Louis tidak bercanda ketika mengatakan akan membelikan ice cream untuk Ghina karena setelah pulang kerja pria itu memaksa Ghina untuk pulang bersamanya dan sekarang mereka berada di salah satu kedai ice cream. Rasanya Ghina malu sekali karena sudah menangis dihadapan atasannya apalagi ketika dia malah merengek pada Louis tadi, memalukan sekali.
Meskipun Louis terlihat biasa saja, tapi Ghina tetap merasa malu tadi dia sudah bilang tidak perlu hanya saja Louis memaksanya hingga mereka berakhir duduk berhadapan dengan ice cream dihadapan masing-masing. Melihat ice cream coklat dihadapannya Ghina tidak bisa menahan diri untuk tersenyum, tapi dia belum menyantapnya.
Mendongak untuk menatap atasannya Ghina melihat Louis yang tersenyum dan sudah mulai memakan ice cream vanilla miliknya.
"Kenapa? Makan saja aku yang traktir." Kata Louis
"Ah aku malu sekali karena menangis di depan kamu." Kata Ghina pelan
Perkataan itu justru membuat Louis tertawa.
"Tidak papa jangan dipikirkan aku tidak akan mengatakan pada siapapun." Kata Louis
"Terima kasih banyak." Kata Ghina
"No problem, katakan saja kalau kamu butuh bantuan." Kata Louis ramah
Ghina tersenyum dan menganggukkan kepalanya lalu mulai memakan ice cream miliknya.
"Kamu suka?" Tanya Louis
"Em suka"
"Kalau begitu habiskan." Kata Louis
"Sebenarnya kamu tidak perlu melakukannya aku jadi merasa tidak enak." Kata Ghina
"Ayolah aku tidak keberatan, aku benci melihat wanita menangis." Kata Louis
"Iya baiklah aku tidak akan membahasnya dan akan menghabiskan ice cream ini sebagai bentuk terima kasih." Kata Ghina
"Terdengar lebih bagus." Kata Louis dengan senyuman manisnya
Setelahnya tidak ada percakapan lagi keduanya hanya diam dan fokus pada ice cream yang mereka makan hingga Louis mendongak lalu melihat Ghina yang membuat senyum gelinya terbentuk. Ada coklat di sudut bibirnya membuat Louis langsung mengambil tissue yang ada di meja dan menyerahkannya pada Ghina.
Dalam diam Ghina menatapnya sambil menautkan alisnya, merasa bingung dengan apa yang Louis lakukan.
"Sudut bibir kamu ada coklat, apa perlu aku yang bersihkan?" Tanya Louis
"Ehh benarkah?" Tanya Ghina kaget
Dia mengambil tissue yang Louis berikan lalu menghidupkan ponselnya dan ternyata benar ada coklat di sudut bibirnya.
"Pelan-pelan saja makannya Ghina." Kata Louis sambil tertawa kecil
Ghina tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
"Hmm"
"Kenapa tadi kamu menangis?" Tanya Louis
Ghina secara refleks menatapnya lalu tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Em tidak ada." Kata Ghina
"Maaf maaf aku terlalu ikut campur ya?" Kata Louis
"Tidak papa Louis." Kata Ghina sambil tersenyum
"Kalau gitu biarkan aku mengatakan ini." Kata Louis
"Mengatakan apa?" Tanya Ghina
"Kalau kamu butuh seseorang datang padaku." Kata Louis membuat Ghina menatapnya dalam diam
"Maksud kamu?"
"Kalau kamu butuh seseorang untuk dijadikan tempat untuk berkeluh kesah atau seseorang untuk tempat bersandar, come to me." Kata Louis
Untuk sesaat Ghina diam, tapi setelahnya dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kita teman jangan sungkan lagi sama aku." Kata Louis
"Iya Louis terima kasih." Kata Ghina
Louis bergumam pelan lalu mengatakan pada Ghina untuk memakan lagi ice cream miliknya. Selagi Ghina menghabiskan ice cream miliknya Louis mengeluarkan ponselnya yang ada di saku celana dan membuka aplikasi chat miliknya.
Ada beberapa pesan dari Gibran yang langsung Louis buka dan baca karena pria itu memang beberapa kali mengirim peaan untuk menanyakan Ghina.
Bagaimana dengan Ghina?
Apa terjadi sesuatu dengannya hari ini?
^^^Ghina baik-baik saja^^^
^^^Kami sedang di kedai ice cream^^^
Setelah membalas pesan itu Louis mendongak untuk menatap Ghina yang terlihat fokus dengan ice cream miliknya. Tanpa sadar Louis bergumam pelan dan tersenyum membuat Ghina menatapnya dengan alis bertaut.
"Cantik"
"Hm kenapa?" Tanya Ghina
"Hah? Apa? Tidak tidak." Kata Louis cepat
Ghina mengangguk faham dan memakan suapan terakhir dari ice cream miliknya.
"Aku sudah selesai." Kata Ghina
"Baiklah tunggu sini biar aku bayar dulu." Kata Louis
Setelah mengatakan hal itu Louis bergegas pergi ke kasir dan membayar pesanan mereka lalu kembali menghampiri Ghina. Tangannya terulur membuat Ghina mendongak dan menatapnya.
"Ayo"
Terlihat ragu pada awalnya, tapi Ghina tetap menyambut uluran tangan itu dan bersama-sama mereka keluar menuju parkiran. Masuk ke dalam mobil Ghina memakai sabuk pengamannya dan menatap ke depan ketika Louis mulai menjalankan mobilnya.
Semakin hari Ghina merasa kalau dia semakin dekat dengan Louis entahlah, tapi yang jelas pria itu sangat baik kepadanya. Sesekali Ghina melirik ke arah Louis yang benar-benar fokus pada jalanan dihadapannya.
Tersenyum manis Ghina merasa bebannya sedikit hilang dan tentang Alden sekarang dia tidak terlalu membebaninya. Ya meskipun Ghina tidak yakin ketika nanti dia sedang sendirian, tapi sekarang dia merasa sangat baik.
"Louis"
"Hmm"
"Kita baru kenal dalam waktu yang cukup singkat, kenapa kamu baik sekali sama aku?" Tanya Ghina
"Tidak tau, apa kamu merasa tidak nyaman?" Tanya Louis
"Eh tidak bukan begitu aku hanya bertanya saja." Kata Ghina
"Hm aku tidak tau Ghina, kamu tau? Aku benci sekali melihat wanita menangis makanya aku menghibur kamu tadi." Kata Louis
"Iya terima kasih." Kata Ghina
Louis bergumam pelan dan kembali menatap ke depan lalu setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit kini mobil Louis berhenti di area rumah Ghina.
"Sudah sampai." Kata Louis
Tersenyum singkat Ghina melepaskan sabuk pengamannya lalu menatap Louis sebentar.
"Terima kasih untuk hari ini." Kata Ghina
"Iya sama-sama." Kata Louis
Melambaikan tangannya Ghina keluar dari mobil Louis dan masuk ke dalam meninggalkan pria itu yang kini masih menatapnya hingga menghilang dibalik pintu. Tak langsung pergi Louis tersenyum sambil menatap tangannya yang tadu bergenggaman dengan tangan Ghina.
"Kamu tau Ghina? Sepertinya aku mulai menyukai kamu atau mungkin sudah menyukai kamu"
¤¤¤
Menyantap makan malam bersama keluarganya Ghina tak mengatakan apapun masalah Alden karena dia tau kalau nanti dia mengatakannya pasti Papa nya dan Gibran akan sangat marah. Menurut Ghina semua sudah selesai dan dia tidak mau lagi membahasnya meskipun jujur Ghina masih sering menangis, tapi merelakan adalah jalan yang terbaik.
Malam ini orang tuanya bertanya tentang pekerjaannya dan bagaimana hari-harinya di kantor mereka takut Ghina merasa tidak nyaman atau pekerjaan yang terlalu berat untuknya.
"Aku suka pekerjaanku Pa." Kata Ghina
"Lalu Louis apa dia sering menyusahkan kamu?" Tanya Farhan
"Hm tidak dia justru sangat baik kami sesekali juga makan siang bersama." Kata Ghina membuat Farhan tersenyim mendengarnya
"Bagaimana dengan Alden? Pria itu sudah tidak pernah menghubungi kamu lagi kan?" Tanya Farhan
"Em tidak." Kata Ghina bohong
"Sayang kalau dia menghubungi kamu kasih tau Mama sama Papa ya?" Kata Dara
Ghina tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Iya Ma"
Selesai menyantap makan malamnya Ghina meminta izin untuk pergi ke kamar dan sebelum itu dia memeluk serta mencium pipi kedua orang tuanya. Setelah itu Ghina berlari kecil ke kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dan mengambil ponsel miliknya.
Bersamaan dengan itu ada panggilan masuk yang membuat Ghina terdiam ketika melihat siapa yang menelponnya. Menghela nafasnya pelan Ghina mengangkatnya, tapi tidak bicara apapun.
'Ghina?'
"Em"
'Ghina maafin gue Na semua itu orang tua gue yang mengaturnya'
"Hm tidak masalah Sa gue sama Alden juga udah gak ada hubungan apa-apa." Kata Ghina
Ya, orang yang menelponnya adalah calon tunangan Alden.
'Ghina gue beneran...'
"Udahlah Sa gue bilang udah! Gue sama Alden udah gak ada hubungan apa-apa, jadi fokus aja sama pertunangan kalian dan gue akan datang." Kata Ghina
'Kalau lo gak mau datang gak...'
"Gue bakal datang sama pacar gue." Kata Ghina membuat Cassandra diam
Ah bodoh kenapa juga harus mengatakan pacar?
Ghina menggerutu sendiri karena mengatakan hal seperti itu pada temannya.
Dia akan datang dengan siapa?
"Udah kan? Gak usah minta maaf gue bakal datang." Kata Ghina sambil mematikan ponselnya
Melempar asal ponsel miliknya Ghina memijat pelan dahinya karena merasa pusing.
Bodoh sekali! Siapa yang akan dia ajak nanti?
Terdiam untuk sesaat Ghina menghela nafasnya pelan hingga seseorang terlintas dibenaknya.
Haruskah dia meminta tolong padanya?
Louis
Benar! Louis teman-temannya tidak ada yang mengenal pria itu, jadi mereka tidak akan tau kalau Ghina bohong kan?
¤¤¤
Huhuu maaf updatenya sore-sore😳
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Ca Niz
Awal yg bagus buat Gina n Louise. Dari pura2 jdi beneran...
2021-11-20
1
ㅤ ㅤ ᵀᵃˡˡʸ❥⃝⃝⃝⃝ʏ💅🏻
ajak gibran aja ghina, biar alden di hajar abis2 an ntar
2021-03-09
0
namiza hadist
bagus ghina,,yg tegar ya,,,ada louis
2021-01-24
0