Bab lima

Setelah kesibukan, dan perjuangan yang aku, temanku dan juga Alvian lalui, akhirnya hari kelulusan itu tiba juga.

Aku yang mendapatkan nilai yang sangat baik, sangat bersyukur.

Aku kini sudah lulus dan mendapatkan nilai yang sangat baik dan juga Alvian. Kami bahagia.

Sesuai dengan kesepakatan kami waktu itu, kami pun mendaftarkan diri di kampus yang sama.

Hubungan kami yang semakin dekat bahkan telah mendapat ijin dari kedua orang tuaku. Tapi tetap kami tidak melewati batasan yang tidak seharusnya dilakukan.

Kami akan selalu menjaga kepercayaan yang orang tuaku berikan kepada kami. Tapi tetap saja aku belum pernah sekali pun di ajak berkunjung ke rumahnya bahkan belum mengenal kedua orang tuanya. Vian selalu saja mengatakan belum saatnya, kalau sudah saatnya maka, orang tuanya lah yang akan menemui ku sekaligus kedua orang tuaku untuk langsung melamar ku.

Dan aku selalu terbuai dengan kata katanya yang selalu memberikan keyakinan padaku. Toh, dia pun memang selama ini selalu bersikap baik padaku.

Dia yang selalu bersikap baik, mengagumkan membuatku, mempercayainya sebagai pria yang baik.

Di depan kedua orang tuaku Alvian selalu bersikap ramah dan sopan. Jadi tidak ada yang membuatku ragu.

Tak terasa kami sudah menjalani hubungan selama hampir dua tahun. Kini kami, sudah masuk semester 2 akhir.

Vian berjanji setelah lulus S1 dia akan segera melamar ku. Aku adalah gadis yang paling bahagia. Karena selama hampir 2 tahun ini kami berhubungan kami tidak pernah sekali pun bertengkar.

Itu terjadi karena sosok Alvian yang selalu mengalah padaku, setiap kali kami berselisih paham maka dia akan mengalah dan meminta maaf padaku. Membuat kedua temanku iri saja, karena kisah cintanya yang tak pernah berjalan mulus, penuh liku dengan Drama putus nyambung( mirip sebuah judul lagu lama🤭).

Aku berpikir Allah Maha baik, yang mengirim seorang Vian untuk mendampingiku. Aku berharap tidak akan pernah ada pertengkaran diantara kami.

Suara bunyi ponsel berdering membuatku beranjak dari alam pikiranku yang sedang berkelana tak tentu arah.

" Assalamu'alaikum"... Bukan jawaban salam yang kudengar di seberang sana tapi, malah sebuah gerutuan dari seorang gadis yang tak lain dari Raina.

" Zahra bersiaplah!!, aku akan menjemputmu 30 menit lagi. " tut... tut... Raina menutup teleponnya tanpa mendengar Jawaban dariku terlebih dahulu.

Mau tak mau bersiap siap, karena Raina sebentar lagi akan menjemput ku. Tak butuh waktu lama aku hanya mengganti baju santai ku saja. Untuk urusan berdandan aku tak akan repot karena aku hanya memakai polesan tipis biar terlihat natural. Kalau udah cantik mah bebas ga dandan juga akan terlihat cantik, ucapku dalam hati ketika melihat wajahku di cermin. Memang sedikit narsis. 😁✌

Sebelum Raina datang aku sudah siap duduk manis di depan rumah, menunggunya sambil memainkan game kesukaan ku. Tak berselang lama sebuah mobil honda z... Berhenti tepat di depan gerbang rumahku.

tiit... tittt..klakson berbunyi, aku sudah hapal dengan pemilik mobil itu, langsung saja aku beranjak dari tempat dudukku, sebelum nanti terdengar teriakan suara cempreng sahabatku Raina.

Teryata di dalam mobil sudah ada Zahwa yang duduk di belakang kursi penumpang, aku pun masuk ke dalam mobil. kami berbincang melepas rindu karena walaupun aku dan zahwa di Fakultas yang sama tapi kadang kami jarang bertemu apalagi Raina yang berbeda tempat kuliah. kami pun terlibat perbincangan hangat mengenai pasangan kami masing masing. Kami bertiga memang sedang menjalani hubungan serius bersama pasangan kami. Termasuk Raina yang sering kali menjalin hubungan yang putus nyambung, tapi kali ini dia merasa sudah mendapatkan orang yang tepat katanya sih seorang pengusaha muda. Aku belum pernah bertemu hanya saja tau dari Raina yang selalu saja memuji muji kekasihnya itu jika kami bertemu dia selalu saja akan membahasnya. Aku hanya berdoa semoga sahabatku mendapat pasangannya yang terbaik.