Married With The Badboy
Aris with Allisya
Seorang gadis yang baru saja keluar dari kamarnya, ia adalah Allisya. Hari ini adalah dimana ia harus menjalani MOS juga meskipun kelas 11.
Selena yang melihat putrinya menuruni tangga mengajaknya sarapan. Namun Allisya menolaknya dengan beralasan akan membuang waktu dan terlambat nantinya.
"Tapi kalau kamu gak sarapan, nanti sakit. Sedikit aja ya?" pinta Selena mengoleskan selai kacang di roti gandum itu.
"Gak ma. Nanti telat, kan sarapannya di kantin,"
"Allisya," ucap Alister memperingati.
Allisya pun terpaksa memakan roti yang sudah di siapkan mamanya.
"Udah ah, Allisya mau berangkat," kesalnya. Susu hangat itu ia biarkan.
Alister menggeleng heran. "Nurun siapa sih galaknya?"
Sambil memakan roti, Selena menjawabnya bahwa Allisya itu mirip dengannya.
"Tapi kalau sama kamu, gak kan?" Alister mengedip genit.
"Hm," Selena hanya bergumam.
Allisya berangkat ke sekolah barunya dengan mobil miliknya sendiri, papahnya memberikan itu karena ia sudah belajar dengan rajin sampai meraih juara 1 paralel 1.
Saat sudah sampai di depan gerbang yang akan di tutup oleh satpam, Allisya mencegahnya.
"Pak! Jangan di tutup dulu! Mau masuk nih," teriak Allisya kesal dan membuka kaca mobilnya.
"Maaf, mbak sudah telat. Karena hari Senin upacaranya lebih awal," ucap pak satpam tegas.
"Pak, mau uang gak?" Allisya mengambil donpetnya di dashboard, uang merah lima lembar itu ia gunakan kipas, pak satpam pun tergiur.
Pak satpam itu mengangguk antusias. "Mau atuh kalau duit mah," ia meraih uang lima ratus ribu itu dan membukakan gerbang untuk Allisya.
Allisya memarkirkan mobilnya, saat keluar seorang cowok dengan tatapan datarnya membuat ia gugup.
'Apa OSIS ya?' setaunya OSIS berkeliaran mencatat dan menghukum siswa yang terlambat.
"Terlambat?"
"Iya kak. Aku-" belum selesai Allisya menjawabnya, tangannya di tarik.
"Eh? Mau kemana?"
Hingga di halaman sekolah yang sudah rapi barisan dari kelas 10 sampai 12. Allisya menjadi pusat perhatian, apalagi seragamnya yang berbeda.
"Eh, itu pacar lo gak sih?" tanya Dehaan heran. Ia sudah mengenal Allisya.
"Mana?" Daniel mencari terus cari ah jadi nyanyi.
"Tuh, kasihan di liatin banyak orang," Dehaan menunjuk Allisya yang berdiri di bawah podium bersebelahan dengan OSIS yang terkenal galak, Aris.
"Mentang-mentang punya duit, beliin anak sembarangan," ucap Daniel terlanjur kesal sampai tak sadar ia barusan ngiklan.
"Malah ngiklan lo. Serius ah," kesal Dehaan.
"OSIS sih, cuman buat nutupin kelakuannya yang hobi tawuran. Geng gak jelas aja bangga," dumel Daniel. Aris adalah ketua dari geng Star yang selalu menang di pertarungan.
"Hm, gue setuju. Cuman buat pamor doang kan?"
"Biar image-nya gak jelek amat," tambah Daniel.
Bukannya berada di barisan, malah di hukum. Allisya hanya bisa menunduk.
"Kalian jangan meniru siswi ini, meskipun murid baru setidaknta tau apa itu tepat waktu dan disiplin," jelas sang kepala sekolah.
"Wuuu," seruan itu di tunjukkan untuk Allisya.
Aris hanya memandang ke depan, memang ia tengah menjadi petugas upacara yaitu membawakan buku berisi Pancasila yang akan di bacakan sebentar lagi setelah nasehat kepala sekolah tersampaikan.
"Itulah yang saya sampaikan pada amanat upacara di hari Senin ini,"
"Pembacaan Pancasila,"
Aris menyerahkan buku Pancasila itu pada kepala sekolah.
"Pancasila,"
Sampai pembacaan Pancasila selesai, mata Allisya terasa berat serta pusing berkunang-kunang. Suara-suara pembawa upacara pun mulai samar-samar. Hingga...
Bruk
Allisya pingsan namun untungnya Aris menangkap tubuhnya.
"PMR!" Aris berteriak, datanglah petugas PMR yang membawa tandu.
Daniel berlari menghampiri Allisya. Menyingkirkan petugas PMR.
"Minggir! Biar gue yang bawa ke UKS!" Daniel pun menggendong Allisya bridal style.
"Siapa sih? Udah ada PMR juga,"
"Katanya Daniel jomblo,"
"Denger-denger nih, itu pacarnya,"
"Yah, populasi cogan berkurang! Oh my god!"
Sedangkan Aris yang masih di tempatnya pun bingung harus apa.
'Gue merasa bersalah, karena udah hukum dia,' Aris pun mengejar langkah Daniel ke UKS.
...🍒 🍒 🍒...
Setelah Daniel membaringkan Allisya, ia menoleh mendapati Aris yang juga ikut.
"Ngapain lo kesini? Sana! Urus siswa yang telat, hukum, biar kapok!" tekan Daniel emosi.
"Saya tidak tau kalau dia bisa pingsan begini,"
"Sok-sokan formal lo. Badboy kok jadi OSIS,"cibir Daniel kesal.
Aris menghela nafasnya. "Biar saya yang tanggung jawab. Anda bisa kembali ke kelas mengikuti pelajaran,"
Daniel menggeser kursinya kasar. "Lo mau berduaan sama pacar gue?!" bentak Daniel. Tak akan ia berikan celah sedikitpun untuk menyentuh Allisya.
Mendengar keributan, Allisya membuka matanya.
"Ada apa?" dengan suara paraunya Allisya duduk di tepian ranjang.
Seketika emosi Daniel hilang.
Daniel beralih menatap Allisya teduh berbeda dengan sebelumnya yang tajam."Sayang, kamu udah baikan? Sakit? Gak usah masuk ya?"
"Aku gak papa kok," Allisa turun dari ranjang.
"Mau kemana? Disini aja yang, sampai kamu mendingan," Daniel mencegah Allisya yang akan pergi.
'Mereka pacaran?' batin Aris bertanya-tanya, Daniel tak pernah menunjukkan statusnya belum kawin eh single maksutnya.
Daniel menatap Aris. "Beliin makanan. Jangan pedes! Jangan es, cukup air mineral aja," perintah Daniel. Aris pun mengangguk, ini adalah sebagai bentuk tanggung jawabnya.
"Lupa sarapan lagi?"
Allisya mengangguk. "Iya, aku takutnya telat kesini,"
"Lebih penting mana kesehatan kamu sama sekolah?"
"Sekolah lah," jawab Allisya cepat.
"Kesehatannya juga Allisya. Kalau sakit gim-"
"Permisi, ini makanan buat dia," Aris memasuki UKS.
'Cepet banget sih. Apa naik jet ya tadi?' batin Daniel.
Daniel menerimanya. "Aku suap-"
"Gak usah. Aku bisa makan sendiri, aku bukan anak kecil lagi," tolak Allisya halus. Sudah beranjak remaja masih di suapi? Tidak.
Daniel hanya menatap cara Allisya yang terkesan lambat.
"Kamu kenapa gak ke kelas aja?" tanya Allisya. 'Aku gak mau ngerepotin kamu,' ucap Allisya dalam hati.
"Jagain kamu,"
"Oh,"
"Oh aja?"
"Makasih sayang,"
Daniel baper. "Makan yang banyak, biar kuat,"
Merasa di abaikan, Aris berdehem. "Sepertinya tanggung jawab saya selesai. Permisi,"
"Sana-sana! Pergi lo!" usir Daniel tak suka, Aris juga mencuri pandang dengan Allisya.
"Kamu kok marah-marah?"
Daniel membalasnya dengan senyuman. "Gak marah kok, cemburu aja,"
"Sama aja,"
Daniel membolos sampai jam pelajaran ketiga, lalu mengantarkan Allisya ke ruang kepala sekolah.
"Darimana saja kamu?" tanya Fahri, sang kepala sekolah.
"Saya baru siuman pak dari pingsan," jawab Allisya gugup.
"Oh iya, lupa. Ya sudah, kelasmu sebelas IPS satu ya,"
"Baik pak. Permisi,"
Daniel menunggu di luar.
"Kelas apa yang?" Daniel mengecilkan suaranya.
"Sebelas IPS satu. Anterin,"
"Ayo, kelas kita sebelahan loh yang,"
Sambil berjalan dan mengobrol, Allisya senang bisa satu sekolahan dengan Daniel agar lebih dekat lagi.
"Masa sih? Hm, bisa ngapelin dong,"
"Pasti lah, kalau sama-sama jamkos aku ke kelas kamu,"
Daniel penuh dengan janji-janjinya, tapi di tepati. Allisya takut kalau ada sebuah janji yang Daniel ingkari.
'Semoga kamu gak ninggalin aku ya? Tetap kayak gini, bersama selamanya,' batin Allisya memandangi Daniel dari samping. Ia memang sudah remaja, namun pikirannya setara dengan anak SMP yang tak tau apa-apa tentang cinta.
"Tuh, kelas baru kamu. Tenang aja, walikelasnya gak galak," bisik Daniel membuat Allisya menjauh karena geli.
"Iya ya. Aku masuk ya?"
"Kalau di tanya cowok punya pacar atau gak, bilang Daniel terganteng tetangga kelas punya,"
Allisya merekahkan senyumnya. "Sana-sana. Balik," usirnya.
"Bye my luv," Daniel cium jauh, Allisya menggeleng heran.
'Punya pacar romantisnya ampun bang jago,' batinnya. Apa kalian suka romantis juga? Atau humoris?
Saat Allisya baru saja di ambang pintu dan mengucap permisi, seisi kelas menatapnya.
"Murid baru ya? Masuk nak," ucap bu Rohmah ramah.
"Perkenalkan dirimu,"
"Hai. Aku Allisya Lesham Shaenette. Semoga kalian berteman baik denganku,"
"Apa ada pertanyaan?"
"Jomblo kan? Mau gak jadi pacar aku?"
"Nikah yuk,"
"Nikah pala lo! Masih sekolah dodol!"
"Allisya, silahkan duduk disana," bu Rohmah menunjuk tempat duduk pojok kanan dimana Kaila duduk sendiri.
"Cantik banget,"
"Itu yang pingsan tadi kan?"
"Denger-denger Daniel loh pacarnya,"
"Patah hati abang dek,"
"Hai," sapa Allisya, sebagai murid baru ia beradaptasi lagi.
"Hai juga. Gue Kaila,"
"Allisya,"
"Masih cantikan gue gak sih?" tanya Kaila tak suka.
Allisya mengangguk. "Cantik kok, kan cewek. Masa ganteng?"
Kaila terkekeh. "Kirain, kan cowok sekarang kadang nilai dari cantiknya,"
"Gak usah di dengerin. Daripada insecure? Apa adanya aja lah,"
Aqila menoleh ke belakang. "Kai, beliin seblak ya kalau istirahat," seperti biasa, Aqila menitip makanan pada Kaila.
"Gak beli sendiri aja?" tanya Allisya. 'Kalau di sekolah gue nyuruh-nyuruh gini udah di kasih teguran sama guru,' begitulah peraturan sekolahnya dulu.
"Males ah," itulah Aqila, tidak mau di suruh ini-itu.
"Oh iya. Gue Aqila,"
"Allisya,"
"Udah tau!" sahut Aqila cepat.
"Sabar sya, emang gitu. Jangan marah apalagi di masukin ke hati," Kaila tidak mau Allisya tersinggung, Aqila perlu beradaptasi.
"Nama kalian hampir mirip ya. Kaila sama Aqila, kayak kakak adik,"
"Woh iya dong. Meskipun tak se-darah kembar tak se-iras, kita udah kenal dari balita yang masih pilek'an," ucap Aqila santai. "Kalau gak percaya, sampai kita punya tanda lahir di tangan kiri yang sama. Nih," Aqila menunjukkan tahi lalatnya begitupun Kaila.
"Wah, bisa kebetulan gitu ya?"
"Iya, ulang tahun kita aja sama. 30 April," ucap Kaila antusias, bukan kembar tapi di anggap kakak-adik.
"Ada apa ribut-ribut?" tanya bu Rohmah merasa terganggu.
"Gak kok bu," kilah Kaila cepat.
"Eh, udah ya. Di lanjut pas istirahat aja," ucap Kaila lagi, bu Rohmah akan memberikan soal sejarah dengan jawaban beranak pusing keliling tujuh.
"Gue gak istirahat," sahut Aqila cepat.
"Gue ngomongnya sama Allisya! Bukan lo," kesal Kaila. Mengajak Aqila ter-santuy di muka Bumi? Lebih baik sendiri menanti dirimu kembali eh jadi dangdutan.
"Ssst, udah," Allisya tidak mau di hukum pertama kalinya.
...🍒 🍒 🍒...
Saat istirahat, Allisya bertanya lebih banyak tentang sekolah ini.
"Ada badboy-nya juga loh sya," lirih Kaila. Takutnya Aris mendengarnya.
Allisya kurang suka. "Badboy? Gak deh,"
"Kenapa? Ganteng loh, OSIS juga,"
Allisya mengernyit. "OSIS?" ia teringat cowok galak namun penolong itu. 'Masa dia sih? Gak lah,' Allisya menggeleng, semoga ia tidak kenal para badboy itu, di novel memang idaman, tetap saja ia takut.
"Iya, kak Aris. Ketua geng Starquish. Selain ganteng dia ketua OSIS sya! Terus-"
"Terus apa?" suara bass Aris membuat Kaila terkejut dan terdiam.
"Kenapa diem? Lanjutin, gue ikut nih," Aris duduk di sebelah Allisya.
Daniel yang melihat Allisya duduk bersanding bersenda gurau dengan Aris pun cemburu.
"Ehm, minggir sana! Ini tempat gue!" usir Daniel, dengan terpaksa Aris pun menyingkir.
"Masih banyak. Gak disini doang," kesal Aris.
"Kak Aris ngapain sih duduk satu meja sama Kaila?"
"Anak barunya cantik kok. Makanya tertarik,"
Daniel yang mendengar itu pun kesal. "Gue pacarnya!"
"Tapi belum suaminya kan?" tanya Aris membuat Daniel terdiam, benar kan?
Kaila pun tak nyaman. "Sya, ke perpus yuk," dengan gerak bibir saja Allisya sudah faham.
Saat Allisya dan Kaila beranjak, Aris dan Daniel mencegahnya.
"Kemana yang?" Daniel sangat frontal memanggil sebutan sakral itu.
"Toilet," Allisya pergi begitu saja.
Tersisa Daniel dan Aris.
"Gue gak sudi duduk sama lo," Daniel pergi.
"Saya juga,"
Aris dan Daniel saling ngambek. Sudah berperang sebelum Allisya bermigrasi ke sekolah ini.
Di perpustakaan, Kaila hanya membaca komik si Juki daripada novel.
Kaila terkikik geli. "Kalau ini sih pantesnya Aqila," mencari-cari korban karakter kocak membayangkan Aqila seperti Juki.
"Kayaknya asik banget. Seru?" Allisya menutup novel Mariposa-nya. Kisah cinta dan kepekaan sangat rumit ya?
"Asik lah, kan lucu. Pokoknya ini Aqila," karena yang di gosipin tak ada dengan bebasnya Kaila mengganti katakter Aqila.
Allisya melihat komik pada halaman yang Kaila baca.
"Kalau Aqila gitu sih yang ada banyak cowok yang tertarik. Kan lucu, asik, gak ngebosenin,"
"Ehm, jadi aku gak asik gitu?"
Entah sejak kapan Daniel sudah duduk di hadapannya.
"E-bukan gitu. Kamu romantis kok," ucap Allisya tersenyum, berbeda dengan hatinya yang ingin membuatnya bahagia dengan tawa bukan gombalan semata.
"Kenapa ke perpus? Gak makan?"
Dalam hati Kaila kesal setengah hidup. 'Gak makan? Nanti sakit, lagi apa? Pagi, siang, sore, malam, hai, P,' ingin berteriak namun perpustakaan. Kesal karena memang ada alasannya, ia selalu mendapat ribuan pesan dari cowok-cowok genit rasa buaya darat hanya karena cantik saja.
"Kan tadi udah makan. Masih kenyang," diet lah sayangnya Allisya mengatakan itu di hatinya. Diet? Daniel akan mengomelinya, karena lambung juga butuh asupan makan dengan kode bunyi keroncongan kruyuk-kruyuk sebagai sinyal dari tubuh segera makan.
"Nanti aku bakalan ke kelas kamu ya?"
"Ngapain?" Allisya panik, Daniel tidak bisa mengerem mulutnya andai kata yang-sayang di hilangkan sejenak.
"Nungguin kamu. Kan pulang bareng," jangan nolak sya batin Daniel harap-harap cemas.
"Gak usah. Aku ngojek aja," tolak Allisya seperti biasanya.
"Kenapa kamu selalu menghindar kalau aku anterin pulang?" tanya Daniel sedikit kesal.
'Duh, kok malah berantem gini sih?' Kaila yang tak tau apa-apa pun pergi memberikan ruang agar dua couple itu tidak ada yang mengganggu.
_Daerah perbatasan zona nyaman_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
deisy isak
neje
2021-05-25
1
0dette
Keren critay
2021-05-23
1
deisy isak
❤
2021-05-21
1