Bandung
Hari Minggu merupakan hari libur buat Tiara.Cafe memang buka dari Senin sampai hari Minggu, tapi setiap karyawan akan dapat 1 hari sebagai hari libur atau off day. Untungnya Tiara mendapat hari liburnya setiap hari Minggu , sehingga, dia bisa mempunyai waktu luang untuk menemani anak-anaknya. Akan tetapi, hari Minggu ini, sepertinya Tiara harus rela untuk tidak menemani si kembar karena hari ini dirinya ada janji untuk bertemu dengan Sinta, karena ada sesuatu yang penting, yang harus dibicarakan.
"Hai, Sin, udah lama? tanya Tiara sambil mendaratkan tubuhnya duduk di kursi persis di depan Sinta.
"Belum terlalu lama sih Ra, paling 10 menitan," jawab Sinta. "Kamu mau minum apa Ra?"imbuhnya.
"Samain aja deh sama punya Kamu Sin,"
"Ok deh," ucap Sinta. Kemudia dia memanggil pelayan dan memesan minum yang sama dengannya.
"Ra, yang di restoran kemarin, itu Dimas yang pernah kamu ceritain ke aku ya?" Tanya Sinta, karena dia masih penasaran ada hubungan apa antara sahabatnya dengan pemuda bernama Dimas itu.
"Emm, iya Sin, tapi dia bukan siapa-siapaku kok, dia murni hanya sebagai atasanku saja.Jadi kamu tidak usah berpikiran yang macam-macam!" sahut Tiara cepat sebelum Sinta bertanya lebih.
"Hahaha, takut banget sih kamu,Seandainya kalian berdua punya hubungan pun, aku turut bahagia Ra, itu tandanya kamu udah move on dari bajingan itu.Dan kayanya dia orangnya tulus Ra," ujar Sinta, berharap temannya udah beneran bisa melupakan laki-laki yang sudah memberikannya penderitaan dulu.
Tiara, menghela nafasnya dengan sekali hentakan.
"Tapi kami benar-benar nggak ada apa -apa Sin," tegas Tiara.
"Tapi sepertinya dia itu suka sama kamu Ra, aku bisa lihat, kalau dia tidak senang saat aku hadir di antara kalian berdua. Aku juga dapat melihat ada kekecewaan di matanya, waktu kamu mengatakan, kalau kemarin kalian berdua bukan lagi kencan,"
"Aku pun udah mulai menyadarinya Sin, mulai dari perhatian dan cara dia memperlakukan aku, aku sudah paham Sin.Tapi, jujur, aku gak punya perasaan apa- apa ke dia," ucap Tiara lirih.
"kenapa? apa karena kamu belum bisa melupakan Bimo?" tanya Sinta to the point.
"Bukan Sin!" sangkal, Tiara seraya mengalihkan tatapannya ke tempat lain, tidak berani menatap Sinta.
Sinta berdecak,menghela nafasnya dengan sekali hentakan
" Tiara ... Tiara, kamu gak usah bohong Ra! dari matamu aku sudah bisa melihat, kalau kamu masih sayang sama dia.Mulutmu bisa saja mengatakan benci, tapi, hatimu tidak!" ucapan Sinta langsung menohok dan tidak terbantahkan.
"Sin, bisa nggak kita nggak usah membicarakan hal itu lagi? kamu bilang kalau kamu mau ngomongin sesuatu, jadi lebih baik kita fokus sama apa yang ingin kamu bicarakan daripada ngomongin masa lalu," pungkas, Tiara berusaha mengalihkan pembicaraan.
" Haish, kamu selalu aja begitu, menghindar kalau aku sedang membicarakan si berengsek itu," bibir Sinta terlihat sudah mengerucut lancip ke depan.
"Aku cuma nggak mau melanjutkan pembicaraan yang tidak ada faedahnya sama sekali, Sin. Aku rasa kamu sudah tau apa alasanku tidak mau membuka hati untuk saat ini. Jadi, tolong jangan memaksaku Sin! ucap Tiara lirih.
"Ya udah maaf deh Ra, gak lagi-lagi deh, janji!" Sinta nyengir, sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.
Tiara pun tertawa melihat ekspresi Sinta sambil menggeleng-geleng kan kepalanya.
"Ra, sebenarnya aku mau nawarin kamu sesuatu. Aku harap kamu tidak menolak kali ini," ucap Sinta merasa sedikit was-was takut ditolak seperti yang sudah-sudah dengan alasan tidak mau terlalu tergantung kepadanya.
"Mau nawarin apa Sin?"
" Begini Ra, cabang restoranku yang baru di Jakarta sudah akan diresmikan minggu depan. Jadi ,aku mau kamu yang mengelolanya, kamu mau kan Ra? please Ra, mohon Sinta dengan raut muka yang memelas.
"Tapi, Sin aku kurang yakin, kalau aku bisa mengelolanya,soalnya aku tidak punya pengalaman. Kamu kan tahu sendiri kalau aku hanya seorang pelayan. Coba kamu cari aja yang lain,"
"Tapi aku percaya kamu bisa Ra, jangan langsung pesimis dulu sebelum kamu melakukannya.Kamu tenang aja, aku akan mendampingi kamu untuk sementara waktu,sampai kamu bisa." tutur Sinta. "Aku gak bisa Ra buat mengelola keduanya. Masalah pendapatan kita bisa bagi dua.Kamu gak mau kan jadi pelayan seumur hidup mu? nanti kalau kamu sudah cukup uang, kamu bisa buka restoran milik mu sendiri,seperti cita-cita mu dulu." ucap Sinta, panjang lebar berusaha meyakinkan
Tiara bergeming dengan mimik wajah yang tampak seperti tengah berpikir. Setelah itu dia pun menghela nafasnya dengan sekali hentakan dan kembali menatap ke arah Sinta.
"Hmm, Kalau begitu aku mau deh Sin. Bukan karena aku tergiur dengan penghasilannya, tapi aku lebih memikirkan si kembar. Mungkin dengan pindah dari sini, Si kembar akan mempunyai lingkup sosial, yang lebih bisa menerima mereka Sin. Dimana tidak ada orang yang mengenalku dan tidak ada yang tahu masa laluku." wajah Tiara mendadak berubah sendu
"Lho, memang selama ini apa yang terjadi dengan si kembar ?" Sinta menautkan kedua alisnya, penasaran dengan maksud ucapan Tiara.
"Mereka ternyata selama ini, selalu dibully teman-temannya Sin. Mereka selalu diteriaki Anak Haram. Aku bingung dari mana anak-anak sekecil mereka tahu ngomong begitu.Tapi anehnya Aarash dan Aariz tidak pernah memberitahukan masalah yang mereka dibully ke aku Sin. Aku baru tau dari ibu kemarin. Mereka selama ini berpura-pura ceria di depan ku,seakan-akan semuanya baik-baik saja.Ternyata selama ini, mereka berdua tertekan batin Sin. Aku takut kalau begini, lama-lama phisikologis anak- anakku akan terganggu," ucap Tiara, dengan air mata yang sudah berhasil lolos keluar dari mata, dan membasahi pipinya.
"Aku yakin ini pasti ajaran dan hasutan dari orang tua mereka Ra. Nggak mungkin anak - anak seusia mereka tahu ngomong begituan. Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan Ra, mereka harus ditegur. Apalagi mereka bicara begitu di dalam lingkungan sekolah!" ujar Sinta, geram.
" Udahlah Sin, nggak usah dibahas lagi, karena bakal nggak akan ada gunanya.Mereka tidak akan pernah mau disalahkan Sin? itulah resikonya punya tetangga yang Indigo semua," ucap Tiara, yang terasa ambigu di pendengaran Sinta.
"Indigo? maksudnya?" tanya Sinta dengan raut wajah yang kebingungan.
"Hahaha indigo Sin, masa kamu gak ngerti sih?, indigo kan orang yang tahu segalanya sebelum diberitahu.Jadi tetanggaku udah tau duluan semua tentang aku padahal aku belum pernah cerita."
"Hahaha, itu mah bukan Indigo yang sebenarnya.kamu lagi nyindir tetangga tukang gosip kan, yang udah tau duluan sebelum yang bersangkutan cerita? bisa aja kamu Ra,"ucap Sinta sambil tertawa.
"Jadi kapan aku harus berangkat Sin?" tanya Tiara setelah tawa mereka reda.
Hari Rabu ini kita berangkat sama- sama. Jadi kamu siap-siap aja ya Ra.Kamu di sana udah aku siapin rumah untuk kalian tinggali nantinya." Sinta menyunggingkan senyumnya.
"Ok, terima kasih banyak ya Sin! entah kenapa, setiap aku kesusahan, kamu yang selalu hadir sebagai penyelamatku," ucap Tiara tulus. Untuk sejenak Tiara diam seperti sedang memikirkan sesuatu. "Aku sebenarnya agak berat hati ke sana, karena Bimo ada di Jakarta juga.Tapi, sekarang aku tidak perduli lagi, yang penting sekarang adalah memperbaiki mental ke dua anakku. Aku mau mereka mempunyai teman dan bisa menikmati masa kecil mereka. sambung Tiara.
"Oh ya Sin,besok aku akan bekerja untuk terakhir kalinya, sekalian buat surat resign. Tapi berhubung setiap hari Senin mba Karin libur, dan ka Dimas lagi di Jakarta, aku akan menyerahkan surat resignnya hari Selasa saja,
kamu temani aku ya Sin?" Tiara terlihat semangat,merasa telah menemukan sedikit cahaya,untuk meniti masa depan yang cerah.
To be continue
jangan lupa untu tetap mendukung Author receh ini.like vote dan komen.
thank you and love you all🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Reni Queen💋
gak enak baca ny bentar saya bentar aku
2021-08-13
1
Yeni Eka
Indigo?? 🤣🤣
2021-07-14
0
fanthaliyya
semangat Ra .....semoga ditempat yg baru lbh baik lg 💪💪💪
2021-04-30
0