Pertemuan 2

Datanglah gadis bercadar memakai gamis berwarna biru muda. dengan wajah yang tertunduk sambil mengatup kedua tangannya. lalu ia pun duduk di samping umi syadiah.

Ardiyan dan Dimas saling pandang lalu Ardiyan berbisik.

"Bukankah itu gadis yang bisu di depan" bisiknya pada Dimas.

"Sepertinya iya" balasnya masih berbisik. Ardiyan terdiam.

"Mengapa kakek begitu tega memberikan gadis bisu berwajah jelek ini padaku" batin Ardiyan.

"Baiklah nak Ardiyan apakah engkau ingin melihat dulu wajah calon istrimu? tanya ustadz Khairul pada Ardiyan membuka pembicaraan.

"aduh bisa pingsan aku melihat wajahnya nanti jangan-jangan dia sumbing lagi iih" batinnya sambil bergidik.

"Sebaiknya nggak usah ustadz" jawab Ardiyan

"Apa kamu yakin nak?" Timpal Kakak Rusdi

"Iya kek." Jawab Ardiyan.

"Oke kalau begitu. sekarang kita tinggal menentukan hari pernikahannya. kapan kira-kira yang baiknya pak?" tanya ustadz Khairul.

"Saya minta bulan depan Ustadz" jawab kakek dan membuat Ardiyan terkejut.

"Apa!!!... kenapa cepat sekali kek?" tanya Ardiyan yang syok.

"Lebih cepat lebih baik nak." jawabnya.

"Baiklah kalau begitu. saya minta acara ijab qobulnya di Mesjid An-Nur di pesantren ini." Timpal ustadz lagi.

"Baiklah.. tapi saya minta resepsinya di hotel saya saja ya ustadz?" ucap kakek Rusdi.

"Baiklah kalau begitu mana yang terbaik aja pak" jawab ustadz Khairul.

"Terimakasih ustadz. saya dan cucu saya akan mengatur semuanya. semoga semuanyan berjalan lancar ya ustadz?" ucap kakek Rusdi.

"Aamiin. semoga saja pak" balas ustadz Khairul.

"Baiklah kalau begitu kami pamit pulang. kita akan berjumpa lagi bulan depan ya ustadz dan terimakasih atas jamuannya" Ucap kakek Rusdi sambil bersalaman kepada ustadz Khairul dan mengatupkan tangan sebagai salam untuk umi syadiah dan Anisah.

Setelah pamit merekapun kembali ke mobil untuk menempuh perjalanan pulang. di dalam mobil begitu hening tanpa ada yang bicara. namun Ardiyan membuka pembicaraan karena ia ingin protes pada sang kakek.

"Kenapa kakek jahat sekali sama Diyan kek?" tanyanya dengan tatapannya hanya tertuju kedepan tanpa menoleh sang kakek.

" Apa maksud mu nak?" tanya kakek lagi.

huufft Ardiyan menghembuskan nafas kesal.

"Kenapa memberikan Diyan seorang wanita yang bisu juga jelek!? tanyanya dengan nada kesal.

Kakek dan Asistennya saling pandang. lalu Kakek tersenyum.

"Kenapa kamu tidak protes di sana nak?" tanya kakek sambil menahan tawanya.

"Ternyata anak ini mengira Anisah gadis jelek dan bisu. baiklah kita ikuti permainan ini dan akan menjadi kejutan untuk mu nak" batin kakek sambil tersenyum melihat cucunya.

" Diyan ingin protes tapi takut kakek dan ustadz kecewa. apakah tidak bisa di batalkan saja kek? " tanyanya dengan nada sedih.

"Tidak bisa !!" jawab kakek tegas.

"Ingatlah kamu sudah berjanji pada kakek" timpalnya lagi.

"hmm baiklah. apapun kata mu kek" Balesnya dengan nada sedih tidak mampu melawan perkataan kakeknya karena ia sudah berjanji juga.

"Huufft kenapa aku jadi merasa terjebak. apakah aku sanggup memiliki seorang isteri jelek dan bisu. Apakah aku lari saja ya?" batin Ardiyan.

"kalau aku lari gimana dengan kakek dia sudah terlalu tua. huufft sudahlah jalani dulu nantikan kalau tidak tahan tinggal aku ceraikan saja dia." batinnya lagi.