"Apa kamu mau bercerita pada saya?" tanya Bilmar.
"Kedua orang tua saya kemarin malam baru saja meninggal tuan. Lalu suami saya tidak mengijinkan saja menjadi dokter lagi, sebelum saya melunasi hutang saya," ucap Anggia. Ia tidak menyadari apa yang ia ucapkan, ia merasa orang yang ia peluk adalah Veli, karena selama ini hanya ada Veli yang mendengar curahannya.
"Hutang?" tanya Bilmar bingung.
"Iya, Saya kuliah karena uang tuan Pasha, sekarang menjadi ayah mertua saya, dan Brian suami saya tidak pernah bisa menerima saya. Sudah dua tahun kami menikah tapi kami selalu bertengkar," ucap Anggia.
"Brian Wiratwan?" tanya Bilmar.
"Maaf tuan," kata Anggia.
Anggia mulai menyadari siapa yang ia peluk juga apa yang sudah ia ucapkan, Anggia merasa malu juga bodoh mengapa dengan lancangnya menceritakan masalahnya pada orang lain. Dan keduanya merasa ada kecanggungan, Anggia mulai menghapus jejak air mata dengan kasar yang masih tersisa di pipi wanita itu. Anggia menunduk ia sungguh merasa malu atas apa yang ia lakukan tadi.
"Ya sudah, kamu laparkan?" tanya Bilmar untuk mengusir kecanggungan di antara mereka.
KRUUKK!
Terdengar suara perut Anggia yang minta di isi, wajar saja perutnya itu berbunyi dari semalam ia belum makan sampai hari ini. Bahkan hari sudah mulai gelap.
"Tuhkan perut kamu," kata Bilmar.
"Iya tuan," jawab Anggia merasa malu.
"Saya tidak bisa masak, kecuali merebus mie instan," kata Bilmar sambil terkekeh.
"Ya sudah biar saya saja yang memasak tuan," jawab Anggia.
"Baiklah, dapurnya ada di sana," kata Bilmar sambil menunjuk dapur.
"Iya," jawab Anggia berusaha melupakan hal bodoh yang baru saja ia lakukan.
Anggia mulai berjalan kearah dapur, ke arah yang tadi di tunjuk Bilmar. Anggia membuka kulkas namun kosong yang ada hanya mie instan saja.
"Kenapa?" tanya Bilmar yang ternyata juga ikut menyusul ke dapur.
"Tidak tuan," jawab Anggia singkat.
"Lalu kenapa kau mematung di situ?" tanya Bilmar.
"Hanya ada mie instan tuan, kita makan ini saja ya," kata Anggia.
"Ya," jawab Bilmar.
"Panas tuan," kata Anggia setelah ia selesai memasak mie instan tadi.
"Ya sudah biar saya bawa," Bilmar mulai mengambil alih mie yang ada di tangan Anggia lalu membawanya ke meja makan.
Keduanya makan dalam diam, Anggia merasa perutnya keroncongan dan ia hanya fokus pada makanan miliknya saja. Selesai makan Anggia mulai membawa piring kotor ke wastafel.
"Aww," teriak Anggia.
"Kenapa?" tanya Bilmar yang juga ikut menyusul Anggia karena mendengar teriakan Anggia.
"Baju saya tuan," jawab Anggia sambil menunjuk bajunya yang terkena cipratan air.
"Ya sudah kamu pakai kemeja saya saja," jawab Bilmar.
Bilmar tidak tau harus berkata apa, lagi pula pembantu yang biasa bekerja di sana juga tidak ada. Jadi tidak ada piliha lain.
"Kemeja anda tuan?" tanya Anggia tak percaya. Kemeja Brian saja ia tidak pernah memakainya apa mungkin kali ini ia memakai kemeja milik orang lain.
"Berhenti memanggil saya tuan Anggia," Bilmar sangat jengkel mendengar ucapan Anggia memanggilnya tuan. Sudah berkali-kali ia meminta Anggia tidak memanggilnya tuan, namun Anggia tidak pernah mengindahkannya. Jujur saja sebenarnya Bilmar sedih mendengar fakta jika Anggia sudah bersuami. Namun saat Anggia mengatakan bagaimana situasi rumah tangganya, Bilmar merasa peluang itu masih ada. Dan ia berharap suatu hari Anggia akan menjadi muliknya tidak perduli bila ia hanya mendapat janda dari rekan bisnisnya Brian.
"Sulit tuan," jawab Anggia.
"Ck," Bilmar berdecak kesal mendengar jawaban Anggia.
"Tuan dingin," kata Anggia.
"Ayo ikut saya," kata Bilmar dengan suara berat dan dalam.
Bilmar mulai berjalan, lalu Anggia mengikuti Bilmar di belakannya. Bilmar mulai masuk kedalam kamar milik Bilmar begitu juga dengan Anggia. Bilmar membuka lemari dan mengambil satu buah kemeja yang menurutnya paling sempit pada tubuhnya, agar bisa di pakai di tubuh mungil Anggia. Pilihan Bilmar jatuh pada kemeja putih lalu ia mengabil dan memberikannya pada Anggia.
"Ini," kata Bilmar.
"Iya tuan," Anggia menerima kemeja yang diberikan Bilmar.
"Kamar mandinya disitu," kata Bilmar menunjuk letak kamar mandi.
"Iya."
Anggia mulai masuk kekamar mandi, ia mulai melepas pakaian basahnya dan memakai pakaian yang di berikan Bilmar. Anggia berdiri di hadapan cermin yang cukup besar, ia mulai memandangi dirinya dengan kemeja yang terlihat kebesaran dan menampakan paha mulusnya.
Terpaksa," gumam Anggia.
Anggia keluar dari kamar mandi. Bilmar duduk di ranjang menunggu Anggia keluar, Bilmar tidak bisa mengedipkan matanya karena Anggia terlihat begitu menggoda dengan kemeja putih yang terlihat kebesaran di tubuhnya.
"Tuan," Anggia mulai bersuara karena Bilmar tidak bicara sama sekali pandangannya hanya menatap Anggia. Dan Anggia juga terus berusaha menutupi pahanya.
"Kau kecil sekali, padahal kemeja itu sudah tidak muat di tubuh saya," kata Bilmar untuk kembali menormalkan keadaan.
"Kalau terus di sini bisa khilap."
"Aku kan memang kecil tuan," jawab Anggia yang merasa terjolimi oleh Bilmar ia tidak suka dikatakan kecil. Karena semua orang mengatakan begitu dan ia tidak merasa tubuhnya terlalu kecil.
"Kau istirahat di sini, saya di kamar lain saja," kata Bilmar ia berusaha cepat keluar dari kamar itu sebelum pertahanannya runtuh.
"Tuan!" dengan cepat Anggia mencegah Bilmar.
"Apalagi?" tanya Bilmar dengan kesal.
"Saya saja yang tidur di kamar lain, inikan kamar anda," kata Anggia yang merasa tidak enak bila ia yang tidur di kamar Bilmar.
"Sudahlah jangan banyak bicara," kata Bilmar sambil berjalan kembali, namun Anggia menahannya ia berdiri di depan Bilmar merentangkan tangannya.
"Cobaan apa lagi ini," gumam Bilmar karena gundukan milik Anggia cukup menggodanya. Di tambah kemeja Anggia yang semakin terangkat keatas. Sungguh cobaan yang berat untuk Bilmar. Entah Anggia masih terlalu bodoh dalam hal itu atau bagaimana, Bilmar yang sudah jatuh hati sejak pertama kali melihat Anggia juga rasa ingin memiliki Anggia sangat besar. Dan bila sedikit saja Anggia memancing hasratnya maka Bilmar tidak akan bisa lagi menahan dirinya.
"Minggir," kata Bilmar sambil menggeser tubuh Anggia.
"Tapi tuan," kata Anggia setengah berteriak karena Bilmar sudah cukup jauh darinya.
"Diam. Dan istirahatlah," ucap Bilmar sambil terus melangkah.
Bilmar berjalan menuju kamar lainnya, ia masuk dan duduk di sisi ranjang. Bilmar menunduk dan menjambak rambutnya sekencang mungkin.
"Wanita itu seorang dokter kandungan, aku yakin dia tau cara melakukan itu atau membuat pria terpancing. Pasti dia sengaja mengerjai aku begini," gumam Bilmar.
Bilmar merebahkan dirinya, karena ia sudah mengganti pakaiannya dengan kaos dan juga celana joger miliknya sewaktu menunggu Anggia berganti pakaian tadi.
"Kenapa dia bertingkah sokpolos begitu, dia kan wanita bersuami, pasti dia tau bagaimana membangkitkan gairah laki-laki," Bilmar terus berdebat dengan dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Aprisya
duh anggia masih polos gak tau kalo ulahnya bisa membangunkan sesuatu🤣🤣
2023-07-03
0
Sunarti
hanya Bilmar yg punya gairah saat liat Anggia
2023-04-30
0
mama ELA
Kok langsung 2 thn thor... Di bab2 sebelum nya katanya baru 1 thn pernikahan nya...
2023-03-09
1