Dengan langkah lebarnya Alpha memasuki kediamannya, melewati beberapa pelayan rumahnya yang selalu senantiasa menunggunya di depan pintu gerbang rumahnya hingga di pintu masuk kediamannya, begitu juga dengan sang istri yang dengan senyum manisnya ikut berdiri tepat di depan pintu untuk menyambut kedatangan suaminya.
"Selamat malam sayang,"
Sapa Emery tersenyum manis, meski senyuman itu lagi lagi di abaikan oleh Alpha seperti hari hari sebelumnya. Namun hal itu tidak membuat Emery patah semangat, ia terus mengikuti langkah suaminya dari belakang hingga di depan pintu kamar suaminya.
Dengan cepat Emery menghentikan langkanya saat melihat Alpha yang tiba-tiba terdiam di depan kamarnya, pria itu berbalik sambil menatap wajah sang istri dengan tatapan Elangnya yang membuat manusia normal tidak berkutik seperti Emery yang langsung membeku di hadapan Alpha.
"Berhenti mengikuti ku." Perintah Alpha.
"Maaf sayang.. Aku hanya ingin memastikan anda.... "
"Apa kau tuli?" Bentak Alpha.
"Maafkan saya,"
"Apa lagi yang kau tunggu?"
"Saya sudah menyiapkan makan malam untuk anda,"
"Saya tidak lapar."
"Tapi sayang untuk kali ini saja saya mohon makanlah."
"Kau berani memerintahku sekarang?" Tanya Alpha menatap tajam ke arah istrinya, tatapan sedingin es yang seketika langsung membuat tubuh istrinya membeku.
"Bukan maksud saya untuk memerintah Anda, saya hanya.... "
"Pergi dari hadapanku sekarang," Perintah Alpha yang bahkan tidak memberi kesempatan kepada Emery untuk melanjutkan kalimatnya.
"Sa.. Sayang.. "
"Apa kau lupa kalau aku sangat membenci panggilan itu? Jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan seperti itu." Balas Alpha seraya menarik gagang pintu untuk di bukanya sambil melangkah masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu itu dengan sangat keras, hingga menimbulkan suara dentuman yang membuat Emery tersentak.
Emery terdiam sejenak untuk mengatur perasaannya sambil memegang pintu Kamar yang sejak 5 tahun lalu tidak pernah di masuki olehnya. Dan selama 5 tahun itu juga Alpha bahkan tidak pernah sedikitpun menyentuhnya. Dalam diam Emery meremas ujung bajunya, menarik nafas dalam sambil menatap pintu kamar suaminya.
Apalagi yang harus aku lakukan untukmu, apa kau begitu membenciku?
Batin Emery seraya mengusap air matanya, dengan perlahan ia berjalan menuruni anak tangga, menuju ke arah Pantry untuk membereskan beberapa piring yang masih lengkap dengan makanan yang masih utuh.
"Apa makanannya tidak di makan lagi?" Tanya Areta perlahan.
"Hmm," Jawab Emery mengangguk pelan.
"Tidak apa apa Nyonya, biar saya yang membereskannya."
"Terimakasih Bibi Reta, besok saya akan mengganti menu yang baru, mungkin Tuan Ken tidak suka dengan menu ini," Balas Emery.
"Tapi Nyonya sudah melakukannya berulang kali, tapi tetap saja."
"Tidak masalah, saya akan terus memasak untuk Tuan Alpha, meskipun dia tidak pernah memakannya, ini sudah tugas saya sebagai seorang istri."
"Tapi Nyonya, mau sampai kapan? Bahkan Tuan muda tidak pernah menyentuh makanannya sedikitpun. Dan ini sudah berlangsung selama 5 tahun." Balas Areta yang terlihat khawatir.
"Mungkin dia hanya kelelahan dan tidak berselera makan."
"Iya Nyonya." Balas wanita itu mengangguk dengan wajah sendunya saat melihat Emery yang masih tersenyum sambil menatap beberapa makanan yang masih tersusun rapi di atas meja makan.
* * * * *
Di dalam kamarnya, Emery melangkah perlahan menuju jendela kamarnya, membuka tirainya dengan lebar untuk membiarkan angin malam masuk kedalam ruangan yang nampak terlihat sepi, hanya ada Emery di sana, sembari menatap langit malam dengan mata yang mulai berkabut, membiarkan angin malam membelai wajah lembutnya yang sudah mulai basah.
Ayah.. Apa ini kebahagiaan yang Ayah janjikan untukku? Apa yang harus aku lakukan Ayah, dia bahkan sangat membenciku.
Batin Emery sambil meremat tirai yang sedari tadi di pegangnya. Ia mulai terisak, tubuhnya kembali bergetar hingga dengan Tiba-tiba ia merasa sudah tidak mampu lagi menopang berat badannya, tubuhnya merosot kebawah, dengan kedua lutut yang menempel di dadanya yang mulai terasa sesak. Dengan erat ia memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di antara sela lututnya untuk menyembunyikan air matanya. Hal yang selalu ia lakukan tiap malam hari, menagis, sendirian, dan akan kembali membaik pada keesokan harinya.
Sedang di tempat dan kamar terpisah, nampak sosok Alpha yang tengah meringkuk di atas carpet berbulunya yang terletak di tengah-tengah kamarnya yang nampak remang, hanya pencahayaan lampu dari luar yang menerobos masuk lewat kaca jendela kamarnya. Dengan sangat erat Alpha memeluk sebuah bingkai foto kedua orang tuanya dengan air mata yang terus menetes dari sudut matanya.
Aku sangat merindukan kalian, Ayah Maafkan aku, yang sampai saat ini belum menemukan jasad Ayah, bahkan aku juga tidak tau, di mana jasad ibu berada.
Batin Alpha. Untuk sesaat ia terlihat nampak rapuh, pria yang kesehariannya terlihat begitu angkuh, dingin, dan kuat sebenarnya hanyalah sosok yang rapuh dengan bayangan masa lalu yang terus mengikutinya, hingga membuatnya selalu merasa ketakutan dan menangis sendirian. Sebab bayangan masa lalu yang sangat mengerikan itu selalu saja hadir di ingatannya setiap malam, hingga membuatnya selalu kesulitan untuk tidur. Dan meskipun ia bisa tertidur, ia akan selalu bermimpi buruk. Hal itu Seolah memaksanya untuk terus mengingat masa lalu hingga semakin menimbulkan rasa marah dan kebencian yang besar bahkan sudah berakar di hatinya.
* * * **
"Selamat pagi Nyonya,"
Sapa Darren membungkuk kecil untuk memberi hormat pada istri Presdirnya yang tengah merapikan beberapa bunga mawar merah sebelum menatanya ke dalam vas kriatal.
"Pagi,"
Balas Emery tersenyum ramah seperti kebiasaannya. Hingga tidak berselang lama Alpha yang terlihat keluar dari lift khususnya sambil merapikan dasinya.
Dengan sigap Emery berlari kecil menghampiri suaminya berniat untuk merapikan dasi sang suami, namun belum sempat tangannya menyentuh kerah baju suaminya, tiba-tiba saja tangannya di tepis dengan sangat kasar oleh Alpha.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Alpha mengernyit.
"Ma.. Maaf, saya hanya ingin membantu untuk merapikan dasi anda," Jawab Emery sambil meremat jari-jari tangannya.
"Apa aku memintanya?" Tanya Alpha dengan nada dingin yang membuat Emery tertunduk.
"Maaf," Jawab Emery perlahan.
"Jangan pernah menyentuhku."
"Tapi Tuan, saya istri anda jadi saya berhak.. "
"Istri? Jadi selama ini kamu merasa berhak untuk menyentuhku? dan juga berharap aku menyentuhmu, karena kau adalah istriku? Atau kau juga berharap agar aku mau menidurimu?"
"TUAN.. "
"KAU BERANI BERTERIAK DI HADAPANKU?" Bentak Alpha yang dengan cepat mencengkram pipi istrinya dengan sangat keras, hingga membuat wanita itu meringis menahan sakit. Wajah Alpha berubah gelap dan sangat menakutkan, dengan tatapan matanya yang sangat tajam, hingga terdengar jelas suara grahamnya yang saling beradu di dalam sana.
"Dengar baik baik, jangan pernah berbicara keras di hadapanku. Atau aku akan merobek mulutmu, APA KAU MENGERTI?" Ucap Alpha dengan nada yang masih meninggi, dan langsung melepas cengkraman tangannya dengan mendorong tubuh istrinya hingga terhuyung ke belakang dan menghantam sebuah sofa.
"kenapa.... Kenapa Anda selalu bersikap kasar kepada saya, kenapa?" Tanya Emery dengan suara yang nampak terdengar bergetar.
"Kenapa? Kau bertanya padaku? KENAPA KAU TIDAK TANYAKAN SAJA PADA AYAHMU?"
"Tapi saya ingin mendengarnya langsung dari mulut Anda," Balas Emery dengan sikap keras kepalanya.
"Apa kau yakin? Bahkan setelah kau mengetahui semuanya kau akan membenci dirimu sendiri, dan sayangnya belum saatnya untuk kau mengetahui semuanya."
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Anda begitu membenci saya? Juga membenci Ayah saya yang...... "
"AAARRRGGGGG.... "
Teriak Alpha dengan amarahnya dan langsung meraih vas bunga yang bertengger di atas meja dan dengan refleks melemparkannya ke lantai keramik tepat di samping Emery berdiri saat ini. hingga beberapa pecahan kaca itu melukai kaki Emery yang hanya bisa terdiam di tempatnya dengan tubuh bergetar menahan tangis, yang dengan pasrah menerima amukan suaminya yang seprti orang kerasukan mahluk halus.
Tubuh Alpha nampak bergetar menahan amarah, hingga membuat nafasnya naik turun dengan tangannya yang masih terkepal sempurna, hingga terlihat Buku-buku jarinya yang nampak memutih.
Sedang Dareen yang sedari tadi terdiam tidak bersuara sepatah katapun hanya bisa menarik nafas dalam sambil melangkah menghampiri Emery yang masih dengan tubuh bergetar, perlahan ia membungkuk untuk membereskan beberapa pecahan kaca yang berserakan di atas lantai keramik tersebut, hingga sesaat netranya tertuju pada luka yang menganga di betis Emery yang mulai mengeluarkan banyak darah.
*Lagi-lagi kau bersikap kasar padaku, a*ku sangat membenci pria kasar, tapi aku sendiri yang selalu membuat situasi menjadi panas hingga membuatmu kembali bersikap kasar, sampai kapan kita akan berada di dalam situasi seperti ini Alpha?
"Sebenarnya apa yang tidak aku ketahui?"
Tanya Emery terisak seraya menatap wajah suaminya yang bahkan sedari tadi sudah menatapnya tajam dengan senyum smirk di bibirnya.
"Aku rasa Ayahmu punya banyak jawaban atas semua pertanyaanmu," Balas Alpha yang langsung beranjak pergi meninggalkan Istrinya yang masih mematung di sana, yang langsung di susul oleh Dareen yang sebenarnya masih tidak tega melihat keadaan Nyonya besarnya sekarang. Hingga dalam hitungan menit saja, mobil Alphard hitam milik Alpha sudah meninggalkan kediamannya, meninggalkan Emery yang masih mematung dengan air mata yang terus mengalir deras dari pelupuk matanya.
"Nyonya.. Astaga apa yang terjadi dengan kaki anda?" Tanya beberapa pelayan yang langsung berlarian saat sudah memastikan jika Tuan besar mereka sudah pergi, dengan ekspresi panik masing-masing, mereka menghampiri Emery yang dengan cepat mengusap air matanya.
"Saya tidak apa apa," Jawabnya tersenyum sambil memunguti sisa pecahan kaca yang masih berserakan di sana.
Hal ini sudah sangat sering terjadi. Jika Alpha sedang marah, semua pelayan yang berada di sana bahkan hanya akan terdiam, mereka semua hanya bisa mematung, dan tidak punya keberanian untuk mengeluarkan satu katapun, apalagi untuk menghampiri Tuan besar mereka jika sedang dalam kondisi mood yang buruk. Sebab akibatnya akan sangat fatal bagi mereka sendiri.
"Duduklah, saya akan mengobati luka anda," Ucap Areta dengan mata berkacanya sambil meletakkan kotak p3k di atas meja. Dengan lembut wanita paru baya itu meraih pergelangan kaki Emery dan meletakkannya di atas pangkuannya, dengar air mata yang mulai menetes, dengan perlahan Areta membersihkan dan mengobati luka di betis Emery, Dan dengan telaten mulai membalutinya dengan perban.
Mau sampai kapan anda akan bertahan Nyonya, bahkan luka di hati dan juga di tubuh anda sudah sangat parah.
Batin Areta yang sedang berusaha menahan isakkannya. Hal yang selalu di lakukan jika Nyonya besarnya terluka usai berdebat dengan Alpha, sebab perdebatan mereka akan berakhir dengan barang barang yang hancur. Dan itu sudah menjadi kebiasaan Alpha jika sedang meluapkan kemarahannya. Bahkan Emery akan selalu menolak jika Areta meminta untuk menelfon Dokter pribadi keluarga mereka, dengan alasan jika ia tidak ingin Ayahnya mengetahui tentang keadaannya selama ini, sebab Dokter pribadi mereka pasti akan melaporkan setiap masalah kesehatannya pada Ayahnya yang saat ini sedang berada di Kanada untuk menemui adiknya.
"Masalah apa lagi yang membuat Tuan besar bisa semarah ini?" Tanya Areta perlahan sambil membereskan perban dan beberapa obat untuk di masukkannya kembali ke dalam kotak p3k.
"Bukan masalah besar Bibi Reta,"
Tentu saja, anda akan terus menutupinya.
"Tapi Nyonya, saya sempat mendengar Tuan besar menyebutkan nama Ayah anda, apa anda yakin jika itu bukan masalah besar?" Tanya Areta yang membuat Emery terdiam untuk sesaat.
"Maaf.. Saya tidak akan bertanya lagi,"
"Bibi Reta.. "
"Iya Nyonya, ada apa?"
"Kenapa Tuan Alpha mau menerima perjodohan itu?" Pertanyaan Emery yang yang membuat Areta bingung.
"Ma... Maaf Nyonya, saya juga tidak mempunyai jawaban atas pertanyaan Anda."
"Jika dia tidak menginginkan perjodohan ini, dia bisa saja menolaknya dari awal, tapi kenapa dia malah menerimanya," Ucap Emery dengan kekalutan hatinya.
"Nyonya.. Hanya Tuan besar yang tau jawabannya,"
"Dia tidak akan pernah memberikan jawabannya Bi, saya pernah sekali menanyakan hal itu, tapi... " Kalimat Emery kembali terhenti.
Iya Nyonya, saya tau.
"Dan bagaimana dengan Nyonya sendiri?" Tanya Areta perlahan.
"Saya sudah mencintainya sejak lama Bi, sejak Ayah memperkenalkan Tuan Alpha sebagai anak sahabat Ayah, sejak saat itu saya sudah jatuh cinta padanya." Jawab Emery dengan senyum yang terulas di bibir tipisnya. Sedang Areta hanya bisa menarik nafas dalam, sambil menatap wajah bahagia Emery yang saat ini sedang mengingat bagaimana ia pertama kali melihat dan bertemunya Alpha yang langsung membuat Emery tertarik bahkan langsung jatuh hati pada pria itu yang sekarang telah menjadi suaminya.
* * * * *
* PERUSAHAAN BRT GRUP.
"Tuan Muda, apa anda tidak keterlaluan kepada Nyonya muda, dia... "
"Apa kau merasa iba dengannya?" Sela Alpha yang membuat Dareen menghentikan kalimatnya.
"Iya Tuan, biar bagaimanapun Nyonya muda adalah istri anda,"
"Istri? Hahahaha.... Aku tidak pernah penganggapnya sebagai seorang istri, dia hanya anak dari seorang pembunuh keji, dan itulah kenyataannya."
"Saya mengerti Tuan, tapi dalam hal ini Nyonya tidak tahu menahu soal..... "
BRAAAAKKK
Terdengar suara keras meja yang beradu dengan telapak tangan Alpha, gebrakan yang membuat barang barang yang terletak di atas meja kerjanya sedikit berantakan. Wajah Alpha tiba-tiba memerah, terlihat jelas ia sedang menahan amarah, tatapannya tajam menatap Asistennya yang hanya terdiam.
"SEMUA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MANUSIA BIADAB ITU ADALAH MUSUHKU, SIAPAPUN ITU, APA KAU MENGERTI?"
"Saya mengerti Tuan, maafkan saya,"
Sekarang kau masih bisa menaruh iba pada wanita itu, tunggu saja sampai kau mengetahui kedua orang tuamu meninggal karena ulah manusia biadab itu.
Batin Alpha seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi putarnya sambil memijat tengkuk lehernya.
"Bukankah sebentar lagi bajingan itu pulang?" Tanya Alpha saat emosinya sudah mulai mereda.
"Iya Tuan muda,"
"Apa semua sudah beres?" Tanya Alpha lagi.
"Iya Tuan, setengah saham dari perusahaan Tuan Chris sudah jatuh di tangan kita."
"Bagus... Tinggal menunggu sedikit lagi untuk membuatnya melarat."
Seringaian yang terlihat menakutkan nampak menghiasi wajah Alpha, dengan tatapan mata yang terlihat dingin dan penuh dengan kebencian.
* * * * *
* TO BE CONTINUED.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Edelweiss🍀
seru juga, pelan2 bacanya🤧
2021-09-13
0
Bintang Desember
like Thor, mulai bawang 😭
2021-03-31
1
Mirna Rayn
☺keren
2021-03-21
1