Banyak yang komen up lama. Author malas up enggak ada yang vote😂😂😂 Author jail ya.😍✌
***
CIIIITTTT!
Bilmar menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu matanya mulai menatap Anggia yang duduk di sampingnya. Namun Bilmar dapat melihat pandangan Anggia kosong, bahkan Anggia tidak menyadari laju kendaraan yang ia tumpangi itu berhenti di pinggir jalan. Anggia terlalu larut dalam pikirannya, di hatinya menjerit, menyebut kedua orang tua yang telah pergi meninggalkannya seorang diri, Anggia kini sebatangkara, tidak ada semangat hidup, tidak adalagi tempatnya melepas keluh kesah, tempat menggadu juga tempat bermanja.
Anggia juga merasa hatinya sedih karena ia tidak dapat lagi menjadi seorang Dokter sebelum ia melunasi hutangnya pada Brian. Menjadi seorang Dokter adalah cita-cita yang sangat ia impikan sejak kecil, tanpa sadar mata Anggia mulai berkaca-kaca lalu cairan bening mulai tumpah di pipinya.
Bilmar di buat semakin bungung dengan Anggia, Bilmar juga semakin merasa penasaran sebenarnya ada apa dengan wanita yang duduk di sampingnya ini, itulah pertanyaan yang terus berputar di kepala Bilmar. Lama Bilmar terdiam memperhatikan Anggia hingga Akhirnya Bilmar bersuara dan membuat Anggia menyadari di mana ia berada.
"Anggia," Bilmar memanggil Anggia.
"Ya tuan," jawab Anggia, ia mulai menyadari ternyata mobil itu berhenti di pinggir jalan, Anggia mulai menghapus jejak air matanya kasar.
"Terimakasih tuan," kata Anggia dan berniat turun.
"Tunggu kau mau kemana?" tanya Bilmar sambil mengunci pintu mobil dan itu membuat Anggia tidak bisa turun.
"Saya mau turun tuan," jawab Anggia kembali menatap wajah Bilmar.
Bilmar menghembuskan napasnya kasar dan kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Tuan saya mau turun," ucap Anggia yang bingung dengan Bilmar yang kembali melajukan mobilnya.
"Kamu mau kemana? biar saya antar," kata Bilmar tanpa melihat Anggia.
"Sa-saya, saya," Anggia juga binggung harus menjawab apa.
"Saya?" tanya Bilmar penasaran.
"Saya ingin ketenangan tuan, kalau anda berkenan saya ingin anda mengantarkan saya ketempat yang tenang," ucap Anggia tanpa ragu, untuk apa ia takut dengan Bilmar, lagi pula hidupnya juga sudah tidak berarti lagi tanpa kedua orang tuanya, itulah yang saat ini ada di pikiran Anggia.
"Em," Jawab Bilmar.
Satu jam kemudian Anggia dan Bilmar sampai di Villa milik Bilmar, dimana di sana udaranya tampak sejuk di tambah lagi pemandangan yang begitu alami dan segar, Bilmar yakin Anggia akan mendapat ketenangan di Desa yang terletak di pegunungan itu.
"Turun," kata Bilmar setelah ia memarkirkan mobilnya tepat di depan Villa.
"Iya tuan," ucapa Anggia, lalu ia turun dari mobil mengikuti Bilmar.
Anggia turun pandanganya mulai menyapu sekelilingnya, Anggia tersenyum sambil merentankan kedua tangannya, Anggia menutup mata lalu merasakan hembusan angin yang menyentuhnya, Anggia tersenyum merasakan ketenangan yang sedang ia rasakan.
Bilamar membuka jas yang ia pakai. Dan mulai melipat lengan kemeja hijau tua yang ia pakai hingga siku. Bilmar berdiri di samping Anggia, bila Anggia sedang menikmati keindahan pemandangan Desa, namun tidak dengan Bilmar. Pandangan Bilmar hanya tertuju pada wanita yang ada di hadapannya, tanpa sadar Bilmar tersenyum, rambut Anggia yang panjang hingga di pinggangnya mulai tertiup angin dan beberapa helai mengenai wajah Bilmar yang cukup dekat dengan Anggia.
Saat rambut Anggia menyentuh wajahnya, Bilmar merasa gelagat aneh andai saja Anggia adalah istri taupun kekasihnya, Bilmar tidak akan berusaha untuk menahan dirinya saat ini. Ingin rasanya Bilmar mengecup rambut itu dan memeluk tubuh Anggia dari belakang tubuh wanita itu.
Anggia mulai membuka matanya dan melihat ke samping ada Bilmar di sana, anggia tersenyum pada Bilmar, Bilmar dapat merasakan senyuman itu begitu tulus dari bibir Anggia. Pandangan Bilmar hanya terfokus pada bibir Anggia yang terlihat sangat menggoda keimanannya.
Bilmar memanglah bukan laki-laki yang tidak pernah melakukan itu. Namun juga ia hanya melakukan itu beberapa kali dengan kekasihnya, hidup di luar negri membuatnya tidak bisa menghindari hal itu. Namun juga Bilmar tidak melakukannya dengan banyak wanita.
"Tuan," kata Anggia karena Bilmar hanya memandangi Anggia tanpa berkedip. Anggia menyadari itu, juga ia merasa sedikit tidak nyaman dengan pandangan yang Bilmar berikan padanya. Anggia memang seorang istri, namun ia masih gadis suci dan bisa di katakan masih polos, ia memang mengerti dengan teori itu namun ia tidak mengerti dengan mempraktekkannya. Karena ia belum pernah melakukannya.
"Em," jawab Bilmar sambil berusaha tetap tenang dan menetralkan dirinya.
"Kenapa diam," tanya Anggia.
"Lalu?" tanya Bilmar. Entah apa yang di harapkan Bilmar dari pertanyaan Anggia.
"Tuan tidak papa?" tanya Anggia yang merasa aneh dengan sikap Bilmar.
"Saya?" tanya Bilmar ambigu.
"Apa kita terus di luar tuan. Saya lapar," ucap Anggia.
"Ah. Ia ayo masuk," kata Bilmar mulai menyadari keanehannya sendiri.
"Iya," jawab Anggia, Anggia berjalan di depan Bilmar, sementara Bilmar berjalan di belakang Anggia.
"Ck," Bilmar berdecak kesal bertapa ia menyadari kebodohannya sendiri saat bersama Anggia.
Anggia dan Bilmar kini sudah masuk, Anggia memandanggi setiap sisi Villa itu yang terlihat begitu rapi.
"Tuan apa ada yang mengurus Villa ini?" tanya Anggia.
"Ada. Sepasang suami istri dan sekarang mereka berada di Desa sebelah karena orang tua dari Peri meninggal dunia tadi malam," jawab Bilmar.
"Meninggal?" tanya Anggia.
"Iya," jawab Bilmar.
Anggia menunduk air matanya kembali jatuh tanpa di pinta. Ia keluar begitu saja, Anggia yang tadinya merasa sedikit tenang kini mulai merasa sakit lagi di uluh hatinya, jantungnya kembali berdetak kencang baru tadi pagi ibu dan ayahnya di makamkan.
Bilmar menyadari setelah ucapannya tadi Anggia kembali murung dan menagis. Dengan reflek Bilmar mendekat dan memeluk tubuh Anggia. Anggia tidak mengerti dan tidak menyadari hingga ia juga membalas pelukan itu. Bahkan Anggia memeluk dengan sangat erat dan seolah tidak ingin melepas pelukan itu.
Pelukan ketenanganlah yang memang ia butuhkan saat ini, Saat hatinya tengah terporak-poranda, terasa remuk redam karena takdir begitu mempermainkan hidupnya. Anggia terus memeluk Bilmar sambil terisak di pelukan Bilmar, bahkan air mata Anggia membasahi kemeja yang di pakai Bilmar.
"Hiks hiks hiks."
Terdengar tangis Anggia begitu pilu. Ia melepas semua tangisannya yang telah ia tahan, kini ia benar-benar mencurahkan kepedihannya dengan memeluk tubuh kekar Bilmar. Ia benar-benar melupakan siapa orang yang saat ini mendekap erat tubuhnya dan mampu menenanggkan hatinya yang hancur.
Bilmar hanya memeluk erat, ia membiarkan Anggia menagis di pelukannya, agar semua kesedihan yang Anggia rasakan semua terlepaskan dan setelah itu tidak lagi ada air mata ataupun kepiluan yang di rasakan wanita yang tengah ia dekap itu.
"Hiks hiks hiks."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Sarlina Sihotang
lrpaskan semua anggi menangislah supaya hatimu tenang
thor jadi pengen nangis
apalagi mama aku juga baru meninggal brapa blan yg lalu sedih
2023-06-15
0
Fiyyah Arjuna Angelina
cerita ini mengandung bawang 🥺😭
2023-06-07
0
Ita Lor Pasar
visualnya donk thor........
2023-06-01
0