17.Jelaskan!

Di sinilah Shenaa sekarang, ruanga kerja pribadi milik Beni. Sendu pandangan wanita itu, menatap lekat wajah yang sedikit berkeriput tersebut. Tak ada orang lain selain Shenaa, Alan dan Beni.

Shenaa sedang menata hati nya agar ia mampu menerima semua penjelasan dari Beni yang ia sendiri pun belum yakin dengan kebenaran nya. Wanita itu menarik nafas dalam untuk melonggarkan sesuatu yang sesak di dalam dada sana. "Jelaskan!" pinta Shenaa lirih.

Begitu juga dengan Beni, pria itu menarik nafas dalam untuk menjelaskan kejadian beberapa tahun silam. "Malam itu, pukul satu dini hari mamah Alan akan melahirkan. Aku membawa istri ku pergi ke rumah sakit, di saat mobil melaju kencang, aku terus meminta pada supir ku agar cepat karena ketuban istri ku sudah pecah. Tikungan tajam, di saat itu lah mobil ku dan mobil ke dua orang tua mu saling bertabrakan. Ini kecelakaan, aku bukan pembunuh yang seperti kau pikirkan. Istri ku sekarat begitu juga dengan orang tua mu." Beni menarik nafas kembali sembari mengingat kejadian malam itu. "Orang tua mu tewas di tempat. Sedangkan istri ku sudah tidak sadarkan diri. Supir ku meninggal dan aku hanya mengalami luka-luka. Ku pikir malam iu hanya ada orang tua mu ternyata ada kau juga di dalam mobil itu. Setelah berada di rumah sakit, polisi kebingungan mencari keluarga atau saudara mu kerena kalian bukan berasal dari kota ini. Ini adalah beban terberat dan juga penyesalan seumur hidup untuk ku. Anak yang di kandung istri ku meninggal hingga membuat dia mengalami gangguan jiwa hingga sekarang. Aku akui jika kecelakaan malam itu adalah salah ku."

"Lalu kenapa aku berada di panti asuhan? kenapa anda meletakan ku di sana?" tanya Shenaa dengan cucuran air mata nya.

"Butuh dua minggu untuk mencari siapa keluarga mu atau pun saudara mu. Mereka tinggal di kota K. Aku dan beberapa orang polisi sudah menemui pihak keluarga mu dan mengabarkan perihal kecelakaan itu namun mereka menolak untuk mengasuh mu. Mereka bahkan tidak menganggap mu sebagai keluarga dan aku tidak tahu apa alasan nya. Di saat itu lah aku dan pihak kepolisian membawa mu kembali ke kota ini, lalu kami sepakat untuk mengirim mu ke panti asuhan." jelas Beni panjang lebar. Kenyataan pahit macam apa lagi ini? benarkah Shenaa masih memiliki saudara? entahlah!

"Bukan aku tidak mau mengasuh mu, tapi aku seorang laki-laki. Aku harus merawat Alan dan mamah yang mengalami gangguan jiwa. Aku tidak lepas tanggung jawab, setiap bulan aku selalu mengirimi barang-barang dan uang jajan juga uang untuk biaya sekolah mu hingga kau kuliah."

"Biaya? biaya mana yang ada maksud?" tanya Shenaa tidak mengerti. "Aku tumbuh besar di jalanan, untuk sekolah hingga kuliah aku bekerja paruh waktu. Pihak panti tidak ada mengeluarkan biaya sepeser pun untuk ku." gumam Shenaa sambil mengusap air mata nya.

Beni mengerutkan dahi nya dalam, "Jangan bercanda kau! aku berhenti mengirim ke panti ketika aku tahu kau sudah tidak tinggal di sana ketika kau duduk di bangku sekolah menengah pertama."

"Tuan Beni. Sejak SMP hingga kuliah aku hidup di jalanan bekerja dan mengurus diri ku sendiri." tegas Shenaa sekali lagi.

"Berarti pihak panti sudah melakukan kecurangan." sambung Alan.

"Aku memiliki semua bukti transfer nya." seloroh Beni

"Lupakan itu. Aku hanya ingin tahu perihal saudara ku. Tentang kematian orang tua ku, aku udah ikhlas. Mungkin itu sudah takdir nya." ujar Shenaa tegar.

"Waktu itu aku sudah mengirim orang untuk menyelidiki semua garis keluarga mu. Entah kenapa aku merasa ada yang janggal ketika mereka menolak mu mentah-mentah." Shenaa menarik nafas panjang, bukan perihal kematian orang tua nya yang membuat sakit melainkan keberadaan diri nya yang di tolak. "Sepertinya kau bukan dari keluarga sembarang. Maaf tidak mencari tahu lebih jauh tentang keluarga mu. Aku juga punya alasan nya." Beni kemudian menulis nama dan sebuah alamat di secarik kertas. "Ini nama orang tua mu dan alamat yang pernah aku datangi dulu." ujar Beni lalu menyodorkan kertas tersebut. "Maaf telah membuat mu menjadi yatim piatu. Maaf telah membuat mu hidup dalam kesulitan seperti ini. Sungguh aku sangat menyesal atas kejadian malam itu." ucap Beni dengan wajah menunduk.

Tak ada air mata yang keluar, ingin marah pun percuma. Orang tua nya juga tidak akan bangun kembali. Selain mendoakan Shenaa bisa apa? Tugas nya sekarang hanya ingin mencari kebenaran yang di katakan oleh Beni.

"Jangan mengundurkan diri dari perusahaan. Aku tidak akan melarang mu berteman dengan Alan lagi." ujar pria itu.

Shenaa hanya membalas dengan senyuman. "Aku akan menyelesaikan masalah ku terlebih dahulu." ucap Shenaa. "Aku bukan jenis manusia pendendam. Hidup di jalanan membuat aku mengerti bagaimana rasa nya menahan sabar dan menerima kenyataan."

"Ketahuilah Shenaa, sejak kepergian mu dari panti aku sudah berusaha mencari mu." ucap Beni kembali.

"Lupakan saja. Maaf jika perkataan ku kemarin sudah menyinggung perasaan pak Beni. Sungguh aku sudah mengikhlaskan kematian orang tua aku. Jika begini aku sudah tahu kenapa aku hidup tanpa keluarga." ujar Shenaa mencoba mengeluarkan senyum dalam luka nya.

Wanita itu pamit, begitu juga Alan. Sepanjang perjalanan Shenaa masih enggan bicara membuat Alan menjadi serba salah.

"Bicara lah Shenaa." pinta Alan.

"Kau ingin aku bicara apa?" lirih Shenaa dengan pandangan lurus ke depan.

"Apa saja. Aku tidak suka melihat mu terdiam seperti itu."

"Antarkan aku pulang saja Alan. Aku harus pergi ke kota K." ujar Shenaa.

"Tapi itu sangat jauh! kau ingin pergi sendiri?" tanya Alan khawatir.

"Lalu aku harus pergi dengan siapa?" tanya Shenaa.

"Aku akan menemani mu." seloroh Alan.

"Tidak perlu. Kau orang sibuk!" tolak Shenaa.

"Untuk apa aku menggaji Dava mahal jika dia tidak bisa menyelesaikan pekerjaan ku."

"Nanti tunangan mu marah dan cemburu!"

"Aku tidak peduli. Toh aku tidak pernah menginginkan pertunangan itu." ucap Alan masa bodoh. "Lagian jika pernikahan itu terjadi, hanya akan menguntungkan pihak keluarga nya saja."

"Jangan curhat Alan. Aku tidak ingin mendengar nya." ucap Shenaa lalu memejamkan mata nya.

Alan tertawa renyah, di lirik nya wajah wanita itu dari samping. "Ingat, jangan mengundurkan diri." ucap Alan mengingatkan.

"Aku tidak peduli..." ucap Shenaa dengan mata terpejam nya.

"Tetaplah menjadi Shenaa yang aku kenal. Aku tidak suka Shenaa yang sekarang."

"Dan itu pun aku tidak peduli." gumam Shenaa.

Setiba nya di kontrakan, Shenaa langsung mengemasi beberapa pakaian nya. Setelah itu ia kembali ke dalam mobil Alan lalu menemani pria itu untuk mengambil pakaian nya juga. Siang itu mereka langsung berangkat ke kota K dengan jarak tempuh yang lumayan panjang. Jika menggunakan bus antar kota bisa memakan waktu sepuluh hingga sebelas jam perjalanan. Namun dengan mobil sport milik Alan kemungkinan hanya memakan waktu sekitar delapan hingga sembilan jam saja.

Terpopuler

Comments

🇮🇩⨀⃝⃟⃞☯Ayodyatama🌹

🇮🇩⨀⃝⃟⃞☯Ayodyatama🌹

pasti shena dari keluarga kaya,terus sodara ortunya pada pengen nguasai hartanya

2021-02-21

2

🕊️ℰʀᷞᴠͥɪͦɴᷠᴀⷹªᶰᵃᵗᵃˢʸᵃ🕊️

🕊️ℰʀᷞᴠͥɪͦɴᷠᴀⷹªᶰᵃᵗᵃˢʸᵃ🕊️

Makin seru nih miiih ,bikin kepo aduhhhhhh 🤭🤭🤭

2021-02-21

3

Yati Taryu

Yati Taryu

lanjut dong thor..makin seru nih

2021-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!