Qiandra bernafas lega ketika Mama Renata mempersilakan Ia untuk kembali ke kemar. Ia bersorak di dalam hati dan tak lupa mendoakan kebaikan bagi Mama Renata.
“Ahh, Nyonya Kau adalah malaikat ku. Hmmmm, kenapa Aku merasa sangat familiar dengannya ya?” Qiandra berfikir sambil berjalan, hingga tak terasa Ia sudah berada tepat di depan pintu kamarnya.
Melirik arlojinya, ternyata sudah pukul sembilan lewat 10 menit. Ia masih punya waktu beberapa jam lagi untuk mengemasi barang-barangnya sebelum check in. Qiandra pun langsung membuka pintu kamar dengan kartu akses nya. "Sepi, tidak ada orang, kemana Arlie?" Gumamnya dalam hati.
"Arlie, Kau dimana? " tidak ada sahutan sama sekali. "Apa mungkin Dia tertidur di kamar mandi? " Sambil berjalan ke arah kamar mandi, namun Ia tidak mendapati apapun.
Qiandra melihat sekilas kopernya. Ia terkejut melihat Koper Arlie sudah tiada. Ia berlari menuju lemari, mencari-cari sesuatu hingga membongkar kopernya. Tak kunjung diketemukan, Qiandra mulai menghubungi Arlie tapi panggilan itu tidak bisa tersambung.
“Aaarrrrrghhhh, Bagaimana ini? Arlie, Kau di mana?” Qiandra berteriak, menarik rambutnya ke belakang dengan jemarinya, tangan kanannya sibuk menghubungi Arlie namun tidak tersambung.
"Calm down Qia, tenang, Ayo berfikir!" Qiandra berjalan bolak balik, Ia menggigiti kukunya, sesekali menghela nafasnya kasar. Ia meraba perutnya yang berbunyi, lalu memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu karena setelah jam 10 tidak ada lagi sarapan. Ia pun bergegas membersihkan dirinya, mengganti baju dan segera pergi ke Lantai Tiga menuju Area tempat sarapan.
Meskipun beraneka ragam jenis makanan tersaji di sana, mulai makanan khas Indonesia sampai makanan internasional, tapi ia sama sekali tak berselera. segelas jus jeruk segar dan beberapa potong tempe mendoan, itu yang menjadi pengganjal perutnya pagi ini.
Selepas kepergian Qiandra, mama Renata dan Manda kembali ke kamar mereka yang berada tak jauh dari kamar Bara. Karena suami Manda dan papa tidak bisa mengikuti liburan mereka kali ini, jadi mereka memilih satu kamar VVIP untuk mereka, beserta baby Mikhayla, yang sudah berusia 3 tahun sekarang.
Kamar itu cukup besar, seperti mini apartemen, memiliki dua kamar tidur, dua kamar mandi lengkap dengan satu set sofa keluarga dan mini kitchen di luar. Satu kamar mereka gunakan untuk mereka tidur, dan kamar satunya ditempati oleh mbak Lilis dan mbak Ana yang merupakan baby sitter Mikhayla.
Mama Renata sedang bermain bersama Mikhayla, saat Manda kembali dari kamarnya dan ikut bergabung.
"Gimana Ma, apa Mama sudah menelfon Papa?" tanya Manda kepada mamanya.
"Iya, tadi Mama sudah menelpon Papa. Papa bilang akan menyuruh Rey mencari informasi tentang Qiandra," sahut Mama Renata.
"Udah, Mama tenang aja. Manda sih yakin, Papa punya kaki tangan sehebat Rey," tambah perempuan sekaligus ibu dari Mikhayla Adeeline Schneider.
"Ma, kalau bener Qiandra anak dari tante Zasqia, gimana Ma?" tanya Manda penasaran.
"Ya kabar baguslah. Itu artinya Mama bisa ketemu lagi dengan sahabat Mama. Dan Mama bakal jalankan rencana perjodohan Barra dan Qiandra dong," ujar mama dengan senyuman hangat di bibirnya.
"Emang mereka mau Mama jodohkan. Zaman sekarang loh Ma," sergah istri dari Adam Schneider itu, sembari menciumi pucuk kepala anaknya yang sedang bermain.
"Mereka harus mau, Mama akan buat mereka agar bersedia. Manda, Kamu harus dukung Mama ya," pinta mama yang berharap Qiandra memang anak Zasqia. Itu berarti, Ia akan bertemu dengan Zasqia dan mereka akan menjadi besan.
"Apasiih yang nggak buat Mama. Lagian Si Barra udah 29 tahun juga belum pernah punya pacar. Yang ada dia sahabatan doang sama Andin. TTM an kali, padahal kayaknya si Andin cinta banget sama Barra loh Ma," adu Manda lagi, seperti memanas-manasi Mama.
"Itulah yang Mama khawatirkan. Setiap Mama meminta dia membawa calon Istri ke rumah, dia selalu bilang belum saatnya dia berkeluarga. Apa menurutmu Adikmu itu penyuka sesama jenis?" Pertanyaan Mama mengundang tawa Manda seketika.
"Ahahahah,, Ma, ya gak lah Ma, gak mungkin ah. Mama tau gak, Barra itu pernah punya pacar ketika kuliah di Ausie. Angeline namanya, tapi Barra diselingkuhi Ma. Sejak saat itu dia gak mau pacaran lagi. Trauma kali."
"Mama nggak tahu loh. Kamu kok gak kasi tau Mama sih? Tapi baguslah, setidaknya anak Mama masih normal."
Manda tertawa mendengar ucapan Mamanya. Kini keduanya asyik bermain dengan anak dan cucu mereka. Sedangkan Barra kini sedang merilekskan badannya dengan berenang pada private pool yang ada di lantai 6 hotel tersebut.
Renata Suswantoro, Istri dari Handika Gunawan, pemilik Perusahaan Multi nasional GM Corporation. Dia juga seorang pemilik salah satu klinik kecantikan ternama. Tak heran jika di usianya yang menginjak 57 tahun ini, Mama Renata terlihat lebih muda dari usianya. Ibu dari Fimanda Gunawan dan Barra Pratama Gunawan itu terlahir dari keluarga Siswantoro, salah satu pemilik saham terbesar pada salah satu bank swasta.
*****
Arlie menggandeng tangan kekasihnya dengan mesra. Ia baru saja tiba dengan penerbangan pagi-pagi sekali. Laki-laki itu menjemputnya di Bandara. Sesekali Ia bergelayut manja di lengan kekar milik kekasihnya itu. Tak lama kemudian, mereka masuk ke dalam sebuah mobil mewah. Mobil pun melaju membelah padatnya jalanan ibukota hingga sampailah di sebuah apartemen.
Ketika pintu apartemen tertutup, Arlie langsung memeluk mesra kekasihnya dari belakang.
"Zi, Aku sudah melakukan apa yang kau inginkan. Kita akan menikah bukan?" tanya Arlie dengan wajah sedikit cemas
"Honey, Aku akan menepati janjiku. Kau tenanglah, Aku mencintaimu," ujar Zidane menenangkan. Ia pun memutar badannya sehingga persis berhadapan dengan Arlie. Kedua tangannya menangkup pipi Arli, membawa wajahnya mendongak ke atas. kemudian mengecup singkat bibir mungil itu. Dia dapat menangkap rona kekhawatiran di wajah kekasihnya.
"Aku hanya takut, anak kita terus tumbuh. Aku tidak ingin dia lahir tanpa seorang Ayah." Menyentuh dan mengusap lembut perutnya yang masih rata.
"Sssshhhh, itu tidak mungkin. Besok kita akan menikah, tapi untuk resepsi kita perlu menyiapkannya. Besok kita ke KUA, oke!" bujuk Zidane lagi.
Arlie hanya mengangguk tanpa menjawab. Dia merasa bersalah telah melakukan kejahatan terhadap temannya. Namun ia tidak bisa menolak, Zidane mengancam akan meninggalkannya jika Ia tidak melakukannya. Sementara, Arlie dan Zidan sudah berpacaran kelewat batas hingga ia kini mengandung anak Zidane. Penyesalan selalu datang terlambat. Arlie takut, Ia merantau ke Jakarta dan tidak punya siapa-siapa di sini.
#falshback on
"Zi, aku hamil..." aku Arlie pada Zidane, kekasihnya.
"Apa? Are you serious? Tidak, kita belum siap punya anak. Kau harus menggugurkannya." Zidane menjawab tanpa rasa malu.
"Zi, ini anak Kamu. Darah daging kamu. Kamu kok tega banget sih. Kamu bilang kamu akan tanggung jawab kalau terjadi apa-apa sama Aku Zi, hiks hiks hiks..." Arlie terisak sambil memukul dada Zidane.
Zidane menangkap kedua tangan Arlie, lalu membawanya ke dalam pelukan. Seringai jahat menghiasi bibirnya. Waktunya senang-senang Arlie b*d*h, batin Zidane.
Zidane melepaskan pelukannya, kemudian membungkukkan sedikit badannya. kedua tangannya memegang bahu Arlie. "Aku akan menikahi mu," ucap Zidane. Seketika Arlie tersenyum dalam isakannya.
"Be-benarkah? Kita akan menikah Zi?" tanya Arlie tak percaya.
" Aku akan menikahi mu, asal dengan satu syarat!" Seketika Zidane membisikkan sesuatu di telinga Arlie hingga membuat mata wanita itu terbelalak.
"Tidak Zi, Aku tidak mau melakukan itu. Dia Sahabatku. Dia sangat baik padaku. Aku tidak akan melakukannya. Kenapa Zi?" tanya Arlie mengenai alasan rencananya itu.
" Kalau begitu, lupakan rencana pernikahan kita. Lebih baik Kau gugurkan kandunganmu atau Kau besarkan Dia tanpa seorang Ayah. Kau tau, gara-gara keluarganya Aku tidak memiliki Ayah," ucap Zidan kemudian.
Arlie menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana mungkin. Aku sempat mengenal Ibunya. Bunda sangat baik. Itu tidak mungkin!"
bantah Arlie merasa tak percaya.
"Ibunya merebut Ayahku dari Ibuku. Aku dan dia ,kami satu Ayah. Tapi aku hanya dibesarkan oleh Ibuku," jelas Zidane, sambil matanya menerawang jauh mengingat masa-masa di mana Ia hidup tanpa seorang Ayah.
"Jika kau tak punya keperluan lain Kau bisa pergi!" tuturnya lagi pada Arlie sambil beranjak dari ruang tamu ke kamarnya. Secepat kilat Arlie pun menarik lengan Zidane.
"Aku akan melakukannya Zi, demi Kau dan anak Kita. Aku akan melakukannya." Kata Arlie dengan yakin. Matanya menatap mata Zidane dan tak ada kebohongan di matanya. Seketika Zidane meraup dagu Arli dan menciumnya mesra. Tak lama, ciuman itu Ia lepas dan memeluk Arlie dengan erat sambil menyunggingkan seringai yang entah apa maksudnya.
"Terimakasih, Aku mencintaimu Sayang. Aku janji Kita akan menikah secepatnya." Ujar Zidane melepaskan senyum kemenangan
#Flashback off
***ToBeContinue***
Hai Semua. Salam kenal dari Author. Terimakasih sudah membaca karya ku. HAPPY READING
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
ekosusi
❤
2021-05-04
0
Nofi Kahza
ya Ampun..trnyta bara umurnya sudah 29 thn..wkwkw..lucu deh kalau inget di bab sebelumnya mama renata memeluk dan mencium manja si bara🤣
arlie memang jahat sih, tp dy jg gk punya pilihan lain. anaknya jg butuh ayah. meski caranya salah.
yg paling jahat disini ya zidan. Qiandra tu saudaranya loh, ko tega berbuat jahat😡
2021-03-07
5
Desire pooh
semangat
2021-02-18
2