Cerita Rahasia Kita
Mawar menatap mataku dengan seksama, matanya yang sendu tampak berkaca-kaca, wajah yang biasanya mampu menghiburku dengan keceriaannya itu malam ini terlihat sangat murung. Aku menghela nafasku perlahan, dadaku terasa sangat sesak, tapi aku tidak mau Mawar mengetahuinya karena itu akan membuat
semuanya menjadi semakin berat. Tanganku terus menggenggam tangannya dengan erat, sejujurnya aku tidak ingin melepaskan tangan ini karena aku sangat mencintai sang pemiliknya!
"Apa aku benar-benar tidak bisa berada di sampingmu?" tanya Mawar tiba-tiba. Suaranya terdengar berat dan bergetar. Aku tahu, dia menahan tangisnya sekuat tenaga.
"Kita sudah membicarakan hal ini berkali-kali, Mawar." ucapku pelan. Mawar menghela nafasnya.
"Bukankah kamu mencintaiku?" tanya Mawar lagi. Ia menundukkan kepalanya, kurasa ia mulai meneteskan air matanya.
"Ya! Aku memang mencintaimu! Sangat mencintaimu!" akuku. Mawar kembali mengangkat kepalanya dan menatapku. Benar saja! Air matanya sudah mengalir deras membasahi pipinya, tapi aku tak bisa melakukan apa-apa karena kalau aku mengusap pipinya yang basah itu hanya akan membuat perpisahan ini semakin berat.
"Kamu mengerti keadaanku saat ini kan?!" tanyaku pelan. Mawar terdiam, ia terlihat tidak mampu berkata apa-apa, hanya air matanya yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Hatiku terasa sangat sakit melihatnya meneteskan air mata sebanyak itu.
"Aku tidak menginginkan hal ini terjadi, sungguh! Aku selalu berharap kita bisa bersama selamanya, tapi..."
"Aku akan bersembunyi, kak! Aku tidak akan menunjukkan kalau kita memiliki hubungan!" potong Mawar. Ia terlihat sangat menyedihkan dengan memohon seperti itu, padahal dia gadis yang sangat cantik dan baik, tidak sepantasnya dia mengemis cinta seorang pria seperti ini.
Tangan kanan Mawar meraih tangan kananku yang sedari tadi menggenggam tangan kirinya dan menggenggamnya erat dengan kedua tangannya.
"Tidak bisakah kita bertahan?" tanyanya dengan suara lirih. Kutatap kedua matanya dengan seksama. Aku sungguh mencintai gadis ini, tapi aku benar-benar tidak bisa bersamanya saat ini!
"Mawar, ini tidak semudah seperti yang kamu bayangkan!" tukasku akhirnya.
"Ini pekerjaan yang sudah kuperjuangkan selama bertahun-tahun, Mawar! Aku tidak bisa begitu saja melepaskannya! Aku sudah menandatangani kontrak selama 5 tahun kedepan dan di dalam kontrak itu kami tidak diperbolehkan untuk menjalin hubungan dengan wanita manapun! " terangku. Nada bicaraku sedikit meninggi dan itu membuat Mawar tersentak karena ini pertama kalinya aku berbicara keras dengannya.
"Dengan wanita manapun, Mawar!" tegasku. Aku mencoba melembutkan kembali cara bicaraku, tapi Mawar sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, tangisnya pun akhirnya pecah.
"Cobalah mengerti keadaanku!" pintaku pelan. Perasaanku benar-benar terluka melihatnya menangis seperti itu. Perlahan aku menarik tubuhnya dengan tangan kiriku dan mendekapnya serta memberikannya waktu untuk bisa menumpahkan tangisnya di dadaku. Ia benar-benar menumpahkan seluruh perasaannya saat itu.
Aku kembali menggandeng tangan Mawar dan kami berjalan perlahan mendekati kereta yang akan ditumpangi Mawar untuk kembali ke kampung halamannya. Entah mengapa aku yang sedari tadi yakin untuk melepaskannya tapi semakin mendekati pintu kereta itu, langkah kakiku terasa semakin berat. Ada apa denganku sebenarnya? Perasaanku mendorongku untuk menahan kepergiannya. Tidak bisa! Aku harus melepaskannya! Akan sangat menyakitkan untuknya kalau bertahan di sisiku! Langkah kami terhenti tepat di depan pintu gerbong kereta di mana tempat duduk Mawar berada.
"Aku pergi!" ucap Mawar dengan suara berbisik. Sekali lagi suaranya terdengar berat dan bergetar, ia pasti menahan air matanya lagi. Aku menganggukkan kepalaku pelan. Apa yang harus kukatakan di saat terakhir seperti
ini? Apa yang seharusnya diucapkan untuk melepaskan kepergian wanita yang sangat dicintai?
Deg! Jantungku seperti berhenti berdetak sejenak, tiba-tiba saja Mawar memeluk tubuhku dengan sangat erat. Aku bisa merasakan tubuhnya bergetar, ia kembali menangis di dadaku. Perlahan tanganku membalas pelukkannya itu dan ketika tanganku berhasil mendekap tubuhnya, saat itu juga seluruh perasaanku yang sadari tadi tertahan, meluap semuanya. Aku menciumi keningnya berkali-kali dan kupeluk tubuh mungilnya dengan sangat erat seakan aku tidak ingin melepaskannya lagi. Sungguh, aku tidak ingin melepaskan tubuh itu lagi! Aku mencintainya! Aku
tidak mau berpisah dengannya!
"Bolehkah aku di sini, kak?" Mawar mengulangi pertanyaan itu lagi, dia benar-benar berharap bisa bersamaku. Aku terdiam. Bolehkah dia bersamaku di sini? Haruskah aku meninggalkan impian yang kuperjuangkan selama ini untuk bisa tetap bersamanya? Mungkinkah dia akan tetap setia bersamaku kalau hidupku kembali mengalami kesulitan ekonomi? Kami mungkin saja bisa bertahan berdua, tapi bagaimana dengan keluargaku? Mereka yang sudah membantuku berjuang selama ini, haruskah aku kembali menjadi beban mereka? Kalau aku tidak mengambil
pekerjaan ini, aku tidak akan bisa membiayai kehidupan keluargaku! Kepalaku terasa sakit memikirkan hal itu semua!
"Pulanglah, sayang!" bisikku pelan. Kedua tangan Mawar mencengkram jaketku dan ia membenamkan wajahnya di dadaku, tangisnya kembali pecah.
"Hiduplah dengan sangat baik! Carilah pekerjaan yang benar dan jangan pernah terjebak dengan perusahaan yang seperti ini lagi, ya!" pesanku. Tenggorokanku mulai terasa tercekat karena aku menahan tangisku. Aku tidak boleh menangis di hadapannya, itu hanya akan memperburuk suasana di antara kami! Perjuanganku sudah sejauh ini, aku tidak boleh kalah hanya dengan perasaanku!
"Kamu wanita yang sangat cantik dan baik, aku yakin kamu akan menemukan pria yang jauh lebih baik dariku!" ucapku. Ya, aku akan selalu berdoa untukmu agar bisa mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik dariku, yang akan selalu memperjuangkanmu sekuat tenaga!
"Aku hanya berharap bisa bersamamu!" tukasnya. Aku juga!
"Kalau kita berjodoh, suatu saat kita akan bertemu lagi!" bisikku.
Akhirnya, kami mengakhiri semuanya sampai di sini. Aku melambaikan tanganku begitu kereta yang di tumpangi Mawar perlahan mulai meninggalkan stasiun, Mawar pun melambaikan tangannya. Wajahnya masih tampak sangat menyedihkan, matanya pun terlihat sembab, wajah cantiknya ternoda dengan sisa-sisa air mata. Mataku terus memandangi kereta yang di tumpangi Mawar itu hingga tidak bisa lagi kulihat.
...
Aku berjalan menuju pelataran parkir stasiun dan segera masuk ke dalam mobilku untuk segera meninggalkan tempat ini. Semakin lama aku berada di tempat ini, semakin besar pula rasa penyesalanku yang membiarkan wanita yang sangat kucintai itu pergi meninggalkanku. Dengan cepat aku mengendarai mobilku keluar
dari wilayah stasiun. Aku tidak menyangka kalau akan sesesak ini hanya untuk melepas seorang wanita, aku tidak pernah memiliki perasaan seperti ini sebelumnya. Aku sudah banyak menjalin hubungan dengan wanita, tapi ini pertama kalinya aku merasakan perasaan sedalam ini. Tanpa kusadari, air mataku perlahan
mengalir ke pipiku. Apa-apaan ini? Aku menangis untuk hal sepele seperti ini? Apa aku selemah ini sekarang? Sadarlah Krisna! Perjuanganmu sudah sejauh ini dan ini keputusan yang terbaik! Kamu hanya akan terluka saat ini tapi kamu akan baik-baik saja beberapa hari ke depan!
Aku menginjak pedal gas mobilku lebih dalam lagi untuk membuat laju mobilku semakin kencang. Pikiranku saat ini terasa terlalu penat dan kacau. Pikiranku terus membawaku pada bayangan wajah Mawar yang menangis tadi. Aku benar-benar merasa sangat bodoh! Sampai seperti ini aku merasa kehilangan seorang wanita! Entah mengapa kini aku merasa sangat marah pada diriku sendiri dan menganggap keputusan yang kuambil untuk meninggalkan Mawar adalah keputusan yang egois.
"Aku bisa saja bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan!" gumamku pelan.
"Orang tuaku pasti akan memakluminya, yang terpenting buat mereka adalah kebahagiaanku!" lanjutku.
"Apa aku harus berbalik dan mengejarnya kembali?" tanyaku pada diriku sendiri.
"Tapi ini impianku dan perjuanganku selama bertahun-tahun, apa aku harus menyerah hanya karena seorang wanita?" tukasku. Aku benar-benar seperti orang yang tidak waras karena terus berbicara pada diriku sendiri. Aku menghela nafasku berkali-kali, dadaku terasa sangat sesak saat ini, semuanya karena aku merasa salah dengan keputusan yang sudah kuambil ini. Aku merasa salah sudah melepaskan Mawar begitu saja.
"BRAAAKKK!!!" Sebuah suara benturan keras memekakkan telingaku. Sesuatu menghantam mobilku hingga membuat mobilku terhempas dari badan jalan, meskipun menggunakan seat belt tapi tubuhku tetap bisa merasakan guncangan kuat itu dan kepala serta tanganku beberapa kali terbentur badan mobil. Mobilku berguling berkali-kali hingga akhirnya berhenti dengan posisi bagian kepala berada di bawah. Jantungku berdebar dengan sangat kencang. Mataku mulai memperhatikan sekitarku, semuanya tampak hancur berantakan, tiba-tiba sesuatu yang berbentuk cair menetes, cairan itu berwarna merah pekat. Apakah itu darahku? Aku menggerakkan kepalaku perlahan untuk melihat dari mana darah itu berasal dan... jantungku seperti berhenti berdetak sejenak! Sebuah potongan besi menancap di dadaku, dari sanalah tetesan darah itu berasal. Tanganku perlahan bergerak ke arah potongan besi yang tertancap di tengah dadaku itu, potongan besi itu seakan mencoba menghujam jantungku.
Awalnya aku sama sekali tidak merasakan sakit sedikitpun pada tempat di mana potongan besi itu tertancap, tapi secara perlahan rasa sakit itu mulai terasa dan kini rasanya sangat sakit! Dadaku terasa sangat sakit! Sama seperti ketika aku melepaskan Mawar di stasiun tadi! Darah yang menetes dari luka itu semakin deras mengucur. Apa tidak ada yang akan menolongku di sini? Aku baru saja akan memulai pekerjaanku minggu depan, tidak adakah yang akan menolongku? Apakah ini karma karena aku sudah membuat seseorang terluka hanya karena aku ingin
mempertahankan pekerjaanku? Sekarang, kalau aku mati di tempat ini semua impian yang kuperjuangkan selama ini akan sia-sia!
"Ku.. kumohon tolonglah aku!" lirihku. Seketika pandanganku berubah menjadi putih pekat, aku tidak bisa melihat apa-apa selain warna putih itu.
"Ma.. maafkan aku! Maafkan aku Mawar!" ucapku pelan. Akhirnya aku kehilangan kesadaran.
...
Hai! Bertemu lagi dengan karya terbaruku!
Terima kasih sudah berkenan membaca karya terbaruku ini ya! Aku berharap kamu akan menyukai karya terbaruku ini 😁
Kembali aku memohon dukungan darimu..
Jangan lupa like di setiap episodenya, vote, dan share ya supaya lebih banyak yang baca cerita ini..
Dukungan darimu sangat berarti untukku.. ❤
Terima kasih 😘
Baca juga karyaku yang lainnya, yuk! Siapa tahu kamu suka! 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Krisna New
aku mampir thor
2021-02-19
0
Ratna Azwaranin
ljut bro
2021-02-12
1
💞bae_kimsoo💞
lanjua baca kk
mampir juga yah HARUSNYA AKU BUKAN DIA terima kasih
2021-02-12
2