TINGG!
Anggia keluar dari lift lalu ia membuka pintu apartementnya.
"Dari mana!" tanya Brian.
"Aku baru pulang dinas Mas," jawab Anggia.
Anggia mulai menutup pintu dan masuk, ia melangkah menuju kamarnya karena ingin menghindari Brian, kalau ia tetap berada di hadapan Brian keributan pasti terjadi dan ia sudah sangat jenuh dengan keributan itu.
"Dinas bersama laki-kaki," kata Brian.
Anggia yang mendengar apa yang di ucapkan Brian mulai menghentikan langkahnya. Namun itu hanya sebentar ia kembali melangkah, dan berniat ingin membuka pintu kamar. Namun lagi lagi Brian menghentikan langkahnya dengan ucapannya yang sangat kasar.
"Ternyata benar apa yang Ibu ku katakan," kata Brian yang sudah mendudukan dirinya di sofa.
Anggia menghentikan keinginannya untuk masuk ke dalam kamar, ia mulai berbalik melihat Brian yang sedang duduk dengan santainya di sofa.
"Yang di katakan Ibu?" tanya Anggia.
"Ya," kata Brian.
Brian bangun dari duduk nya dan berjalan mendekati Anggia, keduanya sudah saling berhadapan hanya berjarak beberapa langkah saja, Brian melihat penampilan Anggia yang terlihat sangat kusut dan tidak rapi sedikit pun. Ia tersenyum sinis.
"Kau habis di bayar berapa oleh lelaki yang mengantar mu tadi," tanya Brian sambil memasukan tanggannya ke dalam masing masing saku celananya.
"Lelaki yang mana Mas?" tanya Anggia.
"Aku melihat mu tadi turun dari mobil seorang lelaki!" kata Brian.
"Dia...." Anggia bingung harus menjawab apa, karena ia pun belum terlalu dekat dengan Bilmar dan ia tidak tau apa apa tentang Bilmar.
"Dia?" tanya Brian dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Dia hanya teman ku Mas," jawab Anggia.
"Teman tidur mu tadi malam?" tanya Brian dengan meremehkan Anggia.
"Aku tidak ada hubungan dengannya dan aku tidak tidur dengannya," kata Anggia membela dirinya karena memang itu nyatanya.
"O. Begitu?"
"Lalu semalam kau kemana tidak pulang?" tanya Brian.
"Aku menginap di rumah nyonya Zavano," jawab Anggia jujur.
"Menginap di rumah nyonya Zavano?" tanya Bilmar.
"Iya, ini sudah hari kedua aku di tugaskan untuk merawat nyonya Zavano di rumahnya Mas," jawab Anggia.
"Lalu kenapa kau tidak memberitahu ku," tanya Brian.
"Semalam aku sudah menghubungi Mas. Tapi yang menjawab panggilan itu seorang wanita," kata Anggia dengan tubuhnya yang terasa mulai gemetar karena tatapan Brian begitu tajam.
"Kau tau? semalam Ayah ku kemari dan dia menanyakan mu. Lalu kau tau apa yang terjadi? dia memarahi ku habis habisan!" kata Brian mulai berbicara berteriak pada Anggia dengan mata nya yang memerah karena sudah sangat emosi.
"Maaf Mas," kata Anggia yang tertunduk. Ia tidak berani menatap wajah marah Brian.
"Kalau kau sudah menghubungi ku, kenapa aku menghubungi mu kembali kau tidak menjawab panggilan telpon dari ku?" teriak Brian dengan mengepalkan tangannya.
"Aku melihat tadi pagi kalau Mas menghubungi ku semalam. Namun aku tidak mendengarnya, karena aku sudah tertidur," jawab Anggia.
Karena memang itu yang terjadi padanya. Setelah ia meminum obat tidur itu, ia tidak akan ingat apa apa lagi, ia akan terbangun di pagi hari karena pengaruh obat tidur itu sudah hilang. Dan hanya meninggalkan efek nya saja, Anggia akan merasakan kepalanya berat dan pusing.
"Apa kau batu? Kalau kau hanya tertidur tidak mungkin kau tidak mendengar ponsel mu yang berkali kali berdering itu kan?" tanya Brian tidak mau kalah dengan Anggia, Brian terus saja menyudutkan Anggia karena ia tidak suka ada orang yang berani menentangnya.
"Tapi itu benar Mas," jawab Ziva.
"Oh iya? Kau pasti tertidur tapi lebih tepat nya, kau sedang tidur bersama laki-laki. Memang kau adalah seorang pelac** bahkan kemarin pagi saja kau berusaha mengoda ku, dengan hanya mengunakan handuk di tubuh mu tepat di hadapan ku," kata Brian.
"Aku tidak tidur dengannya dan aku bukan pelac** hiks hiks hiks," Anggia terus menangis karena ini sudah yang kesekian kalinya ia di sebut begitu oleh suaminya sendiri.
"Kau pelacu** atau bukan aku tidak perduli, karena kau sama sekali tidak ada pengaruhnya dalam hidup ku, hanya saja aku tidak suka di marahi Ayah ku karena wanita murahan seperti mu!" kata Brian.
"Cukup, aku sudah tidak sanggup hiks hiks, aku benci pada mu Mas. Kau tidak punya hati, kau manusia yang kejam dan aku membenci mu!" Anggia berteriak sambil terisak di depan wajah Brian karena hatinya sudah sangat terluka denga hinaan Brian.
"Kau!" kata Brian.
Brian mulai mendekati Anggia. Anggia mundur karena Brian terus berjalan mendekatinya, sampai akhirnya Anggia tidak bisa lagi berjalan karena tubuhnya terhalang tembok. Brian mulai mengangkat tangannya dan mencengkram rahang Anggia dengan sangat kuat.
"Kau berani berteriak pada ku? Apa kau lupa siapa aku? Brian Wiratwan anak dari Pasha Wiratwan, seorang CEO yang memiliki kekuasaan. Dan jangan pernah kau lupakan kau menjadi sukses berkat Ayah ku dan Ayah mu masih bernapas saat ini karena bantuan Ayah ku, dan kau harus tahu diri kalau kau ingin aku tidak menyebut mu pelac** maka kau harus patuh pada ku!" kata Brian.
Setiap kata yang ia ucapkan maka itu membuat Anggia semakin merasa kesakitan, karena Brian terus menguatkan cengkramannya, Brian adalah seorang lelaki dan Anggia adalah seorang wanita. Namun Brian seperti tidak punya hati dan sepertinya ia melupakan kalau ia juga lahir dari rahim seorang wanita.
"Mas sakit hiks hiks," ringis Anggia karena Brian tidak melepas cengkramannya malah semakin memperkuat.
"Ini tidak seberapa dengan kemarahan Ayah ku. Yang aku terima semalam," kata Brian sambil mendorong tubuh Anggia, dan itu membuat Anggia terhempas di lantai.
"Hiks hiks hiks," terdengar tangis Anggia.
"Diam!" bentak Brian.
Anggia tersentak mendengar ucapan Brian dengan meneriakinya.
"Diam pelac**," kata Brian lagi.
Anggia menutup mulutnya karena ia tidak mau Brian semakin memarahinya. Dan Anggia mencoba bangun dengan pelan lalu ia memasuki kamarnya, sementara Brian sudah pergi entah kemana Anggia juga tidak tau dan ia tidak melihat Brian di hadapannya.
Anggia yang sudah masuk ke dalam kamarnya dengan cepat ia mengunci pintu, ia terperosot terduduk di lantai, air matanya terus saja mengalir ia tertunduk dan menarik rambutnya dengan kuat. Berharap dengan begitu ia bisa menghilangkan apa yang di ucapkan Brian padanya.
Anggia memang tidak memiliki harga diri di hadapan suaminya sendiri, Brian sangat membencinya karena Pasha menjodohkan Anggia dengan nya, menurut Brian Anggia bukan lah orang yang pantas bersanding dengannya. Sampai saat ini pun Brian tidak pernah bisa menerimanya sebagai seorang istri.
"Hiks hiks hiks," Anggia terus saja menangis.
Setelah lama Anggia menangis ia mulai tenang dan ia berjalan menujubkamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tubuhnya sangat lelah dan ia ingin sejenak beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Widya Widya
taunya cuma nangis aja lu anggi,,cobalah bicara jujur sama ayah mertua lu,pasti dia akan mengerti
2023-10-10
1
Elfin Mberanga
kenapa juga Anggia nda lapor sj sama Pasha.
2023-06-05
0
#ayu.kurniaa_
..
2023-06-05
0