"aku hanya meminta mu menandatangani kertas ini bukan meminta mu menikah dengan ku."
"Mimpi!"
Bara menatap Fiona sepanjang menandatangani surat itu.
"Kau sangat cantik." Puji Bara.
Fiona membiarkan Bara berbicara semaunya, dia tidak perduli sama sekali dia hanya peduli tentang perjanjian mereka.
"Sayang aku tidak menyukai duri." Imbuh Bara lagi.
"Bicara sesukamu aku tidak peduli!" Ucap Fiona sembari melempar pulpen kearah Bara.
"Aku belum selesai bicara."
"Tapi aku sudah tidak ingin mendengar mu."
"Kemas seluruh barang mu nanti Rezza akan datang menjemput mu."
Fiona menghentikan tangannya karena tidak mengerti maksud dari perkataan Bara.
"Aku tidak mau pergi kemanapun."
"Sayangnya tanda tangan mu sudah resmi disini." Ucap Bara sembari mengeluarkan seringainya.
Fiona membeku sejenak, tubuhnya refleks menghadap Bara dan kertas tadi sudah terisi dengan banyak tulisan.
"Bara!!"
Fiona berjalan cepat mendekati Bara lalu mencekik lehernya.
"Akhirnya aku melihat sisi ini setelah satu minggu lamanya."
"Aku sudah cukup sabar meladeni omong kosong mu kau ingin mati dimana, disini?" Ujar Fiona.
Bara tersenyum menatap manik hitam yang tajam itu, Bara malah bahagia melihat Fiona marah seperti ini.
"Aku yakin tidak lama lagi kau akan berpikir dua kali untuk membunuh ku."
"Cihh!!"
Fiona melepas cekikan nya, gadis itu masih membutuhkan Bara jadi tidak mungkin ia akan membunuhnya.
"Pindah kerumah ku malam ini."
"Sudah kukatakan..."
"Aku akan membakar apartemen mu besok pagi jika kau masih tetap bertahan disana!!" Ucap Bara sedikit tegas.
"Jangan."
"Mau?"
Terpaksa Fiona mengiyakan permintaan iblis yang tiba tiba masuk kedalam hidupnya lalu mengganggu Fiona itu.
"Bagus pulanglah lebih awal dan kemas semua barang mu, jangan pernah berpikir untuk kabur atau aku akan melakukan sesuatu diluar dugaan mu."
Fiona mengepalkan tangannya mendengar Bara terus menerus mengancam dirinya seperti itu, gadis itu memutuskan untuk pergi meninggalkan lokasi shooting.
Bara memegang lehernya merasakan bekas tangan Fiona, cekikan gadis itu tidak main main dia hampir membuat Bara tidak bernafas.
Ceklek
"Maaf tuan anda yakin akan membawa nona Fiona kerumah?" Tanya Rezza sekali lagi.
"Apa kau pernah melihat ku ragu dengan keputusan yang ku ambil?" Tanya Bara balik.
"Tidak tuan."
"Lalu kenapa kau menanyakan pertanyaan yang sama."
"Maaf tuan saya salah."
"Susul gadis itu sampai ke apartemennya!!"
"Baik tuan."
Rezza pamit undur diri lalu menutup pintu ruang ganti dan menyusul Fiona.
Apa nona Fiona korban selanjutnya tuan? Entahlah hanya anda yang tau, batin Rezza.
Rezza mengikuti Fiona sampai didepan apartemennya, sebenarnya gadis itu sudah tau Rezza mengikutinya dari belakang namun Fiona acuh saja.
Tok..tok..tok
Rezza mengetuk pintu apartemen Fiona tapi gadis itu masih enggan membukakan pintu, apartemen yang ia tempati bertahun tahun harus ia tinggalkan sementara untuk misinya.
Tok..tok..tok
"Nona saya akan menghubungi tuan Bara jika anda tetap tidak membuka pintu."
Ceklek
Fiona menyandarkan diri didepan pintu sembari menatap Rezza, bisa saja dia membunuh pria itu detik ini juga tapi tidak mungkin di apartemennya.
"Kau ingin hadiah?" Tanya Fiona.
"Hadiah nona?"
Fiona mengangguk dengan senyum tipisnya sembari melipat kedua tangan didada.
"Berikan ponsel mu padaku."
Rezza mengambil ponselnya dari jas lalu memberikan Fiona tanpa curiga sedikitpun.
Fiona mengambil ponsel tersebut lalu membuka kamera dan mendekatkan dirinya pada Rezza.
Cekrek!
Rezza tidak tau Fiona memotret dari belakang sehingga terlihat seperti mereka sedang melakukan sesuatu yang tidak wajar, Fiona langsung mengirim foto tersebut pada Bara dengan ponsel Rezza.
"Nona apa yang anda lakukan?" Tanya Rezza gelisah.
Fiona mengangkat bahu sembari memberikan Rezza ponselnya lalu mempersilahkan pria itu masuk kedalam apartemen.
Tring..tring..tring
Sekitar sepuluh detik setelah menerima ponselnya kembali, Bara menghubungi asistennya tersebut.
"Aku tidak tau siapa korban selanjutnya tapi jika kau bersedia dengan senang hati aku akan menghancurkan tubuh mu!!" Ucap Bara dengan suara dingin.
"Saya sedang menjalankan perintah anda tuan..."
"Sejak kapan aku menyuruhmu berciuman dengannya bodoh!!"
Rezza mengernyitkan dahi masih tidak mengerti arah pembicaraan Bara namun perlahan dia ingat apa yang dilakukan Fiona tadi.
Rezza langsung membuka pesan dan satu foto sudah terkirim ke Bara.
"Tuan anda salah paham saya..."
"Waktu mu satu jam telat sedikit saja kepalamu menjadi pajangan diruang tamu."
Rezza meneguk ludahnya mendengar ancaman kejam Bara, jika Bara dan Fiona tinggal disatu tempat entah apa yang akan terjadi mungkin setiap hari Rezza akan terkena getah dari perbuatan mereka.
Memikirkannya saja sudah membuat Rezza merinding apalagi nanti setelah mereka benar benar tinggal bersama.
"Baik tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Dian Pelangi Simanjuntak
sik asik jis😄
2023-02-26
0
Rahmawaty❣️
Yg psti bara dan fiona berkolaborasi nnti😁😁
2022-11-04
0
imblue E
wkkwkw kasian asistennya
2022-09-22
0