Kini Bilmar sudah kembali kerumah dan ia sedang duduk di kursi meja makan di tamani secangkir kopi, dengan pikiran yang kacau, Bilmar menundukkan kepalanya. Hanyut dalam pikiran kacau yang hanya ada penyesalan yang ia rasakan, saat mengingat apa yang terjadi antara dirinya dan Anggia.
"Tuan," seorang Art yang memanggil Bilmar mampu membuat Bilmar sadar dari lamunanya.
"Em," jawab Bilmar tanpa menatap orang itu.
"Tuan besar memanggil anda. Ada tamu yang ingin bertemu tuan," ucap pembantu itu menyampaikan apa yang di perintahkan Rian.
"Tamu?" tanya Bilmar, ia berharap itu Anggia.
"Ya tuan seorang laki-laki," ujar pembantu itu lagi.
"Laki-laki," gumam Bilmar.
"Papa juga di ruang tamu?" tanya Bilmar.
"Iya tuan di sana ada Nyonya besar Ratih dan tuan Besar juga," jawab Art itu.
"Em," jawab Bilmar mengangguk.
Bilmar membuka jas yang ia kenakan. Meletakannya asal. Dan ia mulai berjalan menuju ruang tamu, dari kejauhan Bilmar melihat seorang lelaki dengan jas hitam di padu dengan kemeja hitam di tambah tubuhnya yang kekar sedang duduk di sofa saling berhadapan dengan kedua orang tuanya.
"Selamat siang tuan Brian," sapa Bilmar mulai mendekat dan mengulurkan tangannya pada Brian, seolah ia tidak tau apa-apa, padahal Bilmar yakin tujuan Brian menemuinya adalah karena Anggia.
"Selamat siang," jawab Brian bembalas uluran tangan Brian.
Bilmar juga ikut mendudukan dirinya. Kini ada Rian, Ratih, Bilmar juga Brian di tambah seorang asisten Brian yang duduk tidak jauh dari mereka.
"Ada keperluan apa tuan kemari?" tanya Bilmar karena Brian hanya rekan bisnisnya saja dan mereka biasanya rapat di kantor, atau pun melakukan pertemuan di restauran.
"Tidak usah berbasa-basi tuan Bilmar, anda tau maksud saya kemari!" ucap Brian dengan tegas.
Rian dan Ratih diam saja tidak sedikit pun bicara, mereka ingin melihat apa yang akan anak mereka lakukan.
"Saya tidak mengerti tuan, masalah pekerjaan? sepertinya semua tertangani dengan baik," jawab Bilmar dengan santai.
Brian meletakan beberapa lembar fhoto di mana ada Anggia dan Bilmar mulai memasuki mobil tepat di depan apartemen yang Brian tempati.
Bilmar mengambil fhoto itu, tidak ada wajah mencurigakan yang terlihat di wajah Bilmar. Bilmar terlihat begitu santai dan berpura-pura tidak tau apa-apa.
"Ini Dokter Anggia kan?" tanya Bilmar.
"Ya dan dia istri saya," jawab Brian pemperjelas.
"Istri anda?" tanya Bilmar berpura-pura tidak tau kalau Anggia adalah istri Brian.
"Ya dan di fhoto itu terakhir kali istri saya bersama anda dan saya yakin anda tau dimana istri saya?" tanya Brian.
"Saya memang mengenal dokter Anggia. Karena dia bekerja di rumah sakit papa Hardy, sekaligus dokter yang merawat istri kakak sepupu saya Kenzi Zavano. Namun saya tidak mengerti dengan pertanyaan anda," jawab Bilmar dengan wajah datar tanpa expresi sedikit pun. Bila Brian menatapnya dingin maka begitu juga dengan Bilmar.
"Lalu bagaiman dengan fhoto itu, yang menujukan anda bersama istri saya tepat saat ia menghilang," Brian terus mengintrogasi Bilmar.
Brian memang melihat dari cctv yang terpasang di bagian depan apartemen, namun ia juga tidak tau dengan pastri apa Anggia menghilang bersama Bilmar atau tidak.
"Fhoto ini memang benar tuan Brian, tapi ada beberapa hal yang harus anda tau," kata Bilmar yang tidak mau kalah. Bilmar menjeda ucapannya, Ia mulai menyandarkan tubuhnya, dengan expresi yang tenang ia mulai memikirkan sesuatu.
"Ya memang kemarin saya bersama dr. Anggia. Namun itu karena saya kasian melihatnya menangis seperti orang kebingungan, namun saat saya memberi tumpangan istri anda turun di tengah jalan dan saya tidak tau kemana dan di mana istri anda," ujar Bilmar.
Bilmar sengaja berpura-pura tidak tau apa-apa juga menyembunyikan apa yang terjadi antara dirinya dan Anggia. Karena ia juga belum tau dimana keberadaan Anggia, Bilmar takut kalau Brian tau dan Brian yang duluan menemukan keberadaan Anggia. Itu bisa membuat Brian melakukan hal yang lebih buruk dari sebelumnya, seperti kekerasan yang Anggia ceritakan padanya.
"Apa yang anda ucapkan itu benar tuan Bilmar?" tanya Brian yang terlihat belum merasa puas dengan jawaban yang di berikan Bilmar.
"Anda lucu sekali tuan Brian," kata Bilmar dengan terkekeh menatap Brian.
Brian tidak mengerti apa maksud ucapan Bilmar. Ia hanya ingin tau di mana Anggia dan ia juga ingin membawa Anggia kembali, juga Brian ingin meminta maaf dan memperbaiki semuanya. Semenjak Anggia pergi meninggalkannya Brian merasa sepi dan wanita-wanita yang biasa menemaninya seperti sudah tidak bisa lagi menggantikan Anggia. Brian mulai menyadari ia sangat menginginkan Anggia.Dan tak ingin Anggia pergi darinya.
"Apa maksud anda?" tanya Brian dengan wajah dingin.
"Anda bilang anda suaminya tapi anda tidak tau dimana keberadaan istri anda sendiri, dari sekian banyak manusia apa tidak ada yang lain yang anda datangi selain saya, atau istri anda pergi karena kecewa dengan anda hingga ia bersembunyi dari suaminya sendiri?" tanya Bilmar mengejek Brian secara halus.
"Itu urusan pribadi rumah tangga kami dan saya rasa itu bukan urusan anda," jawab Brian.
"Iya anda benar."
"Saya permisi," kata Brian berpamitan pada semua yang ada di sana.
"Ya tuan, pintunya ada di sebelah sana," ucap Bilmar menunjuk pintu keluar.
Brian keluar dari rumah itu dan di ikuti asisten pribadinya. Brian masuk kedalam mobil dengan emosi karena sindiran halus yang Bilmar layangkan padanya. Sebenarnya ia ingin menggertak Bilmar namun ternyata ialah yang mendapat pukulan keras lewat ucapan yang di lontarkan Bilmar.
Sejak semalam Brian hanya uring-uringan tidak jelas karena Anggia pergi meninggalkannya, bahkan Brian mengusir semua wanita yang tengah berpesta di apartemen miliknya, yang hampir setiap malam ia lakukan. Namun entah mengapa Brian merasa ada yang kurang hatinya terasa kosong, karena Anggia tidak ada di sana. Bilmar mencoba mencari Anggia namun kali ini Anggia seperti di telan bumi karena Brian benar-benar tidak bisa menemukan Anggia.
"Anton," Brian memanggil asistennya yang sedang menyetir.
"Ya bos," jawab Anton.
"Apa ada kabar dari anak buah mu?" tanya Brian.
"Tidak tuan," jawab Anton.
"Ck," Brian berdecak kesal dan memijat pelipisnya yang terasa sangat sakit.
"Apa kau tidak bisa mengerahkan orang mu lebih banyak!" bentak Brian.
"Ya tuan nanti saya akan mengerahkan lebih banyak, dan mereka juga akan memeriksa beberapa penerbangan, mungkin saja nyonya pergi keluar kota," kata Anton yang mendapatkan ide.
"Kau benar, mungkin saja begitu. Coba kau cek semua penerbangan dengan baik jangan sampai sedikit pun terlewatkan," ujar Brian.
"Ya tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Sainah Aina
dasar tdk tahu malu betul brian...
2023-07-10
0
Aprisya
jangan sampai ya brian menemukan anggia, pokoknya q gak rela deh
2023-07-04
0
Kano Kano
Baru sehari udh kelimpungan. Sblmnya pas ditinggal nginep d rmh zavano anteng2 aja
2023-06-27
0