Menggerutu di dalam hati Ghina berusaha mengikuti langkah kaki atasannya yang sedang terburu-buru berjalan dari parkiran memasuki gedunh perusahaan untuk melakukan pertemuan penting dengan rekan kerjanya. Akibat memakai rok span yang cukup ketat dan sepatu tinggi Ghina kesulitan mengikuti langkah kaki atasannya apalagi pria itu memiliki kaki yang panjang hingga setiap langkahnya sangat lebar.
Rasanya Ghina ingin berseru dan meminta pria itu menunggunya, tapi bisa-bisa dia langsung di pecat dari pekerjaan yang baru dia mulai. Akhirnya Ghina berusaha sekuat mungkin untuk bisa menyamakan langkah kaki dengan atasannya meskipun sekarang jaraknya sudah cukup jauh.
Di luar dugaan pria itu menghentikan langkahnya lalu menoleh dan melihat Ghina yang terlihat kesulitan melangkahkan kakinya. Menghela nafasnya pelan Louis menunggu hingga sekretarisnya itu kini berada di hadapannya.
"Pakailah rok yang lebih panjang dan tidak terlalu ketat agar kamu bisa jalan lebih mudah." Kata Luois
"Em iya Pak." Kata Ghina
Sekali lagi tanpa Ghina duga pria itu meraih tangannya lalu menuntun Ghina berjalan agar tidak tertinggal jauh di belakangnya.
"Hak sepatu kamu juga kalau terlalu tinggi dikurangi saja saya tidak mau tanggung jawab kalau kamu sampai jatuh." Kata Louis lagi
"Iya Pak maaf." Kata Ghina
Tidak ada tanggapan apapun keduanya berjalan beriringan hingga sampai di salah satu ruangan lalu tanpa mengetuk pintu mereka masuk ke dalam dan bergabung bersama yang lainnya. Dapat Ghina lihat kalau Louis itu yang termuda diantara pemimpin perusahaan lainnya.
Melangkahkan kakinya ke dalam Ghina duduk tepat disebelah atasannya sambil mengeluarkan berkas yang tadi Louis serahkan padanya. Saat rapat di mulai Ghina hanya mendengarkan bagaimana mereka sesekali berdebat dan membahas masalah perusahaan yang sudah mulai bisa Ghina mengerti.
Mungkin sekitar satu jam pertemuan itu dilakukan hingga berakhir dengan tanda tangan sebagai bukti kerja sama mereka. Setelah selesai Louis langsung mengajak Ghina untuk kembali karena hari sudah semakin siang dan mereka melewatkan makan siang.
"Pegang tanganku." Kata Louis
"Ehh tidak..."
"Pegang saja atau kamu mau aku tinggal lagi dibelakang seperti tadi." Kata Louis
Ghina terlihat ragu, tapi pada akhirnya tetap menyentuh lengan atasannya dan berjalan tepat disampingnya.
"Kamu terlihat sudah sangat berpengalaman padahal kamu masih muda." Kata Ghina
"Benarkah? Aku memang masih muda maka dari itu berhenti memanggilku dengan sebutan Pak." Kata Louis
"Tapi, kamu atasan saya Pak." Kata Ghina
"Lalu? Apa masalahnya? Aku merasa sangat tua." Kata Louis tidak suka
"Lalu aku harus memanggil apa?" Tanya Ghina
"Panggil nama saja." Kata Louis
"Akan terdengar aneh kalau saya memanggil nama Bapak kan atasan saya." Kata Ghina
"Kalau gitu anggap saja kita itu teman." Kata Louis
"Aku kan bekerja." Kata Ghina lagi
"Kemampuan kamu untuk membalas perkataan seseorang hebat juga." Kata Louis
"Apa karena usia kita tidak beda jauh makanya saya merasa nyaman bicara sama kamu?" Tanya Ghina
"Maybe"
"Saya pernah ikut Papa ke kantor Uncle Liam waktu masih SMA dan Uncle bilang kalau saya butuh pekerjaan bisa bilang sama dia." Kata Ghina
"Dan ketika kamu meminta pekerjaan secara kebetulan sekretaris Daddy mengundurkan diri." Kata Louis
"Kebetulan sekali." Kata Ghina dengan senyuman
"Bukan hanya kebetulan, tapi takdir." Kata Louis
"Takdir?"
"Ya takdir untuk mempertemukan saya dengan kamu." Kata Louis membuat Ghina tertawa mendengarnya
"Baiklah takdir, jadi kita bertemu karena takdir." Kata Ghina
"Saya rasa kita bisa menjadi teman yang baik." Kata Louis
"Kedengarannya ide yang bagus Pak Louis." Kata Ghina dengan senyuman
Louis tertawa kecil sambil memperhatikan Ghina yang sekarang menatap lurus ke depan, dia tersenyum tulus.
"Ah hujan"
Mendengar perkataan itu Louis juga menatap keluar dan benar sudah turun hujan mereka tidak mendengar apapun ketika di dalam.
"Kamu mau dengar sesuatu?" Tanya Ghina
"Apa itu?" Tanya Lois sambil menatap Ghina yang ada disampingnya
Ghina tersenyum sambil menghela nafasnya panjang dan mengatakan sesuatu.
"Let the rain wash away all the pain of yesterday"
Louis tersenyum lalu ikut menatap ke depan melihat ke arah hujan yang turun dengan deras membasahi bumi.
Biarkan hujan turun dan menghapus semua luka di hati wanita yang kini berdiri disampingnya.
Mereka mungkin baru saling mengenal untuk waktu yang cukup singkat, tapi Louis merasa begitu peduli dengan sekretarisnya.
Terhitung satu minggu Ghina sudah bekerja dan hubungan mereka cukup baik, tidak lebih sebagai seorang atasan dan sekretaris.
Selama satu minggu menjadi sekretaris Ghina mulai tau sikap pria itu yang selalu terburu-buru kalau masalah rapat dan Louis juga sangat tepat waktu bahkan bukan sekali dua kali Ghina terkena omelan karena datang terlambat. Namun, dibalik itu semua Ghina juga merasa bahwa Louis merupakan orang serta atasan yang baik dan dia sangat betah kerja bersamanya.
"Masih mau memandangi hujan?"
Pertanyaan itu membuat Ghina tersentak lalu menoleh pada Louis yang menatapnya untuk sesaat mata mereka bertemu dan saing bertatapan.
"Tidak mau kembali ke kantor?"
"Eh iya maaf ayo kita kembali ke kantor." Kata Ghina canggung
Louis menggelengkan kepalanya pelan lalu masuk ke dalam mobil bersama dengan Ghina dan meninggalkan area perusahaan rekan kerjanya. Selama perjalanan tidak ada percakapan memang selalu begitu keduanya masih canggung untuk memulai percakapan.
Saat tengah diam sambil menatap lurus ke depan suara musik terdengar membuat Ghina menoleh dan melihat Louis yang baru saja menghidupkan musik untuk menemani perjalanan mereka. Hujan masih turun dengan deras, tapi entah kenapa mendadak Ghina mengingat kenangannya bersama dengan Alden.
Sesuatu yang harusnya dia lupakan malah muncul di fikirannya.
'Alden hujann'
'Hey tidak papa sayang ini hanya hujan kemari dan ayo kita berjalan di bawah hujan'
'Gak mau nanti sakit tau'
'Tidak akan Ghina aku akan melindungi kamu'
Saat itu mereka berlari dengan jas Alden yang menutupi kepalanya dan hari itu Ghina merasa begitu bahagia mereka tertawa di bawah derasnya hujan. Hal lain yang membuatnya bahagia adalah Alden yang memberikan jaket itu padanya lalu membiarkan dirinya terkena guyuran hujan.
Dia menatap Ghina lalu berseru kencang membuat Ghina menatapnya dengan mata membulat.
'AKU CINTA KAMU GHINA!'
Menahan nafasnya Ghina mengepalkan tangannya kuat-kuat ketika kenangan itu kembali hadir dan menyiksanya.
Kapan semua ini akan berakhir?
Sisa perjalanan Ghina habiskan dengan mengalihkan pandangannya ke samping dan menahan tangisnya. Ingatan soal Alden selalu berhasil membuatnya terluka lalu menangis lagi dan lagi.
Seolah semua tangisannya masih belum cukup juga.
"Sudah sampai"
Perkataan itu membuat Ghina mengangguk singkat lalu menunduk untuk melepaskan sabuk pengamannya, tapi tanpa dia duga Louis memegang tangannya.
Dia menatap Ghina lalu tersenyum tulus seraya berkata.
"Menangislah disini aku akan keluar aku tidak tau apa yang terjadi sama kamu sampai mendadak jadi sedih begini, tapi genangan air mata di mata indah kamu jangan menahannya biarkan dia jatuh agar kamu merasa lega." Kata Louis
Ghina menatapnya dengan raut wajah yang tidak bisa dia gambarkan.
"Gunakan ini untuk menghapus air mata kamu"
Ghina menatap sapu tangan yang kini ada ditangannya dan sekali lagi di luar dugaan Louis tersenyum sambil menepuk pelan puncak kepalanya.
"Menangislah kalau itu bisa membua kamu lega"
¤¤¤
Ayoo pilih Alden atau Louis??
Next part bakal aku kasih visual mereka yaaa💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Devi Moses
team lois
2022-01-17
0
Ca Niz
Louis thorrrr
2021-11-20
1
hariini
louis, dong thor.
2021-08-20
1