" emang kamu bisa masak Mey ? " satu kalimat yang terlontar dari mulut Arnold yang kini menatap takjub Amey yang sedang berkutat dengan peralatan masak.
" kau fikir aku sedang main masak masakan ? " jawabnya masih tetap fokus berkutat dengan bahan makanan.
wanita manja ini ternyata gemar memasak. bahkan dia pandai sekali dalam hal masak memasak.
" kakak, tolong manusia satu ini di hibernasikan dahulu. dia sangat menganggu " teriak Amey dari dalam dapur.
dan mereka yang sedang duduk,pun mendengar teriakan Amey dari dalam dapur.
" Adik lu tuh teriak. " ucap Tasya
Berlian merasa acuh tak acuh dengan teriakan Amey. Berlian merasa yakin bahwa sahabat temannya itu tidak akan berani mengganggu adiknya.
" kau tidak mau membantu adikmu sayang ? " tanya grandma kepada sang cucu tersayang.
Berlian yang ditanya seperti itu merasa kikuk. dan Tasya yang mendengar ucapan grandma malah merasa senang baru kali ini Berlian kalah telak.
" bantu bakar dapur ya grandma. " seru Tasya dengan senyum lebar menampilkan para jajaran gigi putihnya.
Berlian geram dengan temannya ini, bagaimana tidak dia membuka kartunya di depan orang lain.
ya, Diordan dan Ragis masih dengan setia disana. mereka tidak merasa bosan untuk beranjak pergi, karena sebelum pergi Diordan berkata ' anggaplah rumah nya rumah sendiri'.
Diordan yang mendengar Berlian tak bisa memasak hanya tersenyum. sedangkan Ragis menahan senyum bagaimana tidak, nona muda yang di hadapannya nyaris sempurna ternyata tidak bisa memasak.
" kau, masih belum bisa memasak ? " tanya grandma dengan menggelengkan kepalanya.
" bukan aku yang tak ingin belajar. tapi baru aku nyalakan kompor, kompor itu mengeluarkan api yang besar grandma. " Berlian mencari alasan versinya tersendiri.
cih, alasan ! cibir Tasya dalam hatinya dengan mengejek sahabatnya itu.
" gimana gak besar. kalau di tinggalin teleponan sama Re ! " ok kartunya dibuka Tasya.
Re ?
siapa Re ?
apakah dia sudah punya kekasih ?
berbagai pertanyaan muncul dalam benak Diordan menatap Tasya dan Berlian secara bergantian mencari jawaban.
" masa lalu, sudah terkubur dan tak akan pernah kembali. " jawab Berlian dengan air muka datar dan tatapan mata dingin.
*
*
*
*
" terima kasih atas jamuannya nona Berliana " ucap diordan yang kala itu sudah berada di depan mobilnya.
" hemm. Its ok tuan."
" aku pamit. " dengan terus menatap berlian. " besok jangan lupa. " ucapnya lagi yang masih enggan untuk beranjak pergi.
" heemmmm bisa diundur ? jujur saja aku tidak bisa bangun sepagi itu tuan. " ucap Berlian dengan nada sedikit memohon.
Berlian yang risih dikala angin terus menyapu rambutnya yang halus mengikat rambutnya secara asal. dan itu sukses membuat mata Diordan tergoda.
deg, jantung Diordan serasa melompat dan ingin saat itu juga memeluk tubuhnya. menghirup aroma tubuhnya dan mencium leher putih jenjang milik gadis yang dia cap miliknya.
Ragis yang menatap itu hanya sedikit memalingkan matanya menatap hal lain. karena dirinya pun tak luput dari godaan itu. bagaimana tidak Ragis juga lelaki normal. tapi dia sadar akan Berlian yang milik tuannya.
Diordan berdehem memecahkan rasa grogi pada dirinya. dia berjalan mendekati Berlian dan tepat berbisik ditelinga berlian. " sesuai yang aku bilang nona. tepat jam 9 pagi"
hembusan nafas Diordan berhasil membuat bulu kuduk Berlian meremang. merasakan ada sebuah desiran Berlian mengusap usap kedua tangannya untuk menetralkan suasana.
vanilla, aku suka wangi itu sayang. guman Diordan dengan sebuah senyuman merekah manakala telah berhasil mencuri curi kesempatan.
bisa bisanya seperti itu. ucap Ragis yang melihat kelakuan tuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
syafridawati
semamgat
2021-07-28
1