Exs Mr.Playboy
"Hallo, Princess," sapa Alex pada gadis yang usianya akan genap 4 tahun bulan ini.
"Yeah, Daddy pulang," teriak riang Sunny, ia berlari sambil membawa boneka kesayangannya, lalu memeluk Alex.
Ya, bayi perempuan yang dulu sempat menjalani perawatan intens selama beberapa bulan karena kelahiran prematur, kini sudah hampir berusia 4 tahun.
Gadis kecil itu tumbuh sangat sehat dan lincah, sejak bayi, ia di rawat oleh kedua orang tua Melanie karena Alex belum bisa mempercayai siapapun untuk merawat Sunny.
"Bayi besar daddy ini cantik sekali, lagi apa sekarang?" tanya Alex, ia menggendong Sunny dan membawanya duduk di sofa.
"Lagi main boneka," jawab Sunny. "Jangan panggil Sunny bayi lagi, Daddy. Sunny sudah besar," keluhnya sambil cemberut.
"Baiklah, Daddy punya hadiah buat kamu." Alex mengeluarkan sebuah tiket dari saku jasnya.
"Apa ini, Daddy?"
"Ini, kamu nggak tau?" tanya Alex, yang di jawab gelengan oleh Sunny.
"Ini adalah, tiket masuk ke kebun binatang."
Seketika Sunny melompat dari pangkuan Alex dan berteriak kegirangan.
"Ye ye ye. Ke kebun binatang, yee ...." Sunny tampak sangat bahagia, begitupun dengan Alex.
Sejak kematian Melanie, sampai saat ini Alex bahkan tidak pernah berkencan dengan wanita manapun, ia seolah trauma dan menghindari siapapun wanita yang mencoba meraih hatinya.
Alex hanya memikirkan satu hal terpenting di dunia ini, yaitu Sunny. Sengaja, nama Sunny di pilih oleh Alex karena nama itu mempunyai arti 'Cerah'. Alex berharap, dengan kehadiran Sunny di hidupnya, dunianya akan kembali cerah, secerah saat dimana ia masih bisa memadu kasih bersama Melanie.
Sunny Chalondra Bancroft, gadis yang akan segera genap berusia 4 tahun itu memiliki rambut kecoklatan sepinggang, warna rambut itu tentu saja di wariskan oleh sang ibu. Sunny juga memiliki wajah yang sangat mirip dengan Melanie, hingga bibir dan hidung, gadis itu seperti menjiplak wajah sang ibu. Hanya satu hal yang berbeda, warna matanya. Warna bola mata abu-abu itu adalah warisan Alex.
"Aku seperti melihat Melanie dalam dirinya, mereka bahkan tidak berbeda sama sekali," ungkap Alex saat hari demi hari Sunny menampakkan kecantikan wajahnya.
Berjanji akan membawa Sunny berlibur ke kebun binatang, Alex juga akan mengajak tiga keponakannya, yaitu Nick dan si kembar.
"Apa Nick dan adik kembar juga ikut?" tanya Sunny.
"Tentu saja, Sayang. Kita liburan bareng," jawab Alex.
"Ye ... kita ... liburan." Sunny berteriak riang.
"Cucu grandma, kenapa senang sekali?" ucap nyonya Gio dari arah dapur.
"Grandma, minggu depan Sunny, Nick dan adek kembar akan berlibur ke kebun binatang," jawab Sunny, gadis kecil itu sudah fasih berbicara sejak usianya 2 tahun.
"Wah, senangnya. Apa Sunny mau ngajak grandma?"
Sunny berbalik, menoleh pada Alex. "Dad, apa grandma boleh ikut?"
"Tentu saja, Cantik. Kita akan berlibur ramai-ramai," ucap Alex. "Baiklah, Daddy akan menyapa Mommy, mau ikut?" tawar Alex sambil mengulurkan tangan.
Sunny mengangguk, lalu meloncat ke pelukan Alex dan meminta di gendong.
Setiap tiga hari sekali, atau paling lama seminggu sekali, Alex baru bisa pulang ke rumah ini, karena kesibukannya sekarang lebih berat dari sebelumnya, ia harus pandai mengatur waktu antara pekerjaan dan putrinya.
Sunny tinggal bersama nenek dan kakeknya sejak bayi, sedangkan Alex masih tinggal di rumahnya sendiri, rumah yang ia tempati bersama Melanie saat wanita itu masih hidup.
Menggendong Sunny ke lantai dua rumah itu, Alex masuk ke dalam kamar Melanie, kamar ini masih sangat rapi dengan berbagai perabotan yang tidak pernah di rubah posisinya, semua masih tertata sama ketika Melanie masih ada.
"Hallo, Mommy. Lihat, Daddy datang dan akan mengajakku berlibur ke kebun binatang," ucap Sunny sambil duduk di depan pigura besar foto Melanie.
"Mommy juga pasti senang kalau kamu jadi anak baik. Janji sama mommy, Sunny akan jadi anak pintar dan baik," ujar Alex.
"Iya, Mommy. Sunny janji, akan menjadi anak pintar dan baik hati," ulang Sunny.
"Gadis pintar. Sekarang, Sunny ke dapur, ambil es krim yang tadi daddy bawakan. Minta sama bibi, ya," pinta Alex. Sebelum ia menemui Sunny yang sedang asik bermain di ruang tengah, Alex sudah membawa sekotak es krim kesukaan Sunny dan meletakkannya di kulkas dapur.
Setelah Sunny keluar dari kamar, kini giliran Alex yang akan menceritakan hari-harinya di depan foto mendiang sang istri, Alex mendekat, lalu berdiri memandang foto Melanie dalam balutan baju pengantin saat hari pernikahan mereka.
"Hai, Sayang. Bagaimana kabarmu? baik, bukan. Aku pun sama. Kamu lihat, gadis kecil kita sudah semakin besar, dia semakin berat, aku tau dia suka sekali makan, sepertimu dulu."
"Oh, ya. Sebentar lagi Sunny akan ulangtahun. Entah mengapa, aku masih berharap kamu bisa di sini dan merayakannya bersama kami. Tapi sungguh, aku sama sekali nggak pernah menyesal atas kehadiran Sunny."
"Kami akan baik-baik saja, Sayang. Kamu jangan mengkhawatirkannya, Sunny akan tumbuh menjadi gadis cantik dan baik, sepertimu. Kamu adalah yang terbaik bagi kami."
"Sayang, terimakasih sudah menghadirkan Sunny untukku, untuk kita. Aku berjanji akan menjaganya dengan nyawaku, seperti kamu membawanya ke dunia ini dengan nyawamu."
"Love you, Melanie."
Lagi, satu tetes air mata terjatuh di pipi Alex, setiap kali ia mengungkapkan rasa cinta yang besar, sebesar itu pula rasa sakit akan kehilangannya.
Alex buru-buru menyeka air mata di pipi saat ia mendengar suara langkah kaki Sunny mendekat.
"Dad," sapa Sunny. "Apa kamu menangis, Daddy?"
"Nggak, Sayang. Mata daddy kelilipan," jawab Alex berbohong.
"Oh, mungkin karena kamar ini banyak debunya. Nanti aku akan minta tolong pada bibi agar di bersihkan. Biar daddy nggak nangis lagi," celoteh Sunny dengan suaranya yang menggemaskan.
Alex tersenyum, lalu menggendong Sunny ke kamarnya.
"Apa ini sudah waktunya tidur siang?" tanya Alex, Sunny mengangguk cepat.
"Baiklah, daddy akan menemanimu tidur. Ayo," ujar Alex, ia menemani gadis kecilnya berbaring di atas ranjang yang empuk.
Selama ini, Sunny bahkan tidak pernah kekurangan suatu apapun, semua yang gadis itu minta, Alex akan memberikannya saat itu juga, Sunny bahkan memiliki arena bermainnya sendiri, semua jenis permainan sudah Alex sediakan dalam satu ruangan.
Sunny tumbuh dengan penuh cinta dan kasih sayang dari orang-orang di sekelilingnya. Alex memastikan bahwa gadis kecil itu tidak akan pernah merasakan kesepian, Alex berusaha agar Sunny selalu bahagia, meskipun tanpa Melanie.
Setelah hampir tiga puluh menit Alex menemani putrinya, ia berlahan bangkit dan turun dari ranjang setelah memastikan bahwa Sunny sudah benar-benar terlelap, ia berjinjit pelan keluar dari kamar.
"Alex," sapa nyonya Gio di depan pintu.
"Ya Ampun, Ma. Kaget!" ucap Alex sambil memegang dadanya.
"Ayo, mama mau bicara," ajak nyonya Gio. Alex mengikuti ibu mertuanya ke ruang tengah.
"Alex, dengarkan mama. Kalau kamu nggak bisa tinggal di sini, sebaiknya kamu bawa Sunny tinggal bersamamu," ucap nyonya Gio. "Kamu harus tau, setiap hari setiap waktu, dia selalu tanya, kapan Daddy pulang. Bukan mama nggak mau merawat Sunny, tapi dia lebih butuh kamu ketimbang kami disini," lanjutnya.
"Tapi ma, aku belum bisa percaya sama orang lain buat jagain Sunny, aku nggak mau di di asuh oleh orang yang salah."
"Ini sudah empat tahun, Alex. Sudah seharusnya kamu mencari pengganti Melanie, dia butuh sosok ibu."
"Ma, tolong jangan bahas masalah ini. Ada aku, mama, papa, ada keluarga kita yang lain, Sunny nggak butuh siapa-siapa lagi," kilah Alex.
🖤🖤🖤
Sunny Chalondra
Alex, Cute Daddy ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Irma Dwi
part pertama sudah mengandung bawang
2024-11-08
0
Anonymous
👍
2024-08-13
0
Isnia Nia
g ada audio nya ya kak
2022-03-07
0