Pagi harinya.
***
Bilmar mulai terbangun dari tidunya, dengan setengah sadar ia mulai mengumpulkan nyawanya. Bilmar melihat tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun yang masih melekat di balik selimut yang ia pakai. Ingatan Bilmar mulai mengingat inseden yang terjadi semalam, Bilmar merasa kesal pada dirinya sendiri sambil menarik rambutnya dengan kuat. Bilmar mulai menyadari di sampingnya tidak ada Anggia, Bilmar mulai turun dari ranjang dan memakai kembali pakaiannya yang tergeletak asal di lantai, kemudia ia mengetuk pintu kamar mandi, mungkin ada Anggia disana, ia juga ingin minta maaf. Walau pun percuma namun tetap saja perasaan bersalah Bilmar sangat besar.
TOK TOK TOK!
"Anggia."
TOK TOK TOK!
Bilmar mulai menempelkan telingganya pada daun pintu, ia ingin memasikan apakah ada suara dari dalam, namun lama Bilmar menggedor dan mencoba mendengarkan suara dari dalam Bilmar mulai memegang gagang pintu dan membuka sedikit-demi sedikit.
"Anggia...Apa kamu di dalam?" teriak Bilmar.
Bilmar yakin di kamar mandi tidak ada siapa-siapa. Bilmar keluar dari kamar dan mencari Anggia di dapur, namun tidak ada juga. Bilmar mulai mengelilingi Villa sampai ia ke taman belakang mungkin Anggia disana. Namun Bilmar hanya melihat seorang wanita paruhbaya yang memang berkerja membersihkan dan merawat Villa itu.
"Buk Asih," kata Bilmar setelah ia berdiri di belakang Bik Asih yang sedah membersihkan bunga-bunga taman.
Buk Asih yang mendengar suara majikannya langsung berbalik.
"Ya Den," jawab bik Asih.
"Ibu kapan datang?" tanya Bilmar.
"Ibu sudah dari subuh di sini Den," jawab buk Asih.
"Buk, apa lihat teman saya yang keluar dari Villa, dia wanita," tanya Bilmar mungkin saja bik Asih tau.
"Oh ya Den, Nona cantik itu tadi subuh sudah kembali ke kota," jawab bik Asih.
Karena Anggia memang sempat berjumpa dengan bik Asih saat ia ingin mencari tumpanggan untuk ke kota dan saat itu tepat bik Asih datang bersama suaminya.
"Kembali ke kota?" tanya Bilmar.
"Iya Den dan nona cantik itu, pergi sama suami saya," jelas bik Asih lagi karena memang Anggia pergi dengan Peri suami dari bik Asih sekaligus tukang kebun di Vila milik Bilmar.
"Buk bisa hubungi pak Peri? Saya mau tau di mana mereka sekarang," ujar Bilmar.
"Ya Den."
Buk Asih bergegas mengambil ponselnya lalu menghubungi suaminya, setelah ia selesai berbicara mengenai Anggia yang menumpang di mobil pick up milik pak Peri.
"Den suami saya bilang, ia sudah tidak bersama nona cantik itu lagi. Dan dia sudah turun dari tadi di jalanan," jawab buk Asih menjelaskan apa yang tadi suaminya katakan.
Bilmar mulai berjalan masuk dengan pikiran yang kalut, Bilmar mulai membersihkan tubuhnya setelah itu ia memakai setelan jas kerja miliknya, hingga Bilmar berjalan mendekati ranjang untuk mengambil jam tangan rolex miliknya yang ia ingat semalam ia meletakannya di atas nakas.
Bilmar berjalan dan mengambil jam tangan itu. Lalu mulai memakainya, Bilmar berbalik dan hendak berniat melangkah keluar dari kamar. Namun netranya menangkap sesuatu, Bilmar mengurungkan niatnya melangkah keluar ia kembali berjalan mendekati ranjang, di mana ada noda darah yang terlihat di seprei putih itu.
Bilmar menyingkirkan selimut yang menutupi sebagian becak merah itu, melemparnya kesembarang arah. Bilmar mendekati noda merah itu dengan tangannya menarik srprei putih itu hingga tidak terpasang lagi. Bilmar yakin itu darah dari percintaannya semalam dengan Anggia.
"Darah," gumam Bilmar.
Seketika ingatan Bilmar kembali mengingat peristiwa semalam, ia mengingat di mana malam itu Anggia menangis dan mejerit kesakitan, Bilmar sempat berpikir Anggia menangis karena ia terlalu kasar dan buru-buru. Namun kini Bilmar tau penyebab sebenarnya Anggia menangis.
"Aku ternyata sudah menyakiti wanita yang ku cintai," gumam Bilmar lagi.
Bilmar kini tau Anggia adalah wanita bersuami namun masih suci. Bilmar mengurutuki kebodohannya karena terlambat mengetahui hal itu. Kini Bilmar mulai melipat seprei yang ia pegang, ia menyimpannya di lemari lalu mengunci lemari tersebut. Agar bik Asih yang biasanya mengganti seprai di rumah itu tidak berpikir kalau itu seprei kotor.
Ada rasa penyesalan yang begitu dalam di hati Bilmar, betapa bodohnya ia melepaskan hasratnya pada Anggia. Bilmar mulai berjalan keluar dengan membawa kunci mobil di tangannya. Bilmar memasuki mobilnya dan beberapa kali membenturkan kepalanya pada kemudi sebelum ia menyalakan mesin mobil. Mata Bilmar terlihat mengeluarkan satu tetes cairan bening, ia mulai mengusap air mata itu dengan kasar.
Bilmar mulai memacu kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi. Ia meluapkan segala kekesalannya pada gas yang ia pijaki, Bilmar sunguh menyesali apa yang sudah terjadi, walaupun beribu maaf yang keluar dari mulut pria itu. Kesucian Anggia yang telah ia rampas tidak bisa kembali lagi. Pikiran Bilmar benar-benar kacau, hanya karena kenikmatan sesaat kini ia menjadi menderita karena merasa bersalah yang terus membuncah di dadanya.
***
Bilmar kini sudah kembali ke kota. Kini ia duduk bersandar di kursi kebesarannya, tidak berselang lama seorang pria bertubuh kekar datang masuk keruangan Bilmar.
"Bos memanggil saja," kata Aran.
Aran adalah orang kepercayaan Bilmar. Kemana Bilmar pergi maka Aran juga mengikkutinya. Selama Bilmar di Amerika mengurus perusahaan milik Rianda, Aran juga tetap ada bersamanya.
"Ya," jawab Bilmar menunjuk kursi di hadapannya. Aran mengerti maksud Bilmar dan Aran duduk saling berhadapan dengan Bilmar.
Bilmar meletakan sebuah fhoto seorang gadis, beramput panjang, dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi mamun terlihat sexy. Walaupun ia selalu berpakaian tertutup namun tetap saja banyak pria memandangnya haus. Anggia. Ya orang yang ada di fhoto itu adalah Anggia Tiffani sang dokter cantik, yang belum di ketahui keberadaannya sekarang.
Bilmar sudah mendapatkan nomor ponsel Anggia. Namun ponsel Anggia tidak bisa di hubungi, Bilmar tidak tau siapa teman Anggia dan juga kerabat Anggia, yang Bilmar tau hanya Seli yang berteman dengan Anggia. Namun saat ini Seli pun tidak mengetahui di mana keberadaan Anggia. Bilmar memutuskan untuk menyebarkan orang-orangnya di seluruh sudut kota untuk mencari dimana keberadaan Anggia.
"Dia seorang dokter, namanya Anggia Tiffani. Kau harus menemukannya secepat mungkin. Dan dalam keadaan tidak lecet sedikit pun," ucap Bilmar dengan rahang mengeras dan suara berat yang tertahan, terkesan dingin.
Aran mengambil fhoto yang terletak di meja, Aran mulai memperhatikan wajah Anggia. Setelah itu ia menyimpan fhoto itu kedalam saku jasnya, "Baik bos," jawab Aran lalu pergi meninggalkan Bilmar.
Bilmar tidak bisa fokus bekerja sebelum ia berjumpa dengan Anggia, apalagi atas apa yang terjadi padanya dan Anggia semalam dan dirinya semalam. Karena kekacauan otaknya Bilmar memutuskan pulang untuk bertemu dengang sang Mami. Mungkin mendengar sedikit teriakan sang ibu negara itu bisa membuat Bilmar sedikit tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Aprisya
semangay blimar buat cari anggia..
2023-07-03
0
Sunarti
suami Anggia tak akan pernah tau klo istri nya sdh di belah sama laki-laki lain keberuntungan buat Bilmar
2023-05-16
0
Elisabet Sembiring
bilmar, kelakuanmu tak terpuji, tapi kenapa ya kok malah setuju.
rasain lho brain.
2023-04-04
0