Tiba di stasiun gambir jam empat pagi. Raka langsung pulang ke apartemen menggunakan transportasi online,masih ada waktu tiga jam untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.
Raka terbangun oleh dering ponselnya baru dua jam dia tertidur senyum di bibirnya merekah saat membaca nama pemanggil
Cabidut
"Assalamualaikum Mas Raka" suara merdu dari sebrang menghilangkan rasa kantuk
"Waalaikumsallam iya Cha, kangen ya " balasnya
"Mas Raka kali yang kangen , tadi jam berapa sampai mas? " Tanya Chacha
"Pastinya dong mas selalu kangen kamu, tadi subuh ini baru bangun " goda Raka
"hmm ya sudah mas kamu istirahat ya aku matiin ya mas"
"jangan dulu aku kan masih kangen, gini ya rasanya ldran hehe" Raka tergelak
"Maaf ya mas kalo aku harus jauhan sama kamu " terdengar sendu suara Chacha di sebrang.
"Gapapa sayang..mas janji secepatnya akan bawa kamu kembali ke sini" tuturnya lembut
"Mas panggil aku apa mas? sa..yaa.ng" tanya Cha cha terbata-bata jika Raka bisa melihat pipinya sudah merah
" Iya aku kan sayang kamu, jadi mulai sekarang aku panggil kamu sayang boleh ya boleh" rengek Raka
"Mas, ihh malu aku mas, iya boleh kok boleh" jawab Chacha
"ya sudah mas kamu istirahat ya aku mau nemenin bapak jalan bentar ke taman depan" Chacha mengakhiri panggilan mereka
Raka masih senyam senyum diatas tempat tidurnya persis seperti anak sma baru jatuh cinta,dia lupa hari ini harus menjemput Evelin.
ting..
ting..
pesan masuk dari
Mama : jangan lupa jemput evelin, nanti kamu antar saja dia ke rumah tantenya alamatnya yang kemarin mama kirim
Raka : iya kanjeng Ratu..
Setelah membalas pesan mama Raka berlalu ke kamar mandi, kalo bukan titah kanjeng ratu Raka gak bakalan mau berurusan dengan Evelin.Wanita muka tembok yang sudah berkali-kali di tolak tapi tetap saja usaha untuk mendapatkan hati Raka.
.
.
Raka baru tiba di bandara pukul sembilan karena ada kemacetan akibat kecelakan di tol arah bandara tadi, dengan muka juteknya Evelin menarik kopernya menuju parkiran, jangan harap Raka mau turun menjemputnya di terminal kedatangan.
Setelah membaca pesan Raka,Evelin menuju ke arah mobil Honda CRV silver yang terparkir sempurna,mesin mobil masih hidup tanda pengemudi mobil ada di dalam
Evelin mengetuk kaca pengemudi tanpa menurukan kaca Raka memberi isarat bagasi pintu bagasi mobil telah di buka.
Evelin menggerutu meletakan kopernya kedalam bagasi dan berjalan memutar menuju pintu samping pengemudi dan membukanya
"Mas Raka jahat banget "sesaat setelah dia duduk di kursi samping kemudi
Raka hanya menoleh sekilas dan melajukan mobilnya.
Sepanjang perjalanan tak ada percakapan sekedar menanyakan kabar hanya suara celoteh dari penyiar radio
saat mobil memasuki gerbang perumahan dahi Evelin berkerut
" Mas ini kita mau kemana? "
"ke rumah tante mu sesuai pesan mama " jawab Raka masih tetap fokus kedepan
"Eve gak mau kerumah tante mas, Eve kan udah bilang mau nginap di apartemen mas Raka sampe Eve dapat kos kosan dekat kampus mas " ujar Eve
"Apaa nginap di apartemenku jangan ngimpi kamu" ketus Raka
"Tapi kampus aku dekat dari tempat tinggal mas Raka kata tante Novi" rengek Evelin
"Cukup ya Ve " Raka menepikan mobilnya
"aku akan antar kamu ke rumah Tantemu dan aku harap kamu jangan ganggu aku lagi" tegas Raka melajukan mobilnya
Evelin hanya tertunduk menahan air mata yang hampir jatuh, dia sudah berjanji pada dirinya akan berubah tidak akan menggangu dan menggoda Raka, tapi sepertinya Raka sudah muak dengan tingkah lakunya dulu.
"baiklah mas" jawabnya pelan suaranya tertahan
tapi Raka tetap acuh tak menoleh sedikit pun, Raka sudah cukup muak dengan tingkah laku Evelin yang membuatnya ilfil dengan gadis cantik di sebelahnya..
.
.
.
Chacha mendorong pelan kursi roda papa menuju taman dekat rumah, hari libur taman selalu ramai dengan para warga yang berjalan kaki atau hanya sekedar dudu di taman.
setelah mengelilingi taman Chacha memilih beristirahat di luar taman di dekat deretan penjual sarapan..Chacha memesan bubur ayam untuk sarapannya sementara untuk papa, mama sudah siapkan di rumah
"pah, chacha sarapan dulu ya laper" menunduk menghadap ke papa, hanya di balas anggukan oleh papa
papa tersenyum memandang Chacha putri yang tak dia inginkan, putri yang selalu menerima kekesalan olehnya "maafin papa cha " ujar papa
dalam hati.
lamunan papa ke Chacha tersadar saat Satya melambaikan tangannya ke arah papa
" pak Roni sama siapa? "
"Ch..a...ch.a" jawab papa terbata
Satya memutar badanya memandangi sekeliling mencari keberadaan Caca, papa menunjuk ke arah penjual bubur ayam.
"oh saya boleh gabung kan?" tanya Satya yang di balas anggukan oleh pak Roni.
Pak Roni merasa nyaman saat berada bersama Satya ada Rasa yang sulit pak Roni ungkapkan jika bersam Satya ikatan batin antara anak dan bapak memang tak bisa putus.
Sama halnya dengan Satya selalu merasa nyaman dan terlindungi jika dekat dengan pak Roni meski kenyataanya pak Roni juga tidak bisa melindungi dirinya sendiri.
" Papa maaf ya ngantri Chacha udah bungkus kita pulang makan di rumah ya " Chacha tak memperhatikan Satya yang berdiri di samping papa, meski beberapa kali ketemu tapi pagi ini Satya berbeda memakai setelan olahraga
Papa menoleh ke arah Satya tangannya menunjuk ke tempat Satya yang berdiri di samping papa
"Masya Allah dokter Satya maaf saya gak ngenalin kirain siapa" celoteh Cha cha
" Kamu apa kabar Cha? " Satya tersenyum bertanya kembali.
"Baik dok, loh kok dokter pagi sudah sampai sini rumah dokter dekat sini?" tanya nya heran
"kalo di luar rumah sakit panggil saja Satya dokter formal banget cha malu di lihatin dan di dengar orang" setengah berbisik Satya tertawa
" Hmm baiklah Mas Satya " Chacha membalas tawa Satya
papa hanya tersenyum melihat perdebatan Chacha dan Satya
" Mas Satya masih mau lanjut olahraga ? kami ijin pulang ya " Pamit Chacha berjalan ke belakang kursi roda papa
"Aku ikut kalian pulang aja sekalian mau ada perlu dengan Rio. Satya dengan cepat mengambil alih kursi roda papa dan mendorongnya.
Chacha masih tertegun dan saat sadar segera berjalan mengikuti Satya dari belakang
papa tersenyum saat kursi rodanya di dorong Satya ada rasa bahagia di hatinya, papa yang mengangap Satya orang lain merasakan nyaman berdekatan denganya.
sesampainya di halaman rumah Rio yang tengah berjemur dengan putri kecilnya menyambut Satya dengan keheranan
" Bro ngapain pagi-pagi udah di sini " sapa Rio
"kebetulan tadi jogging di taman deket sini " Satya mendorong Papa sampai pintu dan di sambut mama
"Eh dokter Satya mari masuk sarapan dulu" ajak mama sambil mengambil alih kursi roda papa dari Satya
"ayo mas Satya sarapan dulu, mas Rio dan haii mbul onty masuk dulu ya mau bersih-bersih " Ujar Chacha sambil melambaikan tangan ke arah keponakannya..
sesaat setelah Chacha masuk "lu sengaja ya ke sini mau ketemu Chacha ?" goda Rio
"enggak bro gue tadi lari ketemu pak Roni eh ternyata dia sama Chacha " jawab Satya
" kemarin kata lu Chacha pulang sama pacarnya mana sekarang" tanya Satya matanya tertuju kedalam rumah mencari seseorang
" udah pulang bro lagian gak mungkin juga kan nginap di sini?" Rio memukul bahu Satya pelan.
"kirain bro " ujar Satya..
Satya masih berharap bisa mendapatkan hati Chacha.apalagi kesempatan nya terbuka Chacha sudah satu kota dengannya dan jauh dari kekasihnya meskinpun kesannya jahat tapi Satya merasa perlu selalu ada bersama Chacha dan melindunginya..
**🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Ya iyalah ada rasa ingin melindungi chacha itu adekmu Satya..
kapan Satya tau kalo chacha adeknya ?
Sabar ya.ceritanya di buat slow bakalan ada konflik kecil di drama hubungan Chacha dan Raka**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ambar Trias Trias
aku juga santai kok bacanya thor.. biar gak cepet habis..😅😅
2021-06-12
1