Sesuai dengan perkataan Brian kemarin malam kalau hari ini Pasha akan datang mengunjungi mereka bersama dengan Sindi. Dan benar sore hari ini Ayah dari Brian itu datang. Ia datang untuk memastikan kalau rumah tangga anak nya baik-baik saja. Kini Pasha sudah duduk di sofa mereka baru saja sampai dan Anggia mulai menghidangkan teh untuk mertuanya itu.
"Bagaimana rumah tangga kalian?" tanya Pasha pada Anggia.
"Baik Yah," jawab Anggia yang duduk di sofa juga saling berhadapan dengan ibu mertuanya.
"Bagus. Kalau Brian berbuat kasar katakan pada Ayah," kata Pasha sambil matanya menatap tajam Brian yang duduk di sebelah sofa yang ia duduki.
"Ayah aneh. Anak orang di bela anak sendiri di sudutkan," kata Sindi dengan sinis yang duduk berdampingan dengan Pasha.
"Aku tidak membela siapa-siap dan kalau kau pun berani berbuat macam-macam pada Anggia kau akan berhadapan denganku!" kata Pasha pada Sindi.
Pasha tau istrinya itu sangat tidak menyukai Anggia. Hanya karena Anggia anak seorang pembantu. Namun Pasha menjodohkan Anggia dengan Brian karena ia sudah sangat tau seperti apa sipat Anggia. Dan Pasha juga ingin Brian bisa berubah lebih baik dan meninggalkan sipatnya yang selalu mengejar kesenangan dunia.
Pasha berpikir orang yang paling tepat adalah Anggia anak dari pembantunya sendiri. Ia sangat menyayangi Anggia karena dulu Anggi selalu ada dan menemani di saat ia merasa sendiri. Sehingga Pasha sudah mengganggap Anggia anak nya sendiri. Pasha tidak mengetahui apa yang terjadi pada rumah tangga yang di jalani Anggia bersama dengan Brian.
Ia tidak tau Anggia selama setahun lebih menjalani rumah tangga yang selalu menguras air mata. Rumah tangga yang di bangun dengan rasa terpaksa dan rasa bencilah yang menjadi perjalanan rumah tangga mereka. Lalu ia pun tidak tau kalau Anggia sangat terluka hati dan terhina dengan semua ucapan dan perbuatan Brian pada Anggia.
"Brian sudah lebih dari satu tahun kalian menikah. Apa kau tidak berniat memberiku seorang cucu," kata Pasha.
"Belum rejeki mungkin Yah," jawab Brian santai.
"Hamil? Mustahil!" batin Anggia.
"Em ya kau benar," jawab Pasha.
"Atau jangan-jangan menantu pilihan Ayah ini mandul," kata Sindi sambil menatap Anggia.
"Ibu apa yang ibu bicarakan?" jengkel Pasha.
Sindi tidak pernah berbicara dengan berpikir dulu bagaimana dengan perasaan orang lain. Memiliki harta yang berlimpah membuatnya gelap mata. Ia selalu meremehkan orang biasa walau pun orang itu bagian dari keluarganya sendiri.
"Apa Ayah tidak melihat. Ibu dulu satu tahun menikah dengan Ayah, Brian sudah ada. Lalu dia apa? sudah hampir dua tahun Yah dia menikah," kata Sindi lagi tidak mau kalah dengan Pasha.
Anggia tidak menjawab ia hanya menundukkan kepalanya, ia bingung dan tidak tau harus apa. Dirinya yang lemah selalu di hina seenaknya tanpa tau bagaimana kondisi sebenarnya.
"Anggia kau Dokter spesialis kandungan kan?" tanya Sindi.
"Iya Bu," jawab Anggia dengan sopan.
"Kau seorang Dokter ahli kandungan coba kau periksa diri mu, barang kali kau mandul, jangan selalu orang yang kau periksa," kata Sindi lagi.
"Ibu!" kata Pasha karena ia tidak sanggup mendengar ucapan istrinya itu.
"Ck," Sindi berdecak kesal karena Pasha membentaknya hanya karena anak pembantu.
"Brian, kalian ikut saja program kehamilan. Ayah ingin mewariskan kekayaan Ayah pada cucu Ayah sebelum Ayah meninggal," kata Pasha pada Brian.
Brian diam saja ia sedang berpikir, ia tidak pernah menyentuh Anggia dan ia memang tidak sudi menyentuh Anggia. Lalu bagaimana wanita itu bisa hamil, mau ikut program kehamilan yang bagaimana.
"Brian apa kau mendengar Ayah berbicara?" tanya Pasha.
"Iya Yah, Kami sudah berusaha tapi belum ada mau bagaimana lagi," bohong Brian.
"Kalau memang Anggia tidak bisa memberikan kita seorang cucu pun, bagaimana kalau Brian menikah lagi saja?" kata Sindi mengeluarkan ide yang sangat jenius menurutnya.
"Tidak!" jawab Pasha tegas dan tidak ingin di bantah.
"Tapi Sila pasti bisa memberikan kita cucu Yah. Dia seorang model terkenal dan dari keluarga terpandang pula, kita akan sangat bangga bisa menjadi bagian dari keluarga besar mereka," kata Sindi yang tidak mau menyerah.
DEEEGG!
Hati Anggia bukan cuman di iris dan di sayat-sayat. Tapi rasanya ia seperti di bunuh dengan cara di mutilasi, mertuanya sama sekali tidak memikirkan perasaannya. Ia tidak mengerti di mana letak kesalahan menjadi orang miskin, hingga mertuanya dengan mudahnya mengatakan itu. Hidup miskin atau kaya bukan pilihan. Tapi takdir tuhan yang sudah menentukannya.
"Brian bagaimana dengan perusahaan?" tanya Pasha yang mengalihkan pembicaraan karena ia tetap berusaha menjaga perasaan Anggia.
"Baik Yah," jawab Brian dengan wajah datarnya.
"Bagus, kalau rumah tangga kalian baik-baik saja dan kalian selalu bahagia, maka secepatnya Ayah akan mewariskan semuanya pada kalian karena kamu sudah sangat baik mengurus perusahaan," kata Pasha.
"Ya Ayah," jawab Brian tanpa menentang ucapan Pasha.
"Setelah itu wanita sialan ini akan ku buang. Tapi sekarang biar dia menjadi boneka ku saja. Karena aku masih membutuhkannya" batin Brian.
"Anggia, apa kau tidak pernah di beri uang oleh Brian," tanya Pasha.
Karena Pasha melihat Anggia tidak memakai satu pun perhiasan di tubuhnya. Ia tau seperti apa keuntungan perusahaan dan ia bingung dan bertanya-tanya, untuk apa uang itu di gunakan Brian sementara Anggia pun tidak memakai barang-barang mahal seperti apa yang di gunakan Sindi istrinya.
"Maksud Ayah?" kali ini Brian yang bertanya karena Anggia diam saja dan ia pun bingung harus menjawab apa.
"Apa kau tidak malu, lihat istri mu!" kata Pasha menunjuk Anggia.
"Lihat tubuh nya polos hanya satu perhiasan pun tidak ada melekat di tubuhnya, kemana uang yang kau dapat selama ini. Pada siapa kau berikan?" tanya Pasha dengan tegas.
"Ayah aku memilikinya tapi semuanya ku simpan," jawab Anggia karena ia tidak mau nantinya menjadi sasaran kemarahan Brian.
"Oh, apa kau tidak berbohong?" tanya Pasha.
"Iya Ayah," jawab Anggia.
"Menantu macam apa kau? hanya bisa mempermalukan suami mu saja," ketus Sindi.
"Kalau begitu kami pulang dulu, dan kalian jangan pernah bertengkar," kata Pasha pada Brian.
"Iya Yah," jawab Brian.
Anggia mulai mencium punggung tangan Pasha, kemudian tangan Sindi namun dengan cepat Sindi menepis nya. Ia tidak sudi Anggia menyentuh tangan nya yang bersih dan mulus itu. Harus bersentuhan dengan tangan Anggia yang ia anggap sangat menjijikan itu.
"Assalamualaikum!" kata Pasha.
"Waalaikumsalam," jawab Anggia.
Pasha dan Sindi mulai keluar dari apartement milik Brian. Dan meninggalkan Brian dan Anggia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Endang Lestari
crita'a ngeri,,dh ah ckup si Anggia aja,,dr tp kok aneh,dh lah say God bay /Smile/
2024-12-07
0
Yutisellh Yuuselha
ceritanya jelek 😁
2023-10-25
0
Nunung Maryati
Aunthor sungguh tdk pntas seorang dr seperti ini ,gmn dgn pasien a ya ,,achh miriss ,,jgn lnjut baca aja x ya
2023-06-18
0