Sambutan di Penginapan

Akhirnya sampai juga kami disebuah penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya via online. Tempatnya tidak terlalu besar, namun nyaman. Suasana pedesaan juga terlihat asri dengan ciri khas udara di kaki Gunung Slamet yang dingin dan berkabut. Kami menyewa sebuah rumah dengan dua kamar yang akan kami tempati. Dan juga sudah tersedia dua orang yang akan melayani segala keperluan kami selama kami menginap di tempat itu.

"Monggo, Mas, Mbak. Silahkan masuk."sapa seorang Bapak-bapak dengan taksiran usia sudah lima puluh tahun menyambut kedatangan kami berlima. Di belakangnya terlihat seorang ibu-ibu dengan perkiraan usia tak jauh berbeda dengan Bapak-bapak tadi.

"Oh iya, Pak. Terimakasih."jawab Lukman sambil menjinjing tas ransel yang ia bawa dan membantu kami perempuan membawa barang bawaan kami.

"Ini kamar untuk kalian yang laki-laki."tunjuk Bapak itu sambil memberikan sebuah kunci kamar pada Lukman. Sedangkan kami yang perempuan masih mengekor di belakangnya.

"Nah yang ini kamar untuk yang wanita."ucap lelaki setengah abad itu sambil menyerahkan kunci kamar padaku.

"Oh iya. Terimakasih banyak, Pak?"ucapanku terhenti karena belum mengetahui nama mereka berdua.

"Saya Kromo, dan ini Bu Sumi."jawab Pak Kromo ramah sambil menunjuk ke arah Bu Sumi yang berdiri dan kemudian membungkukkan badan sebagai tanda perkenalan.

"Saya Jenna, Pak. Dan ini Tari teman saya. Itu mereka bertiga Robby, Lukman dan satu lagi yang gembul itu Tomy."ucapku memperkenalkan diri dan disambut dengan anggukan kepala dari Pak Kromo dan Bu Sumi.

"Yasudah kalau begitu nanti kalau kalian sudah bersih-bersih langsung saja kesana untuk makan malam. Bu Sumi sudah mempersiapkan semuanya."pinta Pak Kromo yang kami balas dengan anggukan kepala sopan dan senyuman.

"Aaaahhhh ... capek banget aku."ucapku pada Tari yang bersiap-siap untuk mandi.

"Mandi dulu, Jen. Biar nanti enak pas tidur."ucap Tari yang ku jawab dengan anggukan kepala.

Aku mencoba memejamkan mata sambil menunggu giliran mandi setelah Tari. Untung saja di kamar kami sudah tersedia kamar mandi sendiri. Entah semua kamar sudah tersedia, atau mungkin karena kami wanita jadi kamar mandinya khusus di dalam kamar saja.

Sayup-sayup aku mendengar sebuah gamelan di tabuh. Suaranya menenangkan dan membuat mata semakin berat untuk di buka. Perlahan juga aku mendengar suara perempuan bernyanyi. Mungkin sinden yang sedang bernyanyi di iringi oleh musik gamelan. Sedangkan Tari, tak sedikitpun aku mendengar suara air gemericik dari kamar mandi. Seketika mataku terbuka mendapati keanehan yang terjadi. Aku beranjak dari tempat tidur dan mendekat ke arah kamar mandi.

Tok ... tok ... tok ... ku coba untuk mengetuk pintu kamar mandi untuk mencari tahu apa yang dilakukan Tari di dalam. Sunyi, tak ada jawaban apapun dari dalam sana.

"Tar, Tari."panggilku lirih.

Namun Tari tak sedikitpun menjawab panggilanku. Sedangkan suara gamelan sudah tidak terdengar lagi.

Tok ... tok ... tok ... aku menoleh saat mendengar pintu kamarku di ketuk dari luar. Aku berjalan perlahan menuju pintu dan berniat untuk membukanya.

"Si ... siapa?"tanyaku terbata.

"Saya, Mbak. Bu Sumi."jawabnya dari luar. Perlahan aku membuka pintu dan mendapati Bu Sumi sudah berdiri di depan pintu.

"Ada apa, Bu?"tanyaku.

"Ini, Mbak. Tasnya ketinggalan."jawabnya sambil menyerahkan sebuah tas kecil yang kutahu itu milik Tari.

"Oh iya, terimakasih banyak, Bu."ucapku sambil menerima tas kecil berwarna cokelat dan kembali menutup pintu kamar untuk melihat keadaan Tari di kamar mandi.

"Kenapa, Jen?"tanya Tari yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangku. Sontak saja aku terkejut melihat Tari yang tiba-tiba saja sudah berada tepat di belakangku.

"I ... ini. Tas mu ketinggalan."ucapku pada Tari. Tari menerima tas kecilnya, sedikit ada raut wajah bingung tersirat disana.

"Masa sih? Perasaan tadi aku udah bawa masuk. Udah aku taruh disana malah."ucap Tari sambil menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk. Jari telunjuknya menunjuk ke arah sebuah kursi kayu yang tertata rapi di ujung dekat jendela. Ia berjalan menuju bangku kayu tersebut.

"Kamu lupa kali. Ya masa udah kamu bawa masuk masa masih ketinggalan diluar begitu. Bu Sumi yang ngantar pula."jawabku untuk menepis keanehan yang Tari alami.

"Bisa jadi."jawab Tari sambil mengangkat kedua bahu dan kembali meletakkan tas kecilnya di tempat tidur.

"Ya sudah. Gantian aku mandi dulu. Tungguin ya, jangan ditinggal kemana-mana."ucapku pada Tari yang ia jawab dengan acungan jempol.

Aku mengambil baju ganti dan juga peralatan mandi yang sudah ku bawa dari rumah. Ku lihat di dalam kamar mandi. Hanya ada bak mandi, gayung dan juga kakus. Aku jadi teringat tadi saat Tari mandi. Kalau disini tidak ada shower dan hanya ada gayung, seharusnya tadi bersuara cukup keras saat Tari mengguyur badannya dengan gayung ini. Tapi perasaan tadi tak terdengar ada guyuran air dari dalam kamar mandi. Malah yang ada suara musik gamelan yang justru terdengar berasal dari tempat yang cukup jauh.

"Ah sudahlah."aku menepis semua rasa takut dan curiga. Aku kembali fokus untuk rencana mandi saat ini. Ku lepas semua pakaian yang ku kenakan selama perjalanan. Perlahan aku mengguyur badan. Suhu air disini sangat dingin. Namun terasa nyaman saat sudah menyentuh kulit. Saat sedang menggosok tubuh dengan sabun, kembali samar-samar terdengar suara musik gamelan di tabuh. Kali ini suaranya cukup jelas dan dekat. Aku merapatkan telinga ke pintu kamar mandi. Terdengar Tari bersenandung di luar sana. Wajar, memang Tari suka bernyanyi. Yang tak wajar, Tari bernyanyi lagu jawa dengan iringan gamelan tersebut. Aku mengintip melalui celah lubang kunci. Nampak Tari sedang duduk di tepi tempat tidur sambil menyisir rambut panjangnya menghadap ke arah jendela membelakangi kamar mandi. Aku merinding di buatnya. Segera ku percepat ritual mandi ku dan ingin segera keluar untuk melihat apa yang sebenarnya Tari lakukan disana.

Sejenak aku menghentikan guyuran air di kepala dan membuka kedua mataku. Aku baru ingat, sejak kapan rambut Tari jadi panjang sepinggang. Setahu aku Taru tak pernah memanjangkan rambutnya hingga sepinggang. Bahkan tadi saat kami berangkat saja rambut Tari masih di atas bahu. Aku buru-buru mengeringkan tubuhku dengan handuk dan memakai baju yang sudah aku persiapkan tadi. Perlahan aku membuka pintu dan terlihat Tari sedang rebahan di tempat tidur dan memainkan gawainya.

"Udah mandinya?"tanya Tari sambil melirik ke arahku. Aku mengangguk. Benar saja, rambut Tari cuma sebahu. Lalu tadi siapa perempuan berambut panjang yang duduk di tepi ranjang sambil menyisir rambut. Aku jadi semakin penasaran dengan segala sesuatu yang tampak tak wajar di mataku.

"Tar, tadi ada yang masuk kesini gak?"tanyaku perlahan sambil menyisir rambut.

"Gak ada. Kenapa?"jawab Tari dengan mata tak lepas dari handphone nya.

"Enggak kok. Tadi aku dengar ada yang nyanyi disini. Kirain bukan kamu."jawabku.

"Aku emang gak nyanyi. Dari tadi aku rebahan bales chat mama ku."jawab Tari bingung dan mulai beranjak duduk bersandar di tepi tempat tidur.

"Mungkin aku salah denger, Tar. Bisa jadi tetangga sebelah atau orang lain yang kebetulan lewat."jawabku. Tari mengangguk.

"Eh, Jen. Masa mama ku bilang kita gak usah lanjutin rencana kita untuk mendaki."ucap Taru tiba-tiba.

"Kenapa memangnya?"tanyaku penasaran.

"Kata mama, dia punya firasat gak enak kalau sampai kita mendaki kesana."jawab Tari.

Deg ... benar saja. Aku pun juga memiliki firasat tak enak untuk perjalanan kami kali ini. Hanya saja aku berusaha menepis semua rasa yang menurutku tak masuk akal.

"Jen, kamu gak apa-apa kan ?"tanya Tari menyentuh tanganku. Aku menggeleng.

"Apa kamu setuju dengan ucapan mamaku juga?"tanya Tari tiba-tiba.

"Heh?"aku tak menjawab. Aku tak tahu harus jawab apa untuk pertanyaan Taru kali ini.

"Tadi kamu sempat bilang kalau perasaanmu tak enak saat kita masih di perjalanan."ucap Tari. Aku hanya mengangguk.

"Terus kita harus bagaimana?"tanyaku lada Tari.

"Yah mau gimana lagi. Kita sudah terlanjur sampai sini. Masa iya kita batalin."ucap Tari cemberut.

"Ya sudah. Kita lanjutin saja rencana kita. Hanya saja kita harus waspada dan jaga etika kita selama mendaki. Jangan sampai karena kita lalai terus kita semua bisa celaka."ucapku yang di ikuti dengan anggukan kepala Tari.

"Nanti kita omongin ini semua sama yang lainnya."pintaku.

Kami pun keluar menuju tempat makan setelah Robby mengetuk pintu kamar kami untuk mengajak kami makan malam. Jujur saja perutku juga terasa sangat lapar karena kami tadi hanya sarapan dan tidak istirahat untuk makan siang.

Kami pun menyantap makan malah dengan bersenda gurau. Sejenak aku melupakan kejadian aneh yang aku alami sejak tadi. Begitu juga dengan Tari, sepertinya dia sudah mulai melupakan pesan dari mamanya untuk kembali saja dan tak usah meneruskan perjalanan. Saat kami sedang asyik makan, aku sekilas melihat seorang perempuan muda berambut panjang berjalan melewati pintu ruang tamu yang saat itu masih terbuka. Ku lihat perempuan itu juga melihat ke arah kami yang sedang makan bersama.

"Sepertinya aku pernah melihatnya."gumamku dalam hati. Aku berniat menanyakan pada Pak Kromo dan Bu Sumi nanti.

"Pak." sapa ku pada Pak Kromo yang sedang duduk di teras sambil di temani secangkir kopi hitam dan sebuah batang rokok terselip di jemarinya.

"Ada apa, Mbak?"tanya Pak Kromo buru-buru mematikan rokok dan membuang puntung rokoknya ke depan.

"Bapak kenal dengan perempuan berambut panjang yang tadi lewat di depan sini?"tanyaku sambil duduk di bangku sebelah Pak Kromo.

"Siapa ya, Mbak? Kok saya tadi malah gak lihat ada yang lewat."jawab Pak Kromo.

"Mungkin tadi pas Bapak belum duduk disini."ucapku kemudian.

"Saya disini dari tadi kok, Mbak. Dari sebelum kalian makan malam."jawab Pak Kromo sambil menyesap kopi hitamnya. Kali ini aku yang dibikin bingung. Pak Kromo tak melihat satu orang pun lewat depan penginapan kami. Sedangkan beliau sudah duduk lama disini.

"Anaknya seumuran saya, Pak. Kulitnya bersih, rambutnya sepinggang. Cantik. Dan dia berjalan ke arah sana."ucapku kembali menjelaskan pada Pak Kromo. Berharap Pak Kromo mengenalnya. Bukan apa-apa, aku hanya takut kalau ternyata yang ku lihat tadi bukan manusia. Terlihat Pak Kromo mengernyitkan dahi seperti kebingungan.

"Disini perempuan yang berambut panjang sepinggang tidak ada, Mbak. Rata-rata disini rambutnya pendek-pendek. Pengen ngikutin gaya anak kota katanya, dandan minimalis gitu."jawab Pak Kromo.

"Jangan-jangan yang Mbak lihat bukan manusia lagi."ucap Pak Kromo tiba-tiba membuat jantungku berdetak cepat.

"Ah bapak jangan begitu dong. Saya kan jadi takut."ucapku sedikit kesal.

"Tapi memang seperti itu kebanyakan, Mbak."jawab Pak Kromo.

"Maksud, bapak?"tanyaku penasaran.

"Ya itu tadi. Mbak Jenna melihat perempuan berambut panjang lewat sini sedangkan saya yang jelas-jelas duduk disini dari tadi tak melihat siapapun lewat sini."jawab Pak Kromo membuatku semakin ketakutan.

"Bapak mah, bikin saya makin takut saja. Yasudah kalau begitu saya permisi mau masuk, Pak."jawabku sedikit kesal dan lebih memilih masuk kamar.

"Tidak apa-apa, Mbak. Selama kita tidak macam-macam, semua akan baik-baik saja. Mereka hanya berkenalan." ucap Pak Kromo terkekeh. Mungkin bagi beliau semua ini adalah hal wajar, bagiku yang sudah sering mendaki gunung pun juga kadang menemukan hal tak wajar seperti ini. Hanya saja, sejak awal keberangkatan kami kemari, perasaanku sudah tak enak. Berharap kejadian ini tak ada menjadi pertanda akan terjadinya hal buruk pada kelompok kami.

Aku lihat Tari sudah tertidur dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya hingga ke pundak. Cuaca disini memang dingin. Aku pun segera menyusul Tari untuk tidur. Masih terdengar suara para lelaki di kamar sebelah sedang berbincang-bincang dan sesekali terdengar gelak tawa mereka serempak. Aku tak mempedulikan mereka. Segera ku ambil selimut dan berbaring tepat di sebelah Tari yang sudah pulas.

Terpopuler

Comments

alena

alena

lanjut....

2022-07-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!