Dia hanya bisa menangis, dan menangis saat Dave melemparkan dirinya dengan sejumblah uang, yang berhamburan diatas ranjang, karena laki-laki itu menganggapnya sangat begitu rendah.
"Ibuku bukan wanita murahan, yang seperti kau tuduhkan itu?! dia adalah, wanita baik-baik." Ucapnya, dengan airmata yang terus mengalir membasahi pipinya.
Tertawa keras seketika keluar dari bibir lelaki tampan itu, hingga tawa itu begitu menggema didalam ruangan itu.
"Dan kau pikir aku percaya?! kau, tidak ada beedah jauh dengan Ibumu?! dan aku yakin kau masih bertahan dirumah ini, karena kau menginginkan harta Papaku." Dengan menyeringai jahat, menatap Alana yang tengah menangis.
"Pergi kau, pergi..?! aku sangat membencimu?! sangat membencimu..?!" Teriaknya, dengan terus mengeluarkan airmata.
"Tentu saja aku akan pergi, karena aku sangat muak melihat wajahmu!" Jawabnya, dengan berlalu begitu saja meninggalkan Alana, yang masih menangis.
Berlalu dari kamar Alana, dengan membanting pintu dengan sangat kasar, hngga membuat hingga membuat wanita berambut madu itu tersentak kaget, dan makin menangis.
Alana menangis, dan menangis. Apalagi melihat bercak dara, pada seprei ranjangnya, membuat airmata wanita berambut blonde itu semakin deras keluar.
Menuruni kedua kakinya dengan tubuh dalam keadaan polos, dengan kesakitan yang teramat sangat, pada area kewanitaannya.
Pandangannya menerawang, dan saat berada didalam kamar mandi, dia segera menghidupkan shower, untuk membasahi tubuhnya.
Menangis sejadi-jadinya dibawah tumpahan air, dan merasa tubuhnya begitu kotor.
"Aku begitu menyayangimu, dan menganggap dirimu sudah seperti kakakku sendiri, kukira kau adalah orang yang akan menjagaku, tapi nyatanya justru kau yang sudah menghancurkan hidupku. Aku sangat membencimu..?! sangat membencimu..?!" Dengan teriakan, yang menyalurkan semua kesedihan, dan emosi dalam dirinya.
Menangis diabawah kuncuran air, dan menggosok tubuhnya dengan kasar, karena merasa dirinya sudah kotor.
***********
Mentari telah menampilkan cahayanya, dipagi hari. Pagi ini dia sudah terlihat tampan dengan stelan jas berwarna navy, yang membalut sempurna ditubuh seksinya. Menyisir rambutnya dengan jari, hingga rambut itu berjatuhan sedikit menutupi wajahnya yang tampan. Senyuman kecil membingkai diwajah tampannya, seolah kejadian semalam sama sekali tidak berpengaruh untuk seorang Dave Hounston.
Menapaki kakinya menuruni tangga, menuju lantai bawah. Saat melewati lantai dua, langkah itu terhenti saat dia melewati kamar Alana.
Hanya menyunggingkan senyuman disudut bibirnya, menatap pintu kamar milik Alana.
"Itu bayaran yang harus kau bayar, atas sikap kau, dan Ibumu." Gumamnya pelan, dengan belalu kelantai bawah.
Saat tiba dilantai bawah, dia sedikit terkejut saat menadapati Ayahnya, Damian diruang makan.
"Papa?! Kapan kau pulang? bukankah, kau mengatakan padaku, kalau kau akan pulang setelah dua hari lagi?"
Menyunggingkan senyuman sinis diwajahnya, menatap anak lelakinya.
"Kenapa? apakah kau tidak suka, kalau Papamu berada dirumah?"
"Tidak, aku suka. Memang apakah salah, jika aku bertanya padamu, Papa?!"
"Yaa, yaa, tentu saja tidak ada yang salah. Dan bagaimana hubunganmu, dengan Karin? Kapan kalian akan menikah?!" Bertanya, dengan memasukkan mulutnya, dengan sepotong roti.
"Secepatnya, secepatnya aku akan menikahinya. Dan buat apa Papa bertanya, bukankah Papa tidak pernah perduli padaku?!"
Hanya menghembuskan napas kasar, seraya menyandarkan pundaknya pada sandaran kursi, dengan tatapan menatap anaknya.
"Siapa bilang Papa tidak perduli padamu, kau adalah putraku, pewaris dari perusahaan yang kumiliki, tentu saja aku sangat perduli padamu. Dan kau saja, yang merasa kalau selama ini Papa selalu membeda-bedakanmu dengan adikmu, Alana."
"Dia bukan adikku, sama sekali bukan adikku!" Jawabnya, tegas.
"Kenapa kau begitu membenci Alana? saat ibumu masih hidup kau sangat menginginkan seoarang adik perempuan dari kami berdua. Hingga sampai ibumu meninggal kami tidak bisa mengabulkan keinginanmu itu, Dave? sekarang ada Alana, Papa minta sayangilah dia, Dave?! gadis itu sebatang kara, dia tidak memiliki siapapun didunia ini." Dengan tatapan penuh harap, menatap anak laki-lakinya itu.
Bangun dari duduknya, dengan raut wajah yang begitu memerah.
"Maaf Paa, aku harus segera pergi. Aku ada rapat, pagi ini." Pamitnya, dengan berlalu begitu saja.
"Baiklah, hati-hatilah Dijalan,"
Saat seoarang pelayan lewat, Damian seketika bersuara. Hingga membuat langkah Dave, berhenti seketika.
"Paula, dimana Alana? kenapa dia belum bangun?" Tanya Damian, pada salahsatu pelayan rumahnya.
"Nona Alana sedang sakit, Tuan? tadi pagi badannya panas tinggi, tapi tadi saya sudah memberi obat padanya. Dan sekarang dia sedang tidur."
'Baiiklah, kalau begitu aku akan melihatnya kekamarnya." Jawab Damian, dengan bangun dari duduknya, pergi kelanntai dua.
Mendengar Alana sakit, Dave seketika menghembuskan napasnya. Dan larut dalam lamunanya beberapa detik, dan ntah apa yang dipikirkan oleh lelaki tampan itu, hingga kembali melanjutkan langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
kasihan alana
2023-09-11
0
Dianherlina Siswoyo
mampir Awal yg menyakitkan semangat thor 👍
2022-10-04
1
Siti Aminah
aku suka cerita ny....kejam2 tp lama2 bucin....
2022-03-14
0