Pagi hari Fiona sudah siap pergi ke kampus, gadis itu bangun sedikit pagi agar tidak bertemu dengan pria gila yang ada di atas.
Mereka memang sudah berdamai dan tidak ada masalah tapi Fiona malas saja melihat wajah Bara di pagi hari, itu akan membuat moodnya berantakan.
Fiona mengendap-endap keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju pintu utama dan ternyata Rezza sudah menunggu bosnya disana.
"Nona anda ingin kemana?" Tanya Rezza.
Fiona mengehentikan langkahnya karena terkejut mendengar suara.
"Kau mm tidak ada aku hanya ingin pergi kuliah, kenapa?"
"Tidak nona.."
"Jangan banyak bicara diam dan lakukan apa saja yang kau inginkan." Ucap Fiona lalu pergi dengan cepat sebelum Bara keluar.
Baru beberapa menit kepergian Fiona, Bara keluar dari pintu utama pria itu seperti sedang mencari sesuatu dan belum ia temukan.
"Selamat pagi tuan," sapa Rezza.
Bara menyuruh Rezza diam dan kembali melanjutkan pencariannya.
"Anda mencari sesuatu tuan?"
"Aku tidak melihat Fiona kemana dia," jawab Bara.
"Nona Fiona baru saja berangkat kuliah,"
Bara menghentikan pencarian nya setelah mendapat jawaban dari Rezza.
"Kenapa kau biarkan bodoh,"
Bara menendang tulang kering Rezza sedikit keras.
"Saya kira anda yang memberikan izin tuan,"
"Sudahlah bacakan jadwal ku!"
Rezza mulai membacakan jadwal Bara hari ini, mereka berangkat ke kantor tetap dengan pembacaan jadwal diperjalanan.
Sementara Fiona pergi menjenguk mama nya terlebih dahulu sebelum berangkat ke kampus, untungnya rumah sakit jiwa tidak terlalu jauh dari rumah Bara.
"Dicky bagaimana keadaan mama ku?" Tanya Fiona.
"Tunggu kenapa wajahmu berbeda hari ini, kau tersenyum Fiona? Mimpi apa aku tadi malam,"
Dicky sampai menampar wajahnya melihat senyum manis di pipi Fiona.
"Fiona jawab," desak Dicky.
Fiona mengembalikan wajah datarnya, dia sendiri tidak sadar dengan senyum yang tetap ia pasang dari rumah Bara.
"Aku baik baik saja sekarang jawab aku,"
Walau heran Dicky pergi mengambilkan hasil pemeriksaan hari ini pada Fiona.
"Mama mu baik baik saja hari ini dia tidak mengamuk lagi, dia sedikit tenang tapi dia terus menyebut nama seseorang sambil meremas tangannya," tutur Dicky.
Ini kabar baik untuk Fiona siapa tau nama seseorang tersebut bisa menjadi jalan keluar bagi Fiona menemukan pembunuhnya.
"Siapa namanya kau mendengar mama ku menyebut nama itu?" Tanya Fiona sumringah.
"Tidak dia hanya menyebut nama itu sekitar tiga kali dan suaranya sangat kecil,"
Fiona kembali tidak bersemangat.
"Kau tenang saja aku akan menghubungi mu nanti jika aku mendengar nama orang itu sekarang pergilah menuntut ilmu belajar yang benar," kata Dicky sembari mendorong tubuh Fiona keluar dari ruangannya.
"Jangan lupa hubungi aku,"
"Ya ya baiklah,"
Fiona pergi setelah mendapat persetujuan dari Dicky sahabatnya.
"Tunggu!!" Dicky berlari lari kecil mengejar Fiona sampai didepan lobi.
"Kenapa?"
"Kemarin aku mencari mu ke apartemen tapi tetangga mu mengatakan kau sudah pindah," ujar Dicky.
Fiona mencari cara untuk melarikan diri karena jika Dicky tau dia tinggal satu rumah dengan pria apalagi orangnya adalah Bara pasti Dicky akan marah.
"Pindah kemana jawab aku,"
"A-aku tinggal tidak jauh diri sini karena aku sering kerumah sakit jadi aku memutuskan tinggal didekat dekat sini," jawab Fiona asal asalan namun tidak berbohong.
"Benarkah dimana?" Tanya Dicky lagi.
"Di...aku belum terlalu hafal alamat nya jadi nanti ku beritahu," jawab Fiona cengengesan.
"Baiklah tapi kau yakin meninggalkan apartemen peninggalan papa mu? Kau sudah tinggal disana sejak memutuskan untuk keluar dari panti,"
"Aku akan kembali nanti ini hanya untuk sementara saja,"
"Baiklah terserah kau saja,"
"Aku pergi ya jam kuliah ku akan segera dimulai,"
Tadinya Dicky akan menanyakan sesuatu yang lain tapi karena Fiona terlihat sedang terburu-buru jadi ia urungkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
m3yho
cerita yg bagus lain dari yang lain,keren 👍👍👍🥰🥰
2022-12-03
0
Nur Mira
laki peremoian sakit mental duh
2022-11-20
0
imblue E
dicky sahabat yg perhatian
2022-09-22
0