Sore harinya.
***
"Dokter Anggia mau pulang sama kita atau sama sopir?" tanya Ziva. Karena Dokter Anggia kemana Ziva pergi ia juga harus ikut.
"Ehem, biar aku saja yang mengantar," kata Bilmar yang entah dari mana tiba-tiba sudah muncul di antara Sinta, Vano, Ziva dan Anggia.
Vano berjalan mendekati Bilmar dan ia merangkul leher Bilmar dan berbicara pelan.
"Pepet terus bro," kata Vano.
"Siap," jawab Bilmar mengacumkan jempolnya pada Vano.
"Sayang yuk," Vano meraih tangan Ziva dan keduanya keluar lalu memasuki mobil milik Vano dan Vano mengemudi dengan kecepatan sedang karena ia harus hati-hati.
"Ma, Bilmar antar Anggi dulu ya," kata Bilmar berpamitan pada Sinta.
"Ya hati-hati," kata Sinta.
"Em, tidak usah tuan saya tidak mau merepotkan anda, saya naik taxi saja," kata Anggia menolak halus Bilmar.
"Tidak ada penolakan," kata Sinta sambil menarik Anggia masuk ke dalam mobil mewah milik Bilmar.
"Tapi nyonya," kata Anggia.
"Masuk," kata Sinta dan Sinta mulai menutup pintu setelah Anggia masuk.
Setelah Anggia masuk Bilmar juga ikut masuk, Bilmar langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Keduanya diam dan tidak ada yang berbicara, Anggia hanya menatap jalan tanpa berbicara atau pun melihat Bilmar. Bilmar juga hanya diam saja hanya ia sesekali mencuri pandang pada wanita cantik yang duduk di sampingnya.
Anggia mulai menyadari sesuatu dan ia tau jalan yang mereka lewati bukan jalan menuju rumah Ziva. Anggia bingung dan ia ingin bertanya tapi ia urungkan karena ia masih merasa canggung berhadapan dengan Bilmar, Namun karena ia semakin bingung dengan tujuan mereka Anggia mulai memberanikan diri untuk bertanya.
"Tuan, ini bukan jalan ke rumah tuan Vano kan?" tanya Anggia sambil melihat kesamping dimana ada Bilmar yang sedang fokus menyetir.
Bilmar melirik Anggia sekilas ,dan setelah itu ia kembali melihat jalanan, Bilmar tersenyum samar mendengar Anggia bertanya.
"Tuan?" Anggia kembali memanggil Bilmar, karena Bilmar sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
"Ya," jawab Bilmar tanpa melirik Anggia.
"Saya turun di sini saja tuan, saya bisa naik taxi," kata Anggia.
CIIITTT!
Bilmar mengerem mendadak karena ucapan Anggia.
"Auw," kata Anggia sambil memegang kepalanya agar tidak terbentur.
"Ayo turun!" kata Bilmar dengan wajah datarnya.
"Iya tuan," jawab Anggia sambil tangannya berusaha membuka pintu.
"Berani kamu turun saya pastikan kamu tidak akan memakai jas putih kebanggaan mu!" kata Bilmar.
Anggia yang mendengar ucapan Bilmar mulai menghentikan keinginannya untuk turun, ia melihat wajah Bilmar yang duduk di sampingnya. Bilmar yang mengetahui Anggia menatap nya juga mulai menatap Anggia, kedua saling menatap dalam diam.
"Matanya indah sekali"
"Ada apa? Ayo turun!" kata Bilmar.
"Tidak tuan!" jawab Anggia karena ia sangat takut bila Bilmar menghancurkan karirnya yang susah payah ia capai.
"Kenapa?" tanya Bilmar.
"Saya turun kalau tuan mau, tapi tuan jangan mengancam karir saya," kata Anggia.
"Kalau begitu kita harus berteman," kata Bilmar.
"Bukannya kita sudah berteman?" tanya Anggia.
"Belum, karena saya melihat mu hanya diam saja, dan tidak mau berbicara pada saya," jawab Bilmar.
"Saya harus bicara apa memangnya tuan?" tanya Anggia.
"Ah sudah lah, yang penting kau dan saya berteman, kau mengerti!" kata Bilmar dengan tegas.
"Iya tuan," jawab Anggia.
Bilmar kembali mengemudi dan melanjutkan perjalanannya.
"Tuan, saya mau pulang ke Apartemen saja, karena saya ingin mengganti pakaian saya," kata Anggia.
"Oh, kau tinggal di Apartemen?" tanya Bilmar.
"Ya tuan," jawab Anggia.
Anggia mulai mengatakan di mana Apartemen yang ia tinggali namun ia tidak memberitahu Apartementnya ada di lantai berapa. Bahkan Bilmar sudah berkali kali bertanya tapi Anggia hanya diam. Setelah beberapa menit perjalanan kini keduanya sudah sampai dan Bilmar mulai memarkirkan mobilnya.
"Terimakasih tuan, sudah mengantar saya," kata Anggia.
"Apa kau tidak ingin mengajak ku minum teh di apartement milik mu!" tanya Bilmar.
"Maaf tuan lain kali saja, lagi pula saya sudah menikah dan saya tidak berani mengajak tuan masuk ke apartemen," jawab Anggia dengan menundukan kepalanya.
"Apa buktinya kalau kau sudah menikah?" tanya Bilmar.
"Apa itu perlu tuan?" tanya Anggia.
"Ya," jawab Bilmar.
Anggia diam dan ia tidak tau harus menjawab apa, karena buku nikah miliknya pun berada di tangan Brian dan kartu identitasnya masih kartu identitas saat ia belum menikah. Dan untuk fhoto menikah itu sama sekali tidak ada karena saat itu Brian tidak ingin ada kamera yang berani mengambil gambar mereka.
"Kenapa diam?" kata Bilmar.
"Tapi saya tidak berbohong tuan," kata Anggia yang berusaha meyakinkan Bilmar.
Bilmar mengangkat sebelah alisnya, ia sangat bingung dengan gadis yang saat ini masih duduk di sampingnya. Gadis yang cantik itu benar-benar sebuah misteri sangat susah untuk di dekati. Bilmar merasa benar-benar tertantang dengan gadis itu. Ia merasa Anggia bukan lah gadis yang sama seperti banyak gadis yang ia jumpai di luar sana. Anggia adalah wanita anggun. Sangat tertutup dan susah di taklukan.
"Em ya, apa boleh saya bertemu suami mu itu?" tanya Bilmar lagi.
"Untuk apa tuan?" tanya Anggia karena ia merasa tidak nyaman bila ada orang yang bertanya tentang Brian, sebab ia tidak tau harus menjawab apa, tidak mungkin pula ia menceritakan sepahit apa rumah tangganya.
"Kenapa kau cemas?" tanya Bilmar.
"Saya permisi tuan!" kata Anggia ia mulai membuka pintu dan berniat turun, namun saat ia akan melangkah turun Bilmar mencegahnya dengan memegang pergelangan tangan Anggia.
"Tuan," kata Anggia karena Bilmar memegang tangannya dan itu membuatnya tidak bisa turun dari mobil Bilmar.
"Ingat kalau kau berbohong kau harus menikah dengan ku!" kata Bilmar lalu ia melepas tangan Anggia yang ia pegang.
Anggia diam dan ia tidak perduli, karena saat ini ia tidak lagi memikirkan lelaki yang akan mencintainya. Dan ia pun sudah menutup hatinya karena rasa sakit rumah tangga yang ia jalani, entah sampai kapan ia pun tidak tau. Yang pasti tidak untuk saat ini.
"Saya permisi tuan," kata Anggia.
Anggia menutup pintu mobil tanpa menunggu Bilmar menjawab ucapannya, ia mulai berjalan dan menghilang dari pandangan Bilmar. Sementara Bilmar hanya dia memandang Anggia yang berjalan menjauh dari pandangan.
"Kau akan ku miliki, aku pastikan itu, aku tidak perduli kau punya masa lalu seperti apa. Yang pasti aku terlanjur menaruh hati pada mu, dan kau berhasil masuk ke dalam hati ku," gumam Bilmar.
Bilmar menyalakan mesin mobilnya, dan pergi meninggalkan apartement itu. Entah apa yang ia pikirkan yang jelas ia akan mencari tahu siapa Anggia dan mencari kebenaran tentang ucapan Anggia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Nabsiyah Nabsiyah
hayo bilmar
2023-10-10
1
Nabsiyah Nabsiyah
keren bilmar
2023-10-10
0
Nabsiyah Nabsiyah
keren
2023-10-10
0