Bukan Alan nama nya jika pria itu tidak mengikuti ke mana pun Shenaa pergi. Dengan menggunakan taxi Shenaa pergi menuju makam ke dua orang tua yang selama ini dia rindukan. Dengan di antar salah satu petugas makam, Shenaa berjalan menyusuri setiap lajur pemakaman. Kali ini langkah nya sudah lelah, hati nya beluk cukup kuat untuk menerima semua kenyataan ini.
"Loh mbak....kenapa?" tanya petugas tersebut ketika melihat Shenaa jatuh tersungkur.
Shenaa membuang nafas kasar, " Saya baik-baik aja mas." ujar Shenaa kemudian berdiri dengan sisa tenaga yang ada. Alan, pria itu ingin rasa nya menolong Shenaa namun sebisa mungkin ia tidak menampakan wajah sekarang.
"Mbak, ini makam nya." ujar petugas itu sambil menunjukkan dua buah makam yang sangat terawat. "Pak Beni sangat menjaga ke dua makam ini mbak. Bahkan beliau rutin berkunjung setiap bulan nya." ucap petugas itu.
"Tinggal saya sendiri mas." lirih Shenaa.
Petugas tersebut kemudian pergi, di saat itu ke dua kaki nya lemas dan Shenaa langsung terduduk simpuh di antara ke dua makam itu. Di tatap nya dengan sendu ke dua batu nisan yang bertuliskan nama ke dua orang tua nya. Tangis nya pecah, sepecah gelegar petir yang menyambar di atas langit. Tak ada kata yang mampu di ucapakan oleh Shenaa selain kata kerinduan.
Di remasnya rumput hijau itu. Sungguh, tak ada kesedihan lebih menyakitkan bagi Shenaa saat ini. Alan yang melihat wanita itu hanya mampu memandang iba dari balik pohon yang berada tak jauh dari makam ke dua orang tua Shenaa.
Adakah yang lebih jahat dari sebuah takdir? Kenapa semesta begitu jahat pada Shenaa kecil? Bukan ingin menyalahkan rabb nya, namun pertanyaan Shenaa adalah permainan takdir apa yang akan ia lalui selanjutnya?
Cuaca mulai tak bersahabat, hujan mulai turun deras sederas tangisan wanita itu. Tanah mulai basah, air mulai mengalir namun tak sejangkal pun Shenaa beranjak dari makam tersebut. Wajah nya mulai pucat dan tubuh nya mulai lemas bergetar.
"Shenaa, ayo kita pulang..." ujar Alan yang tiba-tiba menghampiri Shenaa.
"Lepas...!! jangan ganggu aku...!" teriak Shenaa.
"Kau sudah pucat, nanti kau sakit...ayo kita pulang." tukas Alan kembali.
Shenaa mendorong tubuh Alan hingga pria itu terjungkal. Alan yang tidak tega langsung membopong tubuh wanita itu, Shenaa yang mencoba berontak namun tenaga nya kalah kuat. Meski langkah Alan sedikit goyah namun pria itu tidak rela jika Shenaa sakit.
Alan menjatuhkan bobot tubuh wanita itu ke dalam mobil nya. Setelah itu barulah Alan masuk ke dalam mobil nya. Entahlah, pandangan mata Shenaa mulai kabur hingga membuat wanita itu tidak sadarkan diri.
"Shenaa....Shenaa...bangun...Shenaa..." ujar Alan sambil menepuk wajah wanita itu. Tak ingin terjadi apa-apa, Alan langsung membawa Shenaa pergi. Bukan nya membawa Shenaa pergi ke rumah sakit, Alan malah membawa Shenaa pergi ke hotel milik nya.
"Shenaa kenapa?" tanya Dava yang sejak tadi sudah menunggu di hotel.
"Mana pesanan ku?" ujar Alan dengan wajah dingin nya.
"Ini sudah ku belikan."
"Kau...!" tunjuk Alan pada resepsionis perempuan "Ikut aku...!" perintah nya. Alan bahkan membawa Shenaa ke kamar pribadi milik nya. "Tolong ganti pakaian nya. Kalau sudah selesai, kau panggil aku. Aku akan ke kamar mandi." ujar Alan.
"Baik pak.." jawab resepsionis itu.
Resepsionis itu kemudian menggantikan pakaian Shenaa dengan pakaian baru yang baru saja di belikan Dava. Setelah selesai resepsionis itu memanggil Alan yang sudah berganti pakaian juga.
"Bawakan aku wedang jahe dan makanan." perintah Alan lagi.
"Baik pak."
Resepsionis itu kemudian keluar dan Dava masuk. Pria itu cukup penasaran kenapa Alan membawa Shenaa dalam keadaan pingsan.
"Shenaa kenapa?" tanya Dava.
"Aku bingung mau menjawab bagaimana. Papah dan Shenaa pun tidak menjelaskan apa yang sudah terjadi." ujar Alan.
"Masa lalu apa yang membuat Shenaa sangat membenci om Beni? Aku bahkan dapat melihat dengan jelas sorot mata nya penuh dengan kebencian." seloroh Dava.
"Entahlah, yang jelas ini semua ada hubungan nya dengan kematian ke dua orang tua Shenaa." gumam Alan. Kepala pria itu sedikit pusing akibat terkena air hujan. Di tambah lagi ia belum makan sejak siang.
"Kau tidak membawa nya ke rumah sakit? Lihatlah wajah nya, pucat!" ujar Dava.
"Dia pasti akan kabur lagi." balas Alan. "Keluar lah, aku ingin menjaga Shenaa." perintah Alan kemudian Dava pun langsung keluar. Alan menghembuskan nafas kasar, pria itu sedikit merapikan anak rambut Shenaa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Riska Wulandari
🥺
2022-02-06
1
🇮🇩⨀⃝⃟⃞☯Ayodyatama🌹
kabur yo goleki to😁
2021-02-20
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
🤔🤔🤔🤔🤔
2021-02-18
0