Hari ini adalah hari kedua Anggia merawat istri Kenzi Zavano di rumah, sudah dua hari pula ia tidak bekerja di rumah sakit. Anggia semalam tidur di rumah majikannya karena hari sudah sangat malam dan Ziva tidak juga pulang. Akhirnya iya tertidur di sofa ruang tamu, sampai akhirnya ia terbangun karena ponselnya berdering tetulis nama nyonya Zavano.
Setelah Anggia menjawab panggilan itu, ternyata Ziva mengatakan ia tidak pulang dan ia di minta besok untuk mengantarkan Daffa dan Daffi kerumah Sinta. Daffa dan Daffi adalah kedua adik kembar Ziva dan Sinta adalah mertua Ziva. Yang Artinya Sinta adalah ibu dari Vano sekaligus Sinta adalah istri pemilik rumah sakit tempat Anggia bekerja.
Setelah ia selesai berbicara dengan Ziva. Ia mulai menghubungi Brian. Namun sayang berkali-kali Anggia menghubungi suaminya itu namun tidak sekalipun Brian menjawab panggilan itu. Anggia tidak menyerah ia terus mengulang ulang menghubungi suaminya, karena ia masih menghormati Brian dan entah mengapa ia selalu menghargai Brian, walau pun Brian tidak pernah menghargainnya.
Anggia tetap lah Anggia. Wanita yang lembah lembut dan penyabar, ia sudah bertekat untuk terus belajar menjadi istri yang baik. Dan hati nya begitu bahagia, bibirnya tersenyum ternyata usahanya tidak sia sia. Karena setelah panggilan yang kesekian puluh kali, Brian menjawab panggilannya.
"Halo," jawab seorang wanita di seberang sana.
Senyum di bibir Anggia mendadak hilang tak kala ternyata yang menjawab panggilannya seorang wanita. Air mata Anggia kembali menetes. Ia bingung dan sangat sedih. Ia terdiam dan larut dalam pikirannya sendiri.
" Bodoh sekali. Kenapa aku masih berharap suami ku sudah mencintaiku. Itu mustahil Anggia. Mustahil"
"Halo," kata orang di seberang sana lagi karena Anggia diam saja tidak bicara.
BIPPP!
Anggia memutuskan panggilannya sepihak tanpa berbicara sepatah kata pun, ia memutuskan untuk masuk ke kamar tamu dan beristirahat. Anggia masuk ke dalam kamar tamu itu ia sudah tidak lagi menangisi Brian. Namun entah mengapa ia merasa gelisah dan sulit sekali memejamkan mata nya. Ia mengingat obat tidur yang ia konsumsi. Mungkin itu lah penyebabnya.
Seperti biasa Anggia kembali meminum obat tidur itu. Dan tidak butuh waktu yang lama untuk ia terlelap setelah menelan obat tidur itu. Bahkan ia tertidur dengan kemeja yang masih melekat di tubuhnya, itu sama sekali tidak menjadi masalah bahkan mungkin bila orang menghabisi nya pun saat ia tertidur ia tidak akan merasakan Apa apa.
Satu tahun sudah Anggia mengkonsumsi obat tidur berdosis tinggi. Dan kini ia mulai ketergantungan dengan obat itu karena ia mengkonsumsi obat tidur dalam waktu yang panjang. Dan itu sangat beresiko bagi keadaan tubuh Anggia, entah sampai kapan ia akan terus seperti ini hidup di dalam tekanan tanpa penyelesaian yang begitu berkepanjangan.
Sampai pada akhirnya rembulan berganti mentari. Gelap berubah terang dan Anggia mulai mengerjabkan matanya karena sinar mentari pagi mulai menyusup masuk melalui kaca jendela kamar. Anggia mulai mengumpulkan nyawanya ia duduk dan kepalanya terasa berat dan ia merasa tubuhnya sangat lemas.
Namun Anggia tidak perduli. Ia tetap bangun dan mulai memasuki kamar mandi dan mulai menguyur tubuhnya di bawah shower sampai akhirnya ia selesai mandi. Ia melilitkan tubuhnya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi. Anggia terpaksa memakai baju yang tadi ia pakai lagi karena ia tidak membawa baju ganti.
***
Kini Anggia sudah berada di rumah Sinta. Rumah mewah dan megah itu adalah rumah mertua Ziva dan ia mengantarkan Daffa dan Daffi ke sana sesuai perintah Ziva semalam. Dan kini keluarga Sinta sedang duduk di kursi meja makan untuk memulai sarapan pagi.
"Kamu mau ke mana?" tanya Sinta karena Anggia hanya mengantar Daffa dan Daffi lalu ia berniat pergi.
"Saya mau menunggu di depan Nyonya," jawab Anggia.
"Tidak usah, kamu juga ikut sarapan," kata Sinta dengan tegas.
"Tapi Nyonya," Anggia terus berusaha menolak karena ia merasa dirinya tidak pantas duduk bersama keluarga itu, lagi pula ia bukan siapa-siapa.
"Ayo duduk," kata Sinta dengan memaksa dan Anggia pun menyerah ia mulai mengikuti perintah Sinta.
Mereka memulai sarapannya tanpa ada yang bersuara, sampai akhirnya seorang pria yang bertubuh tinggi dan berbadan kekar datang mendekat pada mereka. Pria itu terlihat begitu santai, ia hanya memakai kaos oblong dan celana pendek selutut, dan juga berpadu jaket mahal yang ia pakai di tambah jam tangan yang melekat pada pergelangan tangan kirinya, Sempurna sudah manusia ciptaan tuhan itu.
"Selamat pagi," kata Bilmar yang sudah bergabung di meja makan.
"Pagi sayang, ayo duduk di samping Mama," kata Sinta sambil menarik kursi kosong di sampingnya untuk Bilmar.
"Kamu mau sarapan apa?" tanya Sinta.
"Samain sama punya Mama aja," kata Bilmar yang sudah duduk di kursi meja makan.
Bilmar mulai menyuapi nasi yang di berikan Sinta padanya. Namun matanya baru menyadari ternyata di meja makan itu ada tiga orang baru. Kalau si kembar itu ia yakin itu adalah adik nya Ziva walau pun ia tidak pernah bertemu sebelumnya namun ia sudah pernah mendengar dari Nita dulu sewaktu ia mencaritau tentang Ziva. Namun ia penasaran siapa wanita cantik yang ikut bergabung sarapan pagi ini di meja makan itu juga.
"Ehem," Ratih berdehem karena Bilmar terus menatap Anggia sementara Anggia yang sibuk dengan makanannya sama sekali tidak menyadari kalau Bilmar memperhatikannya.
"Cantik ya Bil," timpal Ratih lagi.
"Ma. Mi. Ziva langsung ke kamar ya," kata Ziva yang baru saja kembali ke meja makan.
"Ini sarapan kamu belum habis Nak," kata Sinta.
"Iya Ma, tadinya Ziva mau ngabisin sarapan Ziva, tapi Ziva nggak kuat sama bau parfum Bilmar Ma," kata Ziva sambil menutup hidungnya.
"Tapi kasian cucu Mama Nak, kalau kamu sarapannya cuman sedikit," kata Sinta yang mulai merasa khawatir.
"Huek, huek," dengan cepat Ziva berlari ke kamar untuk memuntahkan isi perutnya, karena ia tidak kuat mencium bau parfum Bilmar dan ia lebih memilih berjalan ke kamar, dari pada ke dapur karena ia tidak ingin merusak selera makan yang lainnya karena mendengar nya muntah-muntah. Padahal yang lain nya mengerti dengan keadaan Ziva tidak akan ada yang akan mempermasalahkannya.
"Ma memang nya bau parfum Bilmar aneh ya? Padahal ini parfum yang biasa Bilmar pakek," kata Bilmar sambil mencium bau tubuhnya.
"Ziva lagi hamil kamu maklumi saja, orang hamil ya sensitiv," kata Sinta menjelaskan pada Bilmar karena Bilmar belum mengetahui kehamilan Ziva.
"Hamil?" tanya Bilmar.
"Iya," jawab Sinta.
"Wah Bilmar bakalan jadi Daddy," kata Bilmar dengan bahagia.
"Ya semoga saja kamu cepat dapat Mommy nya juga," kata Ratih dengan jengkelnya.
"Ih Mami apa sih," kata Bilmar.
"Kapan Bil? Mami juga pengen seperti Mama Sinta yang punya mantu terus punya cucu di rumah rame," kata Ratih dengan nada yang tinggi di tambah wajah masam nya.
"Tuh ada Anggi, kamu kenalan sama Anggia dulu, mana tau jodoh," kata Sinta.
"Uhuk, uhuk," Anggi yang sedang makan tersedak karena mendengar namanya di sebut.
***
Yang mau tahu keluarga ini baca kisahnya. Dengan judul : Istri Simpanan Presdir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Elfin Carolina Arikalang
hahaha thor suka Angginya cepat mati sehingga membiarkan minum obat tidur 😂 sudah setahun lagi 🤣
2023-06-15
1
v_cupid
fighting
2023-05-17
0
Aliza Kanza
di part ini ko rada bingung ya,,banyak nama"tokoh yg tiba"muncul...🤔🤔🤔
2023-05-15
0