Takdirku Bersamamu

Takdirku Bersamamu

Episode 1 : Tempat Tinggal Baru

Roda kehidupan terus berputar. Masa dua tahun lalu, teramat jauh berbeda dengan masa sekarang. Adinda Dewi Anjani, yang dua tahun lalu kabur ke kota demi menghindari perjodohan dengan anak kepala desa, kini telah terikat janji suci dengan Mario Dana Putra.

Tepat di semester 6 masa kuliah, Anjani pindah kuliah di Jakarta. Dengan bantuan Mario proses pengurusan perpindahan kuliah begitu cepat dan lancar. Sementara Mario sendiri telah melewati masa skripsi dan lulus lebih awal karena kecerdasan otaknya.

"Besok hari pertamamu kuliah di kampus baru. Mau kuantar lihat-lihat dulu sore ini?" Mario menawari.

"Tidak perlu. Sekalian saja besok. Lagipula sore ini kan kamu harus bertemu tangan kanan ayah demi jabatan barumu di induk perusahaan." Anjani mengingatkan jadwal penting itu.

Anggukan kecil pun meluncur. Mario memang dijadwalkan bertemu tangan kanan John, sang ayah. Mario diberi amanah untuk menjadi wakil direktur di induk perusahaan milik sang ayah. Selama setahun penuh Mario akan menduduki jabatan itu, sebelum akhirnya nanti akan menduduki jabatan direktur utama.

"Apa kamu mengkhawatirkannya?" Anjani meraih tangan Mario dan meletakkan di perut datarnya.

"Iya, Sayang. Tapi aku percaya, bersamamu calon buah hati kita akan selalu terjaga. Jangan terlalu lelah, ya!" nasihat Mario sambil mengusap-usap perut datar Anjani.

"Insya Allah. Sayangku yang semangat ya kerjanya. Aku percaya kamu bisa." Anjani membesarkan hati Mario.

Mario begitu mencintai Anjani. Apalagi, kini ada calon buah hati mereka. Meski usianya baru enam minggu masa kehamilan, tapi sudah menjadi hal yang membahagiakan.

Mario-Anjani tinggal berdua, ditemani oleh dua asisten rumah tangga dan seorang sopir di rumah baru mereka. Sengaja Mario memilih tempat tinggal di area perkampungan biasa, agar Anjani bisa lebih berinteraksi dengan para tetangga. Tidak ada pula security ataupun bodyguard seperti di rumah lama mereka. Meski tinggal di area perkampungan biasa, tapi rumah Mario-Anjani tetaplah paling megah dan besar dibanding rumah-rumah di sekitarnya.

Ayah-ibu mertua Anjani, yakni orangtua Mario tidak ikut tinggal di Jakarta. Orang tua Mario, John dan Mommy Monika memilih tinggal di luar negeri dengan kepemilikan saham baru di salah satu perusahaan besar di Jerman. Untuk induk perusahaan di Jakarta, saham telah sepenuhnya diwariskan kepada Mario.

"Alenna sama Mas Rangga apa jadi mampir ke sini?" Anjani bertanya perihal kedatangan adik Mario beserta suaminya.

"Sepertinya tidak jadi hari ini. Alenna baru saja mengambil alih jabatan di cabang induk perusahaan. Sedangkan Rangga, pasti sedang sibuk di ruko barunya. Biarkan saja mereka berdua seperti itu. Untung ayah punya ide memindahtugaskan Alenna di kantor cabang. Jadi Alenna bisa sering-sering mengunjungi Rangga di rukonya. Alenna benar-benar takut jika Rangga selingkuh," jelas Mario diiringi tawa ringan.

Anjani ikut-ikutan tertawa mengingat kekonyolan kisah asmara Alenna dan Rangga.

"Jarak kantor Alenna dan ruko Mas Rangga berdekatan, ya? Kalau dari kantormu?" Anjani ingin tahu.

"Kantor Alenna dan ruko dekat, kok. Kalau kantorku jauh dari tempat mereka. Rumah kita ini juga lumayan jauh jaraknya. Tapi kalau kamu ingin ketemu mereka, maka aku dengan senang hati akan mengantarmu, Sayang." Mario penuh cinta.

"Kapan-kapan kita ke sana, ya. Sekarang, kamu istirahat dulu saja. Aku mau bantu Mbok Darmi sama Mbak Lastri menyiapkan makan siang dulu."

Baru saja Anjani mau beranjak, Mario lebih dulu mencegahnya.

"Mending kamu juga istirahat. Anak kita minta rebahan, tuh! Ayo!" ajak Mario.

"Eeeem. Mulai modus, deh. Pasti ayahnya nih yang minta dimanja!" Anjani mencubit gemas perut Mario.

Tawa ringan kembali mengiringi. Mario pun membiarkan Anjani membantu dua asisten rumah tangga mereka menyiapkan makan siang. Sementara Mario sendiri memilih menuju teras untuk menemui Pak Gun, sopir di rumah itu.

"Pak Gun, lagi apa nih?" Mario basa-basi. Mengingat baru kemarin dia resmi pindah di rumah itu. Itung-itung mengakrabkan diri.

"Ini habis telepon anak istri. Mereka senang sekali saya dapat pekerjaan di Jakarta. Terima kasih banyak, tuan dan nona sudah memberi saya pekerjaan ini." Pak Gun penuh syukur.

"Sama-sama, Pak. Ikut senang dengarnya." Mario melihat gurat senyum bahagia di wajah Pak Gun.

"Tugas Pak Gun mulai besok mengantar istri saya kemana pun dia pergi. Terutama saat ke kampus. Istri saya sedang hamil muda, Pak." Mario memberi tahu.

"Masya Allah. Bakal ada Tuan Muda kecil nih di rumah ini. Insya Allah, saya siap menjalankan tugas dengan baik."

Perlahan, Mario mulai mengenal orang-orang baru di sekitarnya. Begitu pula dengan Anjani yang akan segera pula mengenal lingkungan kampus barunya.

***

Pagi menjelang. Mendekati pukul setengah tujuh, Anjani membantu Mario bersiap.

"Suamiku tampan betul. Benar-benar mirip pekerja kantoran," puji Anjani sambil melingkarkan dasi di kra kemeja Mario.

"Kamu ini, ya." Mario mencubit gemas hidung Anjani. "Suamimu ini memang pekerja kantoran. Pebisnis. Wakil direktur." Mario mulai membanggakan dirinya agar lebih dipuji oleh sang istri.

"Iya-iya. Nah, selesai. Sayangku jaga hati juga ya di kantor. Pasti karyawan di sana cantik-cantik. Pakaiannya .... Heem, pasti aduhai." Anjani malah membayangkan yang tidak-tidak.

"Terserah mau seperti apa penampilan mereka. Yang jelas, saat ini kamulah istriku. Calon ibu dari anak-anakku. Tetap yang paling cantik untukku."

"Gombal! Udah, ah. Ayo sarapan!" Anjani menggandeng tangan Mario menuju meja makan.

Sarapan pagi dilewati dengan saling memberi semangat. Mario akan mulai bekerja di kantor barunya, sedangkan Anjani akan mulai kuliah di kampus barunya.

Mendekati pukul tujuh, Mario pamit berangkat lebih dulu. Rentetan pesan untuk Anjani tak lupa pula tersuguh.

"Aku akan pulang pukul empat sore. Kamu jaga diri baik-baik, ya. Cari teman baru yang baik seperti Meli sahabatmu. Pilih-pilih teman tidak apa-apa. Pilih yang baik saja, agar pergaulanmu juga ikut baik," nasihat Mario.

"Insya Allah aku akan menemukan yang seperti Meli," sahut Anjani.

"Jangan sampai telat makan siang ya, Sayang. Minum susu ibu hamilnya juga. Sudah aku belikan satu paket. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku. Satu lagi. Kamu ini cantik, jadi jaga hati untukku." Mario mendadak jadi over protektif.

"Iya-iya-iya. Akan kuingat semuanya. Sekarang kamu berangkat, ya. Hari pertama jangan sampai terlambat," saran Anjani.

Mario memeluk Anjani penuh cinta. Satu kecupan di kening pun tak lupa.

"Assalamu'alaikum, istriku."

"Wa'alaikumsalam."

Mario berangkat dengan mengemudikan mobilnya sendiri. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai di kantornya.

"Pak Gun, saya siap-siap dulu, ya. Tolong antar saya ke kampus jam setengah delapan," pinta Anjani.

"Siap laksanakan, Non!"

***

Hari pertama yang sungguh di luar dugaan. Rupanya Anjani salah membaca jadwal. Seharusnya ada jadwal mata kuliah pukul tujuh pagi tadi. Sekarang sudah hampir pukul delapan dan Anjani baru sampai di kampusnya.

"Pak, nanti tolong jemput saya pukul sebelas siang, ya. Tapi nanti saya hubungi lagi, takutnya ada perubahan. Stop-stop, Pak. Saya turun di sini saja!" pinta Anjani.

"Loh, Non. Ini masih di pintu gerbang jurusan ekonomi. Sekalian saja saya antar sampai depan gedung. Nanggung, Non," terang Pak Gun.

Sebenarnya Anjani kurang biasa diantar mobil mewah menuju kampus. Di kampusnya yang dulu Anjani malah sering dibonceng Meli sahabatnya, naik motor sendiri atau bahkan naik bentor.

"Tidak apa-apa, Pak. Sekalian saya kenalan sama jalan kampusnya. Sudah ya, Pak. Assalamu'alaikum." Anjani buru-buru turun dari mobil.

"Wa'alaikumsalam. Eh, tasnya, Non!" seru Pak Gun.

"Astaghfirullah. Udah telat, tas pakek acara hampir ketinggalan pula. Makasih, Pak Gun."

Kali ini Anjani memastikan tidak ada barangnya yang tertinggal lagi. Begitu mobil Pak Gun pergi, Anjani mulai melangkah memasuki area jurusan ekonomi. Anjani sedikit kebingungan juga karena belum mengenal bagian dalamnya.

Terlambat. Tas hampir tertinggal. Bingung karena tidak mengenal area kampus. Lalu, apa lagi setelah ini?

"Aw!" Anjani memekik tertahan. "Astaghfirullah!" imbuhnya.

Satu mobil yang kebetulan lewat, ban mobilnya mencipratkan genangan air kotor. Bagian bawah gamis Anjani jadi korbannya. Mobil itu berhenti. Kaca mobil yang diturunkan langsung memperlihatkan wajah tampan yang terbalut kaca mata hitam.

"Gue nggak akan minta maaf. Salah lu sendiri jalannya terlalu minggir. Trotoar tuh di sana!" seru pengendara, dan langsung tancap gas lagi.

Anjani tak mampu menanggapi. Sebagian ucapan si pemilik mobil benar. Anjani salah.

"Biar sudah. Aku ikut kelas berikutnya saja."

Anjani pasrah. Dia tak lagi mengejar kelas mata kuliah yang pukul tujuh. Toilet menjadi lebih penting kali ini untuk membersihkan gamisnya. Namun, baru saja Anjani mau beranjak pergi, tetiba saja ada yang menyapanya.

"Permisi, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang laki-laki, dan di sebelahnya ada seorang wanita berambut sebahu.

Anjani langsung menoleh, tapi tidak langsung menanggapi pertanyaannya.

"Mbak mahasiswi baru? Kok sepertinya bingung gitu?" tebak si lelaki.

"Iya. Saya baru pindah ke kampus ini. Dan ... saya bingung mencari gedung tempat kuliahnya di mana," aku Anjani.

"Mbak ini yang pindahan dari Jember itukah?" Si wanita yang kali ini bertanya.

"Benar. Saya pindahan dari Jember. Kok mbak ini bisa tau?" selidik Anjani.

"Kenalkan. Namaku Isabel. Kita ada di semester yang sama, dan jadwal kuliahnya juga pasti sama. Kebetulan juga aku ada di kepengurusan BEM. Jadi sedikit tau tentang mahasiswi pindahan."

Secercah cahaya seketika menyorotkan titik terang. Anjani senang akhirnya bertemu orang yang bisa diajak berteman.

"Alhamdulillaah. Namaku Anjani. Salam kenal." Anjani menjabat tangan Isabel.

"Syukur deh kalau begitu. Oya, kenalkan juga. Namaku Bastian, kakaknya Isabel. Kalau aku ada di semester akhir."

"Jurusan ekonomi juga?" tanya Anjani.

"Bukan. Aku ambil jurusan hubungan internasional. Kebetulan gedungnya sebelahan sama gedung jurusan ekonomi. Tuh! Bel, berteman yang baik sama Anjani, ya. Anak baru tuh!" nasihat Bastian pada sang adik.

"Iya, bawel. Bakal kujagain. Ntar kau pacarin juga Anjani. Yuk! Kita tinggalin aja kakakku ini." Isabel menarik lengan Anjani pelan agar mengikutinya.

Anjani menurut. Dilihatnya Bastian langsung mengubah arah tujuan begitu ada seseorang yang dikenalnya menyapa.

"Em, kalau jadwal kuliah kita sama, berarti kamu telat datang kuliah juga dong yang jam 7?" tanya Anjani memastikan jadwal yang dilihatnya.

"Hehe. Emang iya. Tadi sulit cari angkot. Mau pesan ojek, eh HP lagi dijahilin sama kakakku yang bawel tadi. Yaudah deh. Telat juga!" Isabel santai-santai saja menjelaskannya.

"Boleh antar aku ke kamar mandi dulu. Mau bersihin gamisku ini," ungkap Anjani.

Isabel dengan senang hati mengantar Anjani. Lagipula ada jeda sekitar empat puluh lima menit sebelum jadwal kuliah lainnya dimulai. Isabel juga berniat mengantar Anjani berkeliling sebentar lihat-lihat area kampus jurusan ekonomi.

"Aku tunggu sini, ya. Toilet wanita yang sebelah kanan," terang Isabel.

Anjani lekas menuju arah yang diberitahukan Isabel. Baru saja Anjani mau memasuki area toilet wanita, tiba-tiba saja dari arah toilet pria keluar lelaki yang tadi mobilnya mencipratkan genangan air hingga mengotori gamisnya.

Bersambung ....

Suka? Likenya buat author, dong. Mohon dukungannya, ya. Terima kasih sudah mampir dan membaca. 💙

Terpopuler

Comments

Seuntai Kata

Seuntai Kata

Assalamualaikum, aku mampir, Kak. Awal yang menarik 😍😘.

2023-01-05

0

Dhina ♑

Dhina ♑

👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2021-08-08

0

TK

TK

like yg blm di like 👍

2021-05-10

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Tempat Tinggal Baru
2 Episode 2 : Gegara Aroma Durian
3 Episode 3 : Undangan Dadakan
4 Episode 4 : Istri Bos
5 Episode 5 : Sapaan Baru
6 Episode 6 : Kepala Botak
7 Episode 7 : Komunikasikan
8 Episode 8 : Hanya Teman
9 Episode 9 : Ajakan Berpacaran
10 Episode 10 : Ide Anjani
11 Episode 11 : Getar Terlarang
12 Episode 12 : Hadiah
13 Episode 13 : Meredam Api Cemburu
14 Episode 14 : Getar Malam-malam
15 Episode 15 : Butuh Sandaran
16 Episode 16 : Cemburu Lagi
17 Episode 17 : Memaafkan
18 Episode 18 : Memaafkan (2)
19 Episode 19 : Kejutan
20 Episode 20 : Menjadi Penolong
21 Episode 21 : Rekan Bisnis
22 Episode 22 : Godaan
23 Episode 23 : Bukan Hutang
24 Episode 24 : Ceroboh
25 Episode 25 : Ceroboh (2)
26 Episode 26 : Sensi
27 Episode 27 : Tamu
28 Episode 28 : Klontang!
29 Episode 29 : Di Kala Santap Pagi
30 Episode 30 : Mendekat
31 Episode 31 : Bukan pasangan
32 Episode 32 : Pingsan
33 Episode 33 : Kepikiran Olah Raga
34 Episode 34 : Kesalahan
35 Episode 35 : Tentang Emosi dan Pilihan Hati
36 Episode 36 : Lauk Ketiga? No!
37 Episode 37 : Membayar Hutang
38 Episode 38 : Kekhawatiran
39 Episode 39 : Modus
40 Episode 40 : Tempat Magang
41 Episode 41 : (Bukan) Minta Bantuan
42 Episode 42 : Terjebak Rasa
43 Episode 43 : Titip ala Mario
44 Episode 44 : Awal Lebih Dekat
45 Episode 45 : Dari Hati
46 Episode 46 : Hari Pertama Magang
47 Episode 47 : Manis dan Mengkhawatirkan
48 Episode 48 : Penjagaan Maksimal
49 Episode 49 : Kejutan dan Kedekatan
50 Bab 50 : Kebaikan Pura-pura
51 Bab 51 : Seolah Tak Ingin Berpisah
52 Episode 52 : Kekasih Lovey
53 Episode 53 : Rumit
54 Episode 54 : Izin Menikah Lagi
55 Episode 55 : Skandal Viral
56 Episode 56 : Membuntuti Anjani
57 Episode 57 : Bukan Orang Lain
58 Episode 58 : Tidak Sendirian
59 Episode 59 : Buntut Membuntuti
60 Episode 60 : Bukan Rahasia Lagi
61 Episode 61 : Keterlibatan Keluarga
62 Episode 62 : Maaf Kak
63 Episode 63 : Terus Mencari
64 Episode 64 : Usaha Mario
65 Episode 65 : Titik Terang
66 Episode 66 : Di Kontrakan
67 Episode 67 : Takdirku Bersamamu
68 Episode 68 : Hati untuk Menetap
69 Episode 69 : Manis
70 Episode 70 : Selesai
71 Salam Luv
72 Novel Baru
73 Salam Sapa
74 Cuplikan Novel Baru
75 Pengumuman - Dukung Karya Author
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Episode 1 : Tempat Tinggal Baru
2
Episode 2 : Gegara Aroma Durian
3
Episode 3 : Undangan Dadakan
4
Episode 4 : Istri Bos
5
Episode 5 : Sapaan Baru
6
Episode 6 : Kepala Botak
7
Episode 7 : Komunikasikan
8
Episode 8 : Hanya Teman
9
Episode 9 : Ajakan Berpacaran
10
Episode 10 : Ide Anjani
11
Episode 11 : Getar Terlarang
12
Episode 12 : Hadiah
13
Episode 13 : Meredam Api Cemburu
14
Episode 14 : Getar Malam-malam
15
Episode 15 : Butuh Sandaran
16
Episode 16 : Cemburu Lagi
17
Episode 17 : Memaafkan
18
Episode 18 : Memaafkan (2)
19
Episode 19 : Kejutan
20
Episode 20 : Menjadi Penolong
21
Episode 21 : Rekan Bisnis
22
Episode 22 : Godaan
23
Episode 23 : Bukan Hutang
24
Episode 24 : Ceroboh
25
Episode 25 : Ceroboh (2)
26
Episode 26 : Sensi
27
Episode 27 : Tamu
28
Episode 28 : Klontang!
29
Episode 29 : Di Kala Santap Pagi
30
Episode 30 : Mendekat
31
Episode 31 : Bukan pasangan
32
Episode 32 : Pingsan
33
Episode 33 : Kepikiran Olah Raga
34
Episode 34 : Kesalahan
35
Episode 35 : Tentang Emosi dan Pilihan Hati
36
Episode 36 : Lauk Ketiga? No!
37
Episode 37 : Membayar Hutang
38
Episode 38 : Kekhawatiran
39
Episode 39 : Modus
40
Episode 40 : Tempat Magang
41
Episode 41 : (Bukan) Minta Bantuan
42
Episode 42 : Terjebak Rasa
43
Episode 43 : Titip ala Mario
44
Episode 44 : Awal Lebih Dekat
45
Episode 45 : Dari Hati
46
Episode 46 : Hari Pertama Magang
47
Episode 47 : Manis dan Mengkhawatirkan
48
Episode 48 : Penjagaan Maksimal
49
Episode 49 : Kejutan dan Kedekatan
50
Bab 50 : Kebaikan Pura-pura
51
Bab 51 : Seolah Tak Ingin Berpisah
52
Episode 52 : Kekasih Lovey
53
Episode 53 : Rumit
54
Episode 54 : Izin Menikah Lagi
55
Episode 55 : Skandal Viral
56
Episode 56 : Membuntuti Anjani
57
Episode 57 : Bukan Orang Lain
58
Episode 58 : Tidak Sendirian
59
Episode 59 : Buntut Membuntuti
60
Episode 60 : Bukan Rahasia Lagi
61
Episode 61 : Keterlibatan Keluarga
62
Episode 62 : Maaf Kak
63
Episode 63 : Terus Mencari
64
Episode 64 : Usaha Mario
65
Episode 65 : Titik Terang
66
Episode 66 : Di Kontrakan
67
Episode 67 : Takdirku Bersamamu
68
Episode 68 : Hati untuk Menetap
69
Episode 69 : Manis
70
Episode 70 : Selesai
71
Salam Luv
72
Novel Baru
73
Salam Sapa
74
Cuplikan Novel Baru
75
Pengumuman - Dukung Karya Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!