Gadis beruang biru

Sari menggandeng Malikha dan boneka besar nya keluar dari rumah itu sangat kasar, dia keluar dari rumah lewat pintu kayu yang sama. Zyan berdiri di balkon sambil memegangi satu pipinya melihat kemana gadis penyebab bunda menampar nya pergi. Ternyata mereka menuju ke rumah kecil di belakang dinding pembatas rumahnya.

'Jadi selama ini dia tinggal di rumah itu ya?'

'Gadis beruang yang membuat bunda menamparku. Sebelumnya tak ada yang melakukan ini padaku, awas saja kau!'

Begitu tiba di rumah, dia memukuli anaknya tanpa ampun. Dari tangan kanan dan kiri nya bergantian, sambil menangis terisak isak Malikha menutupi wajahnya dengan boneka beruang besar.

"Kenapa kau membantah ibu!!"

"Kenapa kau keluar dari rumah!"

PAK PAK!

"Ibu mengatakan tidak boleh, ibu percaya padamu!"

"Kau mengecewakan ibu, Lika!"

PAK PAK!

"Ibu... hiks hiks, sakit"

"Kau akan tetap tak mendengarkan ibu! percuma di hentikan!" Sari terus mendaratkan pukulan silih berganti saat Arsen belum juga datang.

"Ampun ibu.. ampun! Lika tidak akan keluar lagi!"

"Ibu, hiks hiks.. sudah ibu huhuuu~" Malikha semakin mencengkram kuat boneka beruang yang melindungi wajahnya.

"Ibu, maaf...."

PAK PAK!

PAK PAK!

PAK PAK!

PAK!!!

Pukulan terkeras Sari kepada Malikha, membuat tubuh kecil itu tumbang ke lantai terbaring lemah dan saking sakit pukulan itu Malikha merasa tak kuat untuk memegang boneka nya sebagai perisai.

"Maaf ibu, hiks hiks"

"Apa kau sekarang mengerti perbedaan kita dengan mereka! kau akan mendorong nya lagi atau tidak!"

"Maaf ibu.... hiks hiks ibu..... ini sakit" Malikha mengangkat lengan nya dan menunjukkan itu sambil merintih kesakitan. Lalu Sari pun tersadar akan apa yang dia perbuat tadi, dia menjadi tak tega melihat putri kecilnya terbaring dengan bekas pukulan berwarna merah dalam jumlah banyak. Sari membungkam mulutnya dan membuang muka enggan menatap balik ke arah putrinya.

Maaf, Lika..

Ibu memarahi mu lagi

Tidak, ibu menyakiti mu

Maafkan ibu

Malikha terus menangis siang itu, sampai dia tertidur di lantai tanpa alas dan selimut memeluk boneka nya. Karena suara isakan tangis Malikha tak lagi terdengar, Sari menoleh dia melihat Malikha sudah memejamkan mata dan mengeluarkan dengkuran halus. Kedua matanya sebam, begitu pun hidungnya menjadi merah muda.

Sari segera mengangkat putrinya dan memindahkan Malikha ke atas kasur.

"Maafkan ibu, Lika. Lagi lagi kau menjadi sasaran atas kelelahan ibu setelah bekerja." Sari pun menutupi tubuh Malikha dengan selimut, lalu mengecup kening nya penuh kasih.

Kembali lagi ke tempat Zyan. Seseorang membuka pintu kamar dan masuk, dialah Fikar. Dia berjalan lesuh dari pintu sampai balkon dan begitu menemukan Zyan, dia langsung memeluk nya dari belakang.

"Kakak! maaf! hiks hiks"

"Eh?, kenapa? untuk hal apa?"

"Aku yang memanggil bunda, maafkan aku"

"Lupakan saja, aku tidak bisa melupakan hari ini" Ucap Zyan yang perlahan lahan melepaskan tangan Fikar yang melingkar di perut nya.

Sari pergi ke dapur rumahnya dan mulai memasak. Beberapa saat setelah lihai tangan nya bergerak, seseorang pun membuka pintu rumah.

"Lika?"

Sari menoleh kan kepalanya.

"Oh, kau ternyata. Ku fikir orang lain"

"Dimana Lika?" Tanya Arsen tak melihat keberadaan Lika di ruangan itu.

"Aku memindahkan dia di kamar, sengaja tidak ku biarkan tidur di ruangan ini" Sari menjawab sambil meniriskan ayam goreng.

"Astagaa.. pasti aku terlalu lama di jalan tadi, kasihan sekali dia" Arsen meletakkan meja kecil tipis yang terlapisi dengan plastik ke lantai kemudian dia masuk ke kamar mandi. Sementara Arsen di kamar mandi, Sari pun mulai menata tempat makan nya. Mulai dari menggelar karpet, lalu memindahkan piring piring berisi ke atas nya. Setelah siap, Arsen pun keluar dari kamar mandi dan sambil menggosok gosok rambutnya yang basah, Arsen berjalan ke satu satunya kamar di rumahnya.

Arsen membuka pintu, terlihat Malikha tidur sambil memeluk boneka beruang biru besar dan separuh tubuhnya tertutup selimut. Arsen masuk lalu mendaratkan kecupan pada kening putrinya.

"Mimpi indah, sayang.."

Arsen menegakkan kembali tubuhnya dan berlari ke hendak keluar dari kamar. Namun, dia kembali menghadap putrinya. Melihat tangan kecil Malikha terdapat bekas bekas cubitan yang berwarna biru ke ungu an, membuat pria tua berkumis itu melotot terkejut bukan main. Dia sempat kilat berjalan ke ruang utama dan disana terlihat istrinya sedang meletakkan nasi hangat ke atas piring kosong.

"Kau memarahi nya lagi. Kenapa?"

"Dd- dia nakal. Yah, dia nakal"

Arsen menjadi kehilangan kesabaran saat Sari mengatakan itu tanpa perasaan bersalah sedikit pun.

"Nakal itu hal yang sering terjadi pada anak anak! tidak perlu menyakiti fisik nya!"

"Hari ini aku tidak ingin berdebat dengan mu, mohon diamlah Arsen"

"Memangnya apa kesalahan Malikha, dia sejak tadi mematuhi mu. Tidak keluar rumah dan juga mendengarkan perkataan ku, apa kau sudah tidak waras sampai menyakiti nya"

"Tidak waras?!!" Teriak Sari, dia berdiri dan mulai menjelaskan dengan nada tingginya sebagai pembelaan diri agar Arsen berhenti berkata dan tidak menyudutkan nya.

"Arsen kau tidak tahu apa saja yang putri mu lakukan!"

"Dia keluar rsari rumah saat angin sangat kencang. Dia berjalan sampai ke pintu kayu"

"Sikap tuan muda Zyan padaku, aku sudah terbiasa bila dia bersikap seperti itu padaku, dan saat putri mu itu melihat nya"

"Waah! dia langsung berlari dan menolong seperti pahlawan. Dia menangis dan mendorong tuan muda!"

"Kau seharusnya mengerti, keluarga mereka seperti apa?. Dia menolong kita. Memberikan kita pekerjaan, memberikan tempat tinggal. Menjauhkan kita dari kampung tak benar itu. Seharusnya kita mengabdi pada mereka, bukan malah bersikap seperti putri mu"

"Terlebih lagi, saat tuan dan nyonya melihat. Putri yang kau bela itu bahkan berani menyalahkan tuan muda Zyan. Apa aku tidak memiliki alasan yang cukup untuk menghukum nya? huh!"

"Ayo jawab! sejak tadi bicara mu seperti pahlawan saja. Pelajaran apa yang kau tanamkan pada Malikha?! kau meracuni pikiran nya dengan apaa Arsen...!!" Darian semua yang Sari katakan, dia sengaja tidak mengatakan jika Malikha membela dirinya.

"Bukan Malikha!. Pengabdian mu yang berlebihan!"

"Berlebihan?? kau lupa seperti apa kampung itu?" Timbun Sari dan perdebatan pun tak bisa terhindarkan.

Terpopuler

Comments

Zulfa

Zulfa

Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍

2021-04-15

0

Tyas

Tyas

benar kata arsen...pengabdian sari terlalu berlebihan dgn membiarkan perlakuan yg tidak baik menjadi sebuah pembenaran n pembiasaan karena balas Budi yg salah tempat dgn malah menyalah kn anak sendiri...cerita ini sangat menarik aku menyukai nu...lanjut thooorrr sehat2 ya ❤️❤️❤️❤️❤️

2021-02-11

0

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

tega banget Sari..sangat keterlaluan sama anak sendiri...jangan bergantung hidup dengan manusia Sari...ada Allah yang Maha segalanya..

2021-02-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!