Menikah Karena Hutang
Seorang lelaki tampan yang mempunyai tatapan setajam elang dan rahangnya yang keras.
Melihat pantulan dirinya sendiri, di sebuah meja kaca. Kerutan halus di dahinya menunjukkan bahwa ada banyak masalah yang ada didalam hidupnya.
Matanya terpejam seolah mencari ide, bagaimana agar bisa keluar dari sebuah permasalahan yang ada didalam kehidupannya ini.
Matanya perlahan terbuka saat mendengar suara dering teleponnya.
"Halo!."
"Iya, Mah ada apa." jawab pria itu.
"Ke rumah sakit sekarang." terdengar suara seseorang wanita yang ada didalam telepon.
"Emang siapa yang sakit, Mah." pertanyaan yang keluar dari mulutnya, menunjukkan rasa khawatir yang mendalam.
"Sudah lah, cepat kesini sekarang kamu Dit." itu sebuah perintah yang tak bisa di acuhkan.
tutt.... tutt....tutt.....
Panggilan terputus sepihak. Helaian napas panjang yang dilakukan lelaki tampan dan berambut hitam itu adalah Aditya Jackson.
Adit keluar dari ruangan kerjanya. Dengan terburu-buru. Sesampainya diluar ruangannya. Adit bertemu dengan asisten pribadinya, yang bernama Ayan Jek.
"Ada apa Tuan? Apa ada masalah?." pertanyaan asisten Ayan. Membuat Adit membalikan badannya.
"Jangan banyak tanya kamu Yan, antar kan saya ke rumah sakit sekarang juga." perintah Adit yang harus dilakukan oleh asisten Ayan.
"Baik, Tuan." jawab singkat asisten Ayan. Karena dia tahu Tuan mudanya, tak suka orang yang banyak bicara.
Setelah hampir lima belas menit perjalanan.
Adit sampai di rumah sakit, ia berjalan melewati koridor rumah sakit.
Adit bertemu dengan Mamahnya tanpa basa-basi Aditya menghampiri Mamahnya, yang tampak ada raut kekhawatiran di wajah cantik wanita paru bayah itu.
"Mah." panggil Adit ke Mamahnya.
"Dit, lama banget sih kamu"
"Mah, itu enggak penting, yang penting sekarang adalah siapa yang sakit Mah." tanya Adit yang tak menjawab satupun pertanyaan sang Mamah.
"Aldi, kamu itu gimana sih Dit, jadi Daddy kok enggak becus." jawaban sekaligus ejekan, sang Mamah.
"Mamah enggak tahu lagi Dit, harus bagaimana, enggak selamanya Mamah akan di sampingmu terus, Mamah sudah tua, makanya kamu cepat cari pen." belum selesai bicaranya sudah dipotong sang anak.
"Sudah cukup Mah! Adit bosan kalo Mamah selalu nyuruh Adit cari pendamping, yang terpenting sekarang kesehatan Aldi." jawab Adit sambil berjalan keruangan Aldi. Dan meninggalkan sang Mamah sendirian.
3hari telah berlalu, Aldi dirawat di rumah sakit. Besok Aditya akan ke kantornya. Untuk beraktivitas lagi seperti hari biasanya. Siang hari ini di habiskan Adit menemani sang anak nonton TV di kamarnya bersama Aldi.
"Al kamu itu jaga kesehatan mu ya.
Dad kan harus kerja buat Al, jadi jangan skit mulu lah Al. kalau Al sakit kan semua kerjaan Dad, jadi terbengkalai." ucap Adit kepada sang anak.
"Iya... Dad, Al anji atan jada kecehatan." jawab Aldi dengan suara khas anak berumur dua tahun.
" Ya sudah, sekarang Al makan siang ya." ajak Adit kepada Akdi agar cepat sembuh.
Al hanya menjawabnya dengan anggukkan kepala.
Jam telah menunjukkan pukul 08:00 malam.
Semua penghuni rumah itu ada di ruang keluarga.
"Adit, kapan kamu akan nikah." pertanyaan to the poin itu datang dari sang Papah.
"Nanti kalo udah bertemu jodohnya." jawab Adit dingin.
"Baiklah Dit, umur kamu satu bulan lagi akan mengajak umur ke 29 tahun. Jika kamu belum menemukan calon istri, mau tidak mau kamu harus menikah dengan pilihan Mamah." kata sang Mamah membuat Adit sedikit sok. Namun dengan cepat dia mengembalikan ekspresi mukanya ke semula.
"Serah Mamah, ayo Al kita tidur udah malam nanti sakit lagi kamu lo."jawab Adit, kepada sang Mamah dan ajaknya pada anaknya untuk tidur ke kamar dan berjalan sambil menggendong Aldi.
Pagi hari yang cerah ini akan di lewati banyak orang untuk bekerja. Sama halnya dengan Aditia Jackson. Yang sudah ada didalam kursi penumpang untuk jalan menuju kantornya.
" Bacakan agenda hari ini." Perintah Adit pada sang asisten pribadinya.
"Jam 09:00 ada pertemuan dengan Tuan Rendy di Brew cafe, dilanjutkan jam 01:30 kunjungan ke kantor Tuan Wiratama, Tuan." jawab Ayan.
"Yan." panggil Adit pada asisten.
"Iya, Tuan." jawab asisten Ayan.
" Enggak jadi." kata Adit.
Setelah tiba di kantor, Adit langsung ke ruang kerjanya.
Untuk mengecek berkas-berkas yang sudah ada di meja. Terdengar ketukan pintu, saat dirinya sedang fokus mengecek beberapa laporan keuangan bulan ini.
Tok.... Tok... Tok
"Masuk" perintah Adit, pada orang yang ada di luar ruangannya itu. Munculah wanita cantik yang berjalan berlenggak-lenggok bak model itu adalah sang sekretaris Dinda.
"Permisi Tuan, saya ingin menyerahkan berkas-berkas, yang perlu anda tanda tangani." ucap Dinda pada atasannya.
" Baik, taruh saja di situ."jawab Adit sambil menunjuk ke meja.
"Baik, Tuan." setelah menaruh berkas-berkas di atas meja, Dinda pun pamit.
"Permisi Tuan" ucap Dinda, sambil membungkukkan badannya. Dinda berharap bisa dekat dengan sang atasannya.
Dia mencuri pandang kepada atasannya. Sebelum akhirnya
menutup pintu ruangan Adit. Dinda tersenyum menyeringai dan bergumam dalam hatinya.
aku akan berusaha untuk mendapatkan mu Tuan.
Setelah beberapa menit pintu ada yang mengetuknya lagi. Membuat Adit teralihkan fokusnya yang semula ke berkas-berkas sekarang menatap pintu.
"Masuk." perintah Adit .
"Tuan sudah waktunya bertemu Tuan Rendy, di Brew cafe ." ucap asisten pribadinya.
" Baiklah." jawab Adit sambil bangun dari duduknya.
Setelah menempuh waktu lumayan jauh, akhirnya perjalanan sampai di Brew cafe .
"Selamat pagi Tuan Aditya Jackson." sapa sang rekan bisnisnya.
"Hemmm pagi juga Tuan Rendy." jawaban singkat itu mengisyaratkan bahwa Adit tak mau basa-basi.
" Baiklah Tuan, silakan duduk." ajak Rendy pada Tuan Adit.
"Ada apa Tuan Rendy, meminta saya bertemu di sini." Tanya Adit dengan ekspresi datarnya.
Rendy yang ditanya dengan ekspresi datar, hanya menelan ludahnya sediri dengan susah payah.
"Be- begini Tuan, apakah anda bisa memberi suntikan dana di perusahaan saya, Tuan." tanya Rendy sambil terbata-bata.
"Baiklah, saya akan menanam saham di perusahaan anda." jawab Adit tanpa pikir panjang.
Membuat sang asisten terkejut mendengar jawaban atasannya itu. Tak biasanya sang atasan langsung menerima keinginan rekan bisnisnya itu tanpa pikir panjang.
"Saya akan menanam saham 25% di perusahan anda, tapi dengan syarat saya akan mendapatkan keuntungan 30% gimana apa anda setuju." tanya Adit pada sang rekan bisnis.
Tanpa berpikir panjang Rendy pun menyetujuinya.
"Tetapi jika harga saham anda menurun, dan tidak bisa mengembalikan saham yang saya tanam dalam waktu sebulan. Maka anda harus memberikan cafe ini pada saya." ucap Adit kembali.
"Ba-baik Tuan." Rendy menjawab dengan terbata-bata, dirinya takut jika perusahaannya tidak bisa mengembalikan saham yang ditanam Adit.
"Baiklah, saya permisi Tuan Rendy." pamit Adit sambil berjabat tangan.
Sesampainya di parkiran mobil. Adit dan asisten Ayan, langsung masuk ke dalam mobil.
Dengan asisten Ayan yang mengemudikan mobilnya. Dan Adit duduk di kursi penumpang.
"Kita ke kantor dahulu." perintah sang atasan pada bawahannya itu. Setelah sampai kantor.
Adit Kembali ke ruangannya untuk istirahat sejenak dan makan siang.Karena jam sudah menunjukkan 12:30 siang Belum juga makan siang, asisten pribadinya masuk ke ruang kerjanya, setelah mengetuk pintu.
"Ada apa Yan." tanya Adit kepada asisten Ayan.
"Saya hanya ingin menyampaikan kalo nanti, jam 13.30 siang kunjungan ke kantor Tuan Wiratama, untuk menagih utang tiga bulan yang lalu Tuan." jelas asisten Ayan.
" Oh iya ... Hampir saja lupa, dengan perjanjian tiga bulan lalu, kalo ini tanggal akhir untuk melunasi utangnya." sahut Adit.
Seusai makan Adit langsung mengajak sang asisten untuk pergi ke kantor Tuan Wiratama. Yang tak terlalu jauh dari Kantornya. Setelah beberapa menit perjalanan, sampailah Adit di kantor Tuan Wiratama. Dan Adit pun langsung ke ruangan Tuan Wiratama.Tanpa basa-basi asisten Ayan pun langsung mengetuk pintu ruangan Tuan Wiratama tersebut.
"Selamat siang Tuan Aditya Jackson." sapa Tuan Wiratama yang sudah tahu kalo yang mengetuk pintu adalah Ayan.
"Hmmm." jawab Adit datar. Dan duduk di sofa, sebelum dipersilakan si pemilik ruangan ini. Sambil menyilang kan kaki kirinya ke atas kaki kanannya.
" Apa anda tahu, mengapa Tuan saya kemari Tuan Wiratama?." tanya Ayan.
"Tentu saja Tuan Ayan, te-tetapi bisakah beri waktu saya satu minggu lagi." Jawab Tuan Wiratama.Dengan terbata-bata dan meminta Waktu untuk membayar utangnya.
"Saya sudah mengasih anda waktu tiga bulan, tetapi mengapa anda tidak menepati janji anda Tuan Wiratama." ucap Adit sambil menekankan nama Tuan Wiratama.
"Ma-maaf Tuan, bukan maksud saya mengingkari janji saya. Tetapi kantor saya aja belum stabil setelah penurunan saham bulan lalu, jadi saya mohon Tuan beri waktu untuk membayar pinjaman tersebut." jelas Tuan Wiratama.
Dengan berat Adit membuang napas.
Mata Aditya tertuju pada pigura foto kecil, yang ada di atas meja Tuan Wiratama.
Dengan senyuman menyeringai, Adit berjalan mendekati foto yang ada sosok wanita cantik di dalam pigura itu dengan gaya tomboy.
"Apa ini anak anda Tuan Wiratama." tanya Adit pada Tuan Wiratama.
"I-iya be- benar, Tuan Adit." jawab Tuan Wiratama.
Sambil tersenyum paksa, karena dia tahu apa yang akan diucapkan Adit selanjutnya.
"Berhubung anda tidak bisa membayar utang-utang anda, saya dengan baik hati memberi keringanan untuk anda Tuan dengan cara." ucap Adi, ter jeda sejenak sambil jalan ke sofa yang diduduki tadi. Adit duduk di sofa sambil meletakkan pigura yang dibawanya dari meja kerja Tuan Wiratama.
"Nikahkan saya dengan putri anda Tuan. Atau saya akan membuat kantor anda bangkrut dalam sehari Tuan Wiratama." ucap Adit yang sempat ter jeda tadi.
"Te-tetapi Tuan say." belum usai pembicaraan yang ingin diomongin, pintu ruangan terbuka.
Dan muncullah sosok wanita cantik. Dengan memakai kaus hitam lengan pendek, dipadu padankan dengan celana jeans hitam dan jaket jeans warna demin yang ada di tangan kanannya. Tangan kirinya memainkan kunci motornya. Tak lupa senakers putih yang membuat gayanya begitu seperti anak muda masa kini.
Semua orang pada melihat kearah wanita cantik itu.
Wanita cantik itu tak tahu, jika ditatap ketiga pria yang sedang duduk di sofa. Karena wanita cantik itu membelakangi ketiga pria tersebut.
Saat berbalik wanita itu memanggil orang yang begitu dia sayangi.
"Ay." belum sempat selesai ucapannya.
Mata wanita itu tertuju pada kedua pria yang cukup asing baginya.
"Maaf." ucap wanita itu, karena dia merasa bersalah tidak mengetuk pintu dahulu, sebelum masuk ruangan Tuan Wiratama.
Wanita itu berjalan kearah Tuan Wiratama dan mencium telapak tangan Tuan Wiratama.
"Xiodi." ucap Tuan Wiratama.
"Maaf Ayah, Xiodi enggak tahu kalo ada tamu, Odi kira enggak ada tamu, maaf Tuan-tuan yang ada di sini." ucap Xiodi lagi, karena merasa bersalah karena tidak mengetuk pintu dahulu.
"Gimana Tuan Wiratama, apa anda setuju dengan tawaran yang saya berikan tadi, kebetulan anak anda, ada di sini." Ucap Adit mengacuhkan Xiodi yang meminta maaf pada dirinya dan asisten Ayan.
"Ayah... Apa maksud Tuan ini" tanya Xiodi inggin penjelasan dari sang Ayah.
"Duduk lah dahulu nak." ucap Tuan Wiratama kepada sang putri. Xiodi pun menuruti ucapan Ayahnya. Xiodi duduk di samping Ayahnya
yang bersebrangan dengan Adit.
"Begini nak, Ayah punya utang dengan Tuan Adit." ucap Tuan Wiratama berhenti sejenak sebelum dirinya melanjutkannya kembali.
"Hari ini adalah hari terakhir untuk membayar utang-utang itu. Jika tidak di bayar hari ini juga, kantor akan bangkrut dalam sehari." ucap Tuan Wiratama pada sang putri.
"Emang Ayah punya utang berapa." tanya Xiodi kepada Ayahnya.
"100." belum sempat Tuan Wiratama menyelesaikan omongannya sudah dipotong Xiodi.
"100juta."
"100M." jawab Tuan Wiratama membuat Xiodi shock.
"Apa, mengapa banyak banget Ayah.Lalu gimana bisa dapetin uang sebanyak itu." ucap Xiodi yang masih shock atas jawaban Ayahnya.
"Hanya ada satu cara nak, kamu mau bantu Ayah kan nak?." tanya Tuan Wiratama pada Xiodi.
"Apa Ayah? Xiodi siap melakukan apa saja, jika Odi bisa, akan Odi lakukan untuk Ayah." jawab Xiodi dengan senyuman.
"Menikah dengan Tuan Adit nak."
jawaban itu membuat Xiodi kaget.
"Aa-apa Ayah me-menikah apa enggak ada cara lain Yah." tanya Xiodi mungkin saja ada cara lain selain menikah batinnya.
" Tidak ada." jawab Tuan Wiratama.
"Apa enggak ada cara lain Tuan!. Mungkin saja jadi pelayan tanpa bayaran Tuan." tanya Xiodi pada Adit.
Adit dan asistennya dari tadi hanya menyimak. Pembicaraan antara anak dan Ayah itu. Sebelum Xiodi bertanya kepadanya untuk yang kedua kalinya.
"Bagaimana Tuan Adit. Apa ada cara lain?." Tanya Xiodi.
"Saya rasa anda tidak perlu menanyakan hal itu, bukankah Tuan Wiratama sudah bilang tidak ada." jawab Adit dengan menatap Xiodi dengan sorot mata yang tajam.
"Emmmm." jawab Xiodi dengan Mengigit bibir bawahnya.
Xiodi menatap ke pria paru baya itu, dengan tatapan penuh cinta. Sebelum dirinya mengatakan sesuatu hal yang berat dalam kehidupannya ini.
"Ba-baiklah Ayah, Odi akan menikah dengan Tuan Adit. Selama ini Odi hanya ngerepotin Ayah, jadi sekarang saatnya, Odi harus menjadi anak yang berbakti bagi Ayah." jawaban Xiodi membuat Tuan Wiratama, menitihkan air mata, sejujurnya Tuan Wiratama tak rela jika anaknya harus menikah karena keterpaksaan.
"Benar Odi, mau menikah sama Tuan Adit." tanya Tuan Wiratama, kepada anaknya untuk meyakinkan dirinya sendiri, bahwa sang anak mau berkorban untuknya.
"Benar Ayah." jawab Xiodi dengan anggukan kepala.
Adit yang mendengar jawaban Xiodi itupun membuatnya sedikit terkejut, karena dirinya tak menyangka anak zaman sekarang rela berkorban demi keluarganya.
"Baiklah Ayah, Xiodi pamit dahulu ya, Yah." ucap Xiodi pamit kepada sang Ayah.
Sebelum dia pamit dia mencium tangan sang Ayah.
"Mari." ucap Xiodi kepada Adit dan asisten Ayan. sambil bangun dari duduknya.
Setelah keluar dari ruangan Ayahnya. Xiodi berjalan ke tempat parkiran mobil, dan menuju ke tempat di mana dirinya memarkirkan motornya. Namun matanya tertuju ke mobil Lamborghini Aventador. Xiodi baru pertama kali melihat mobil itu. Di tempat parkiran kantor Ayahnya. Dia tahu itu mobil bukan punya orang biasa, apalagi karyawan kantor Ayahnya Kebanyakan karyawan Ayahnya memakai sepeda motor. Dia tahu itu mobil tamu Ayah Xiodi. Dan tamu yang datang ke kantor Ayahnya hari ini adalah si penagih utang.
Dan tanpa basa-basi Xiodi langsung mengempiskan ban mobil empat-empat nya sekaligus.
Rasain lo rentenir, pulang jalan kaki sono, roda mobil mewah lo udah gua kempiskan semua hahahhaha.
Xiodi pun bejalan dan menghampiri motornya. Kawasaki Ninja ZX-6R .
Xiodi pun menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
TBC.....
Hai Baby jangan lupa like comment dan vote. Senja tunggu sarannya Baby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Putri Auren
mampir thooorrr.
salam kenal 🙏
2022-02-20
0
Elyana Elyana
awal baca udh keliatan nih bakalan seru😍
2021-10-19
0
Elyana Elyana
Aku mampir nih ya thor🤗
2021-10-19
0