Hampir dua puluh tahunan berlalu sejak saat itu. Raniya
Hafsyah Elnara, gadis itu pun telah beranjak dewasa.
Tubuh Raniya begitu indah berbalut gaun putih yang mewah.
Hari itu dia melakukan fitting baju pengantin di sebuah butik terkenal.
Senyumnya tampak merekah seperti bunga mawar yang tengah kembang. Cantik.
Pujian itu masih cocok dan pantas untuk parasnya yang semakin ayu di usia
dewasanya.
“Raniya…” Dua bola mata lelaki muda menatapnya dengan
takjub. Tak berkedip sama sekali. Lelaki itu bergeming, ternganga melihat keindahan
Raniya sebagai ciptaan Tuhan di hadapannya saat itu.
“Nathan… Nathan…” Berkali-kali Raniya melambai-lambaikan
tangannyake hadapan wajah lelaki yang dipanggilinya Nathan. Entah untuk
panggilan ke berapa kali, barulah Nathan menyadarinya.
“Eh…? Ran… Ka-kamu… Kamu cantik sekali mengenakan gaun ini…”
Puji Nathan terdengar gugup. Dia seakan terhipnotis oleh kemolekan yang
dimiliki paras dan tubuh Raniya.
“Terima kasih, Nathan…” Ucap Raniya tersenyum malu.
Nathan Tiger, lelaki muda yang akan menikahi Raniaya untuk
beberapa hari lagi. Dia berprofesi sebagai dokter muda sepesialis kandungan di
rumah sakit besar kota itu.
Ada apa dengan Raniya? Kenapa dia malah akan menikah dengan
seorang dokter? Apa dia telah melupakan janjinya untuk menikah dengan seorang
polisi?
Raniya, gadis keras kepala tapi begitu tegas dalam
kehidupannya. Dia hanya menginginkan kebahagiaan untuk orang-orang, terutama
orang terdekatnya.
Selepas SMA, Raniya melanjutkan
sekolahnya ke Fakultas Kedokteran. Di sanalah dirinya bertemu dengan Nathan
untuk pertama kali. Pemuda yang begitu tergila-gila kepada dirinya.
*****
Flasback On.
Suatu hari, Raniya yang terkenal cantik di Fakultasnya
membuat Nathan begitu penasaran. Cerita mulut ke mulut membuatnya ingin untuk
bertemu dengan Raniya secara langsung, si gadis cantik tapi keras. Gadis yang
begitu sulit untuk didekati oleh lelaki mana pun. Hanya satu lelaki dalam
hidunya saat itu, yaitu Ayahnya.
“Hai… Kamu Raniya, kan?” Tanya Nathan berusaha menyamai
langkah kaki Raniya yang berjalan cepat di lorong-lorong kampus. Dia
mengulurkan tangannya pula, berharap mendapat balasan dari gadis itu.
“Ya, benar… Aku Raniya.” Jawab Raniya cuek. Jangankan hanya
untuk membalas uluran tangan Nathan saja, Raniya bahkan tidak menoleh dan tidak
pula mau menghentikan langkah kakinya.
Kali itu Nathan menyerah, tapi bukan berarti berpikir untuk
berhenti di sana saja. Nathan menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal
sambil tersenyum melihat punggung Raniya hingga menghilang dari pandangan
matanya.
“Nah… Ini nih… Begini baru aku suka… Tidak gampangan, dan
membuatku benar-benar penasaran terhadap dirinya.” Gumam Nathan merasa takjub
dan terkagum-kagum.
Seiring berjalan waktu, Nathan mampu menaklukan hati Raniya.
Dia selalu mengikuti langkah Raniya demi bisa berjalan di samping gadis itu,
syukur-syukur jadi pendampingnya sekalian. Nathan juga tidak pernah ketinggalan
dalam acara amal yang diadakan kampusnya ke desa-desa, karena dia tahu Raniya
juga selalu berpartisipasi dalam acara itu.
Hati Raniya memang luluh pada akhirnya, dia melihat
kegigihan dan ketulusan pada usaha Nathan dalam mendekati dirinya.
Suatu hari Raniya merasa jengkel. Dia mulai jengah oleh
kelakuan Nathan yang tidak pernah menyerah untuk mendekatinya. “Kamu maunya
apa? Kenapa tidak mengenal lelah, hah?” Tanya Raniya ketus.
“Aku hanya melakukan ikhtiarku. Menyelingi do’aku dengan
usaha keras. Merayunya saja pada saban malam tidak cukup untuk mendapatkan
hatimu, Ran. Dia juga menginginkan aku berusaha…” Sahut Nathan tegas. Kata-kata
Nathan membuat Raniya tersentak. Dia terdiam mendengar keberanian dan keyakinan
yang tersorot di wajah Nathan saat itu.
“Nathaaaan…” Seorang perempuan menyerunya dari kejauhan.
Orang itu berlari kearah mereka dengan wajah panik dan gelisah.
“Kenapa, Mel?” Tanya Nathan kepada perempuan itu.
“Nath…” Napas perempuan itu tersengal-sengal. Dia sedikit
merukuk, satu tangannya bergelayut di lengan Nathan. Tangan lainnya
menepuk-nepuk dadanya yang mungkin terasa sesak karena berlari.
“Tenang, Mel… Ada apa?” Tanya Nathan lagi ikut panik. Tidak
hanya Nathan, Raniya yang juga ada disana pun ikut panik karenanya.
“Ada ibu-ibu yang mau melahirkan, Nath… Dan belum ada bidan
atau dokter yang menanganinya. Kasihan dia, Nath… Ibu-ibu itu kelihatan
kesakitan sekali.” Ucapnya masih terdengar sesak.
“Yaa Allah… Dimana ibu-ibu itu sekarang, Mel?” Tanya Nathan
terlihat lebih panik.
“Di puskesmas desa…” Sahut perempuan yang dipanggili Mel
sedari tadi oleh Nathan. Tanpa mengingat Raniya, Nathan segera berlari menyusul
Mel kearah puskesmas.
Raniya menyusul kepergian Nathan. Dia duduk di kursi tunggu
depan ruangan bersalin, tempat yang dia yakini ada Nathan di dalamnya.
“Ternyata tidak hanya polisi saja, tetapi dokter juga bisa
sangat berjasa. Dengan melihat reaksi Nathan tadi, aku sadar bahwa cintanya
sungguh-sungguh terhadapku. Dia tidak egois dengan perasaannya. Dia tidak
berlebihan dan masih dapat berpikir jernih di saat genting seperti tadi.
Tidak peduli dia seorang dokter ataupun polisi, yang penting
dia mampu menjadi imam yang baik untukku kelak. Terutama, dia bertanggung jawab
dan melindungiku seperti Ayah.” Gumam Raniya. Dia begitu terharu mengingat usaha
Nathan dalam menangani persalinan pada ibu-ibu hamil di puskesmas itu.
Taufiq Haythom… Sudah seharusnya aku mengubur perasaanku
ini terhadapmu. Selain kamu entah dimana sekarang, kamu pasti juga sudah
berbahagia dengan perempuan berinisial ‘R’ itu, kan? Alias Renima~ Batin
Raniya. Dia melepas napas berat, menopang tubuhnya dengan kedua telapak
tangannya di kursi tunggu puskesmas.
Dia tertunduk lesu memikirkan sesuatu. Berkali-kali dia
menggigit bibir bawahnya dan memainkan kedua kakinya yang saling berpangku,
berselonjoran disana. Dan sesekali Raniya menghempasakn punggungnya, bersandar
di sandaran kursi yang dia duduki.
“Hai Ran… Kamu di sini?” Nathan keluar dari ruang bersalin
dan menemui Raniya tengah duduk di kursi tunggu depan ruangan itu.
Raniya bangkit dari duduknya. Dia terlihat gugup menatap
wajah Nathan.
“Kenapa, Ran? Kamu baik-baik saja, kan?” Tanya Nathan
terlihat khawatir.
“Oh… Eh? Bagaimana?” Tanya Raniya berusaha menetralkan
perasaan gugupnya.
“Alhamdulillah, Ran… Ini pertama bagi aku membantu proses
lahiran sendiri tanpa ada yang memandu. Ibu dan bayinya selamat. Mereka sehat,
Ran…” Sahut Nathan terlihat begitu bahagia.
Raniya tersenyum melihat kebahagiaan yang tersosrot di wajah
Nathan. Yang pastinya, dia ikut bahagia untuk itu.
“Nathan…” Panggil Raniya ragu.
“Ya? Ada apa, Ran?” Tanya Nathan sedikit heran. Tidak biasa
baginya melihat reaksi yang terlihat di wajah pujaan hatinya itu.
“A-aku… Aku…”
“Kenapa Ran…?” Tanya Nathan bingung. Ingin sekali tangan
Nathan menggapai jemari Raniya. Itu yang terlihat dari sudut matanya ketika
melihat kedua tangan Raniya yang saling meremas di depan dada Raniya sendiri.
Hanya saja dia takut gadis itu semakin menjauh darinya.
“A-aku… Aku bangga sama kamu…” Ungkap Raniya sambil
tersenyum. Tanpa bicara lagi, Raniya pergi begitu saja meninggalkan Nathan yang
ternganga setelah mendapat pujian dari dirinya.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Herlina Maharani
lanjut duluu... 🤗🤗
2022-01-17
1
Megandaru
nyimak tjoor
2021-06-02
1
Anindya Putri
yaa thorr ko cpt skli 20thn thor.
2021-03-27
2