Pagi hari ini Anggia mulai mengerjabkan matanya karena ia mendengar alarm ponselnya berbunyi. Anggia mulai mencari ponselnya dan ia mengambil ponsel itu di bawah bantal. Kenapa ia menaruh ponselnya di bawah bantal? itu karena ia mengkonsumsi obat tidur jadi ia takut bila terlalu jauh darinya ia tidak mendengar bunyi alarm ponselnya.
"Huuahhhh," Anggia merenggangkan otot-ototnya. Ia mulai bangun karena hari sudah pagi dan jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi.
Anggia turun dari ranjang. Ia mengambil handuk bersih dari lemari dan masuk kedalam kamar mandi. Anggia mulai mengguyur tubuhnya di bawah guyuran air shower dan ia memakai shampo namun saat ia akan membilas tubuhnya entah mengapa airnya mati. Sementara tubuhnya masih banyak sabun dan ia bingung harus bagaimana.
"Lah kenapa air nya mati," gumam Anggia.
Anggia diam dan ia menunggu airnya sampai mengalir kembali. Namun setelah ia menunggu lima menit air itu tidak juga datang. Ia mulai mengambil handuk yang tergantung dan melilitkan pada tubuhnya.
"Di kamar mandi dapur ada bak air aku bilas di sana saja," gumam Anggia.
Anggia ingin keluar dari kamar nya, namun ia sejenak mengurungkan niatnya karena Anggia tidak mau sampai tiba-tiba Brian muncul dan melihat dirinya. Anggia sudah sangat kenyang dengan hinaan Brian dan kali ini pun sama ia tidak ingin mendengarkan kata-kata yang kasar itu, agar moodnya di pagi ini juga bisa lebih baik. Setelah Anggia memegang baju gantinya ia barulah kembali mulai keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke arah pintu dan mulai membuka pintu ia mengintip dari cela pintu yang ia buka. Karena ia ingin memastikan tidak ada siapa siapa di luar sana. Setelah Anggia yakin tidak ada yang melihatnya ia keluar dari kamarnya berlari dengan cepat menuju kamar mandi.
"Kan ada air," gumam Anggia.
Karena setelah ia masuk ke kamar mandi yang ada di dapur ia melihat bak airnya penuh. Anggia mulai menguyur tubuhnya dengan air itu untuk membersihkan sisa sisa sabun dari tubuhnya. Setelah selesai ia mengambil handuk dan kembali melilitkan pada tubuh nya. Dan tidak lupa Anggia memakai baju daster yang ia bawa. Setelah ia rasa selesai Anggia mulai keluar dari kamar mandi.
Begitu juga dengan Brian ia yang terbangun langsung menuju kamar mandi. Namun sama. kamar mandi milik nya pun airnya mati. Dengan malas Brian mengambil handuk dan meletakan handuk itu pada lehernya. Ia mulai keluar dari kamarnya untuk mandi di kamar mandi dapur sama seperti apa yang Anggia lakukan.
CLEEKK!
Anggia mulai membuka pintu kamar mandi dan tepat saat Brian akan membuka pintu kamar mandi itu juga. Brian dan Anggia sama-sama terkejut keduanya tidak menyangka bisa bertemu di saat tidak tepat, Brian menatap Anggia dari bawah sampai atas, tubuh Anggia dengan balutan daster.
Sementara Anggia masih diam mematung ia menyadari tatapan Brian. Ia bingung harus apa, Anggia menarik handuk nya untuk menutupi kepala, ia benar-benar ingin menghindar dari hinaan dan cacian yang biasa ia dengar dari bibi suaminya itu.
Brian tidak bisa mengkedipkan matanya, karena melihat Anggia yang baru kali ini ia perhatikan dengan nyata di hadapannya. Namun sejenak kemudian Brian kembali pada dirinya, karena ia tidak ingin Anggia malah merasa menang karena Brian terlalu lama melihat dirinya.
"Minggir," kata Brian yang mulai tersadar dari kebodohannya sendiri.
"I-ya," jawab Anggia sambil berjalan.
"Kau sengaja ingin menggoda ku?" tanya Brian.
"Tidak," jawab Anggia ia langsung berlari menuju kamar. Karena ia harus cepat ke rumah sakit banyak pasien yang memerlukannya.
Sementara Brian yang ada di kamar mandi mulai menutup pintu dan menguncinya. Ia sejenak mengingat wajah polos Anggia yang tanpa menggunakan apa-apa, wajah polos Anggia terasa seperi menenangkan diri nya.
"Sial!" gumam Brian.
Ia kembali menguyur tubuhnya dan berharapan bayangan wajah Anggia hilang. Namun tetap saja bayangan itu ada dan sulit sekali menghilangkan nya.
Sementara Anggia yang sudah memasuki kamarnya. Mulai merutuki kebodohannya. Dan ia berdiri bersandar di daun pintu dengan rasa cemas ia takut bila nanti Brian akan kembali memarahinya.
"Ah sudah lah, suami istri tapi seperti orang asing, dan untungnya aku bawa pakaian tadikan jadi aku selamat," gumam Anggia.
Anggia mulai membuka lemari dan ia mengambil kemeja hitam dan rok hitam, setelah ia memakainya ia mulai berdiri di depan cermin untuk melihat pakaian yang ia gunakan. Anggia mulai menata rambutnya dengan menguncir kuda. Dan memoles wajahnya dengan make-up tipis.
"Okey, semuanya sudah," gumam Anggia yang masih berdiri di depan cermin.
Anggia yang merasa penampilannya sudah bagus. Mulai mengambil sepatu hak putih kesayang nya dan ia mengambil jas putih kebanggaannya dan tas tangan yang berada di ranjang yang sudah ia siapkan. Anggia mulai keluar dari kamar dan ia melewati Bella dan Brian yang sedang menonton televisi.
"Heh," kata Bella dan itu menghentikan langkah Anggia.
"Iya," jawab Anggia.
"Buatin gue sarapan baru loe pigi!" perintah Bella.
"Maaf Bell, aku sebentar lagi ada jadwal operasi," kata Anggia sambil melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Gue nggak peduli. Cepat!"
"Maaf Bell, aku harus pergi," kata Anggia ia berlari keluar karena ia harus cepat sampai di rumah sakit.
Sementara Brian dari tadi hanya melihat Anggia saja dengan jelas karena wajah Anggia mampu menenangkan. Padahal Anggia tidak melirik Brian sedikitpun.
"Sayang," kata Bella menyadarkan Brian yang sedang larut dalam pikirannya.
"Iya," jawab Brian.
"Istri kamu itu kurang ajar banget, aku minta sarapan tapi dia nggak mau bikinin," rengek Bella.
"Sudah lah Bell, aku malas membahas wanita itu, kau buat saja ke dapur," jawab Brian.
Sementara Anggia yang sudah keluar dari Apartemen yang ia tempati mulai memasuki lift dan tidak berapa lama ia sudah sampai di lobi. Ia berjalan dengan anggun keluar dari gedung tinggi itu. Hampir semua mata lelaki yang menatapnya memandang kagum. Padahal dirinya tidak menggoda mereka dan ia hanya berpenampilan sederhana saja, dengan begitu tertutup.
Namun entah mengapa pesona Anggia seakan mampu membius kaum adam untuk memilikinya, ia kini berdiri di pinggir jalan sambil menunggu taxi yang sudah ia pesan.
"Mbak Anggia?" tanya sopir taxi yang sudah berhenti di hadapan Anggia.
"Iya," jawab Anggia.
"Masuk mbak," kata sopir taxi itu mempersilahkan Anggia.
Anggia masuk dan duduk di kursi penumpang. Ia menutup pintu dan taxi itu mulai berjalan membawanya ketempat yang ia tuju, Anggia diam sambil menyandarkan tubuhnya. Ia tidak mengerti dengan jalan hidupnya sendiri ia memiliki suami tapi yang ia rasakan adalah sebalik nya. Ia seperti gadis yang masih bebas berkeliaran tanpa adanya ikatan pernikahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Elfin Mberanga
Anggia tinggalkan saja si plaiboi. Brian itu biar dia tau rasa .
2023-06-05
0
Zainab Bile
anggia biasax lelaki akan tunduk dengan kita diam dan santun kepadax
2023-06-04
0
Artati Sukreni
aq suka tipe wanita yg kuat,
walaupun lakinya bawa jalang tiap hari, tp sbg istri ga gampang ditindas.. ..
2023-05-09
0