L.A.T.M 05

Esok harinya. Maria sudah berada di sebuah Gedung Apartement elit yang ada di Kota Jakarta. Apartement yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama ini.

Setelah masuk kedalam Apartementnya. Maria mengerutkan kedua alisnya, sembari mencium bau harum masakan yang tercium dari Dalam Apartementnya. Maria mengikuti Arah penciumannya.

Setelah kemarin hampir seluruh waktunya dihabiskan dengan menangis. Akhirnya senyum diwajah Cantik Maria kembali terbit, saat menatap punggung Seorang Pria yang tidak lain adalah kekasihnya sedang berkutat didapur.

Grepp.....

Maria memeluk erat tubuh Reyhan dari belakang. Menyandarkan kepalanya pada Punggung Reyhan kekasihnya.

Reyhan yang masih membelakangi Maria tersenyum senduh menatap tangan Yang melingkar Ditubuhnya. Tidak perlu dipertanyakam karena Reyhan jelas tau siapa pelakunya. Reyhan menghirup nafas dalam lalu menghembuskan nya. Memejamkan mata sejenak kemudian berusaha memperbaiki mimik wajahnya, sebelum akhirnya memutar tubuhnya dan balas memeluk Wanita yang teramat sangat dicintainya tersebut.

"Aku sangat merindukanmu Sayang..." Ucap Reyhan lembut berulang kali mengecup sayang kepala Maria.

"Aku juga sangat merindukanmu Rey...." Jawab Maria lirih dengan Air mata yang mulai menetes membasahi Baju Reyhan. Membuat Reyhan jelas merasakan saat Bajunya terasa basah.

"Sayang... Kenapa?" Tanya Reyhan cemas melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Maria.

"Aku tidak apa apa. Aku hanya sangat merindukanmu. Aku mencintaimu Rey..." Maria memberikan senyum terbaiknya lalu kembali masuk dalam pelukan Reyhan. Memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

Ya Tuhan... Aku sangat mencintainya. Aku tidak sanggup jika harus kehilangannya. Hanya ia yang aku miliki saat ini. Batin Maria menikmati kehangatan dari pelukan Reyhan.

Ya Allah.... Bagaimana aku bisa melepaskannya. Aku begitu mencintainya*.

Reyhan juga memeluk erat Maria, menikmati Kenyamanan dan kehangatan yang mungkin sebentar lagi tidak akan ia dapatkan lagi. Reyhan benat benar frustasi membayangkan jika harus kehilangan Sosok Maria. Wanita yang teramat sangat dicintainya. Reyhan tidak bisa memilih anatara Wanita yang dicintainya atau wanita yang melahirkannya. Reyhan mencintai keduanya namun kenapa Takdir seolah tidak menginginkan mereka bersama.

Kedua hati yang saling mencintai tersebut sama sama menahan gemuruh didada mereka atas kegundahan mereka masing masing namun tetap berusaha terlihat baik dihadapan satu sama lain.

"Sayang.. Kamu masak apa?" Tanya Maria dari balik pelukan Reyhan, menatap pada masakan Reyhan yang masih terlihat ada diatas kompor.

"Oh... iya. Kamu sampai diwaktu yang tepat saat aku batu selesai memasak. Aku masak makanan kesukaanmu." Jawab Reyhan tersenyum melepaskan pelukannya.

Sikap Reyhan yang begitu lembut serta perhatian yang sangat besar diberikannya kepada Maria lah, yang menjadi salah satu alasan Maria semakin mencintainya.

Wanita manapun Pasti akan luluh dan semakin jatuh cinta jika mendapatkan Pria seperti Reyhan.

"Terimakasih sayang... Kamu selalu menjadi yang terbaik." Ucap Maria tulus mencium Sekilas bibir Reyhan.

Aku tidak yakin setelah ini, apakah aku masih menjadi yang terbaik dalam hidupmu. Atau akan menjadi yang terburuk dalam hidupmu. Tapi apapun penilaianmu nanti padaku. kamu akan selalu menjadi yang terbaik dalam hidupku Mar. Jawab Reyhan dalam hati tetap menanggapi ucapan Maria dengan memberikan senyum terbaik diwajahnya.

"Aku bantu ya...?" Tawar Maria namun dengan cepat Reyhan menghentikannya, dan mendorong lembut Tubuh Maria agar duduk tenang diatas Kursi.

"Tidak sayang... Biarkan pemujamu ini yang melayanimu. Kamu cukup diam dan menikmatinya." Ucap Reyhan mencium Pucuk kepala Maria lalu mulai menghidangkan hasil masakannya di atas meja makan.

Kesedihan yang Maria rasakan perlahan berkurang menatap sosok Pria yang menjadi pilihannya tersebut.

Benar benar pria yang sempurna. Aku sangat beruntung memilikimu Rey. Aku janji, kelak aku akan menjadi Istri dan wanita satu satunya yang terbaik dalam hidupmu. Ucap Maria dalam hati masih terus menatap pemuh cinta pada kekasihnya.

Keduanya makan ditemani dengan canda tawa kebahagiaan. Meskipun dibalik senyuman, mereka memendam kesedihan atas cobaan yang tengah menimpa keduanya.

Ayah... Ibu... Lihatlah! Dia pria yang baik, Aku bahagia bersamanya. Sangat bahagia.

Meskipun Nanti kita tidak bersama lagi. Namun kamu tetap akan menjadi pemilik hatiku Mar. Maafkan aku yang tidak bisa memperjuangkan Cinta kita. Maafkan aku sayang...