021-10-23
0
Susilawati Dewi
kasian banget
2021-07-26
0
Roro Ayu Murwani
bosnya namanya dave
sekretarisnya daven duh takut ketuker hahaha
2021-03-27
2