Selama satu minggu Tata menjalani rawat inap di rumah sakit, proses pemulihan berjalan dengan baik. Dedi menemani istrinya dengan penuh kesabaran, cinta dan perhatian.
"Selamat pagi bu Tata, apa kabar hari ini? "
"Baik dokter, " ucap Tata sambil tersenyum.
"Saya periksa sebentar ya, "
"Iya dokter. "
Dokter memeriksa Tata, Dedi duduk di samping istrinya menemani istrinya yang sedang di periksa oleh dokter.
"Ibu sudah lebih baik dari sebelumnya, sepertinya hari ini bu Tata sudah boleh pulang pak. Tinggal menunggu pemulihan tulang kaki ibu yang patah aja lagi, untuk sementara kakinya jangan terlalu banyak di gerakan ya bu. "
"Iya dokter. "ucap Tata.
" Terima kasih dokter. " ucap Dedi.
"Ada yang mau di tanyakan? "
"Dokter, apa saya masih bisa hamil? "
"Ibu, secara usia ibu sudah tidak muda lagi sangat beresiko jika harus hamil lagi, biasanya orang yang mengalami keguguran di tambah lagi dengan kondisi rahim ibu yang butuh pemulihan mungkin akan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa hamil lagi. Tapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. "
Mendengar kata-kata dokter perasaan Tata terasa begitu sedih, "apa mungkin aku bisa hamil lagi. " pikir Tata.
"Ada lagi yang mau di tanyakan? "
"Tidak ada dokter, terima kasih untuk jawabannya. "
"Iya sama-sama, tetap semangat bu Tata dan pak Dedi. "
"Iya dokter. "
Dokter meninggalkan Tata dan Dedi, sekarang hanya ada Dedi dan Tata di ruangan itu. Perawat sedang mengurus catatan ongkos selama Tata di rawat sementara Dedi mengemasi barang-barang yang akan mereka bawa pulang. Tata masih terlihat murung, pikiran nya masih terngiang-ngiang dengan kata-kata dokter tadi.
"De, ko melamun? "
"Ha, iya mas. Ade gak melamun mas. "
"Jangan di pikirkan, kita kan sudah bahasa kalau kita tidak bisa punya anak kita bisa angkat anak dek. Jangan sedih terus ya. "
"Hmmm, iya mas. "
"Ayo donk semangat ya. " Dedi memeluk istrinya.
"Iya mas. "
"Gitu donk. "Dedi kembali duduk di samping istrinya sambil menunggu administrasi selesai di urus.
"Bu, saya lepas infus dulu ya. "
"Iya suster. "
"Sedikit sakit ya, " perawat melepas plester yang tertempel di tangan Tata, setelah itu mencabut infusnya.
"Sudah bu. "
"Terima kasih suster. "
"Sama-sama Bu. "
Sebagai seorang wanita aku merasa seperti istri yang tidak berguna, istri yang tidak bisa membahagiakan suamiku karena tidak bisa memberikan seorang anak untuk nya. Kini harapan ku sudah hancur setelah kecelakaan itu, ditambah lagi penjelasan dokter membuatku merasa semakin putus asa, rasanya tidak mungkin seorang wanita yang sudah berusia seperti ku bisa mengandung lagi.
Selama satu minggu aku di rawat suamiku setia mendampingi, hatiku bahagia mendapatkan perhatian dan kasih sayang darinya akan tetapi hati ku juga sedih ketika mengingat betapa bahagianya dia mendengar kabar kehamilan ku waktu itu.
Aku tau, mas Dedi pasti menyembunyikan perasaan sedihnya untuk menghibur ku. Aku yakin perasaan mas Dedi sama hancur nya seperti yang ku rasakan, setiap kali menatap wajah suamiku air mataku ingin sekali menetes tapi hal itu ku tahan agar mas Dedi tidak sakit melihat kesedihan ku. Kali ini aku bertekat untuk kuat dan semangat di hadapan suamiku seperti suamiku juga berusaha untuk kuat demi menghibur ku.
"Mas, mas masih cuti? "
"Iya dek, mas mau menemani ade sampai sembuh. "
"Kenapa mas gak mau minta bu Ayu aja yang temani ade? gak apa-apa ko mas. "
"Gak apa-apa dek, mas mau temani istri mas. "
"Iya mas, " mendengar kata-kata suamiku luka di hati serasa terbalut, aku sangat bersyukur bisa memiliki suami sebaik mas Dedi yang mencintaiku dengan sepenuh hati.
Seandainya aku menikah dengan laki-laki yang hanya bisa menuntut seorang anak dari ku pasti sekarang aku sudah berstatus sebagai seorang janda. Ku tatap wajah tampan suamiku, meskipun usianya sudah tidak muda lagi tapi wajahnya masih bisa memikat banyak wanita muda tidak heran jika Mawar sangat tergila-gila dengan suamiku.
Seandainya suamiku seorang laki-laki yang gila perempuan pasti dia sudah menikahi banyak wanita, pikiran itu selalu terlintas dalam benakku. Aku sering membayangkan bagaimana jadinya jika dulu aku menikah dengan laki-laki yang salah yang hanya bisa menuntut seorang anak dari ku sedangkan aku wanita yang gagal untuk menjadi seorang ibu seperti saat ini.
"Pak, administrasi bu Tata sudah selesai. Sudah boleh di urus ke kasir ya. "
"Iya suster, "
"Dek mas ke kasir dulu ya. " mas Dedi kembali mengecup kening ku sebelum menuju kasir kali ini aku menunggu mas Dedi mengurus biaya perawatan ku selama satu minggu di rumah sakit.
Rumah sakit ini susah seperti kamar kedua bagiku, tempat yang memiliki arti dan luka di hatiku. Benar-benar tidak bisa terlupakan mungkin jika aku kembali di rawat di ruangan ini akan mengingatkan ku dengan rasa kehilangan ku terhadap sang buah hatiku yang sudah tida.
Tidak memakan waktu yang lama mas Dedi sudah kembali di ruangan tempat aku di rawat. Kali ini mas Dedi datang dengan membawa kursi roda, kursi roda yang tampak baru itu di dorongnya ke arah tempat tidur ku.
"Ayo dek, pake kursi roda dulu ya sementara kaki ade belum sembuh sepenuhnya. "
"Iya mas, kursi rodanya seperti nya masih baru mas? "
"Iya dek, mas sekalian beli kursi roda supaya di rumah ade bisa mudah beraktivitas. "
"Iya mas, " mas Dedi membantuku untuk duduk di kursi roda setelah itu mas Dedi mendorong kursi roda menuju ke luar rumah sakit dimana mobil mas Dedi sudah terparkir di sana.
"Sudah sampai, mas gendong aja ya masuk ke dalam mobilnya. "
"Iya mas. "mas Dedi mengangkat tubuhku masuk ke dalam mobil.
"Mas ambil barang-barang ke dalam dulu, ade tunggu sebentar ya. "
Mas Dedi kembali ke dalam rumah sakit untuk mengambil barang-barang kami di dalam ruangan aku di rawat, setelah selesai mengambil barang-barang dan memasukannya ke dalam bagasi mobil mas Dedi masuk ke dalam mobil.
"Kita pulang ya, ada yang mau di beli de supaya bisa sekalian jalan? "
"Gak ada mas, kita langsung pulang aja ya. "
"Iya dek. "
Kali ini kami langsung pulang menuju rumah, ada perasaan sedih ketika mengingat rumah, banyak kenangan yang sempat membuat ku bahagia beberapa minggu lalu tapi kini akan menjadi kenangan yang memilukan di hatiku.
"Nanti kalau mas kerja, ade jangan terlalu banyak beraktivitas ya. Mas takut kaki ade kenapa-kenapa karena kan belum sembuh betul. "
"Iya mas, " perhatian mas Dedi tidak pernah berubah, sejak awal menikah hingga sekarang mas Dedi tetap sama. Cintanya dan sayangnya tidak pernah berubah sedikit pun meskipun ibunya selalu memaksanya untuk menikah lagi karena aku yang gagal memberikan anak untuk suamiku.
Setelah melewati kemacetan yang begitu lama akhirnya kami pun tiba di rumah, bu Ayu sudah menunggu kepulangan kami di depan rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Ika Sartika
yang sabar ya tata
2021-04-17
0
Laura hussein
karya mu seru kak 👍
favorit 👌.
like 👍👌
2021-03-05
0
anggita
pulang ke rumah., 👌
2021-02-24
1