Sebelum baca please, pencet tanda 👍🏻
jangan lupa komen juga yah, please... Tinggalkan jejak kalian, nanti aku mampir balik kok ❤️
Santaikan posisi kalian, atur posisi rebahan terbaik kalian dan selamat membaca ☺️
•••
Cicil kaget saat Riki mengajaknya makan di warung pinggir jalan. Pantas saja Riki memaksanya pergi hanya mengunakan kaos dan celana jeans.
"Aa, kita duduknya dimana,"tanya Cicil bingung saat melihat banyaknya orang didalam warung tenda tersebut.
"Dikursilah, Neng. Masa mau duduk di atas kompor,"canda Riki sambil menahan tawanya melihat Cicil yang kebingungan.
"Kursi dimana?"Cicil mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri. Mau duduk dimana dia?
Riki langsung mengambil satu buah kursi yang ditumpuk tinggi didepannya. "Duduk disini, Neng,"ujar Riki.
Cicil dengan patuh duduk di kursi plastik yang di sediakan oleh Riki. Riki kembali membawa satu buah kursi lagi untuk duduk.
"Hai Mas Riki."
Riki yang sedang menyimpan kursi plasti disebelah Cicil, langsung melirik ke kanan. Senyuman Riki mengembang saat melihat Ria. Ria adalah pelayan di warung tenda tersebut.
"Hai Ri, lagi jaga?"tanya Riki santai sambil duduk disamping Cicil.
"Iya Mas, mau pesen apa Mas?"tanya Ria semangat, sudah 6 bulan Ini hari-harinya diwarnai kedatangan Riki dan Edy. Ria merasakan sedikit ketertarikan pada Riki.
"Pesen matanya dijaga, Mbak..!"ujar Cicil pedas.
Ria langsung melihat Cicil dengan pandangan kaget, "Dijaga Mbak?"
"Iya dijaga matanya, ngak usah jelajatan liat pacar orang..!"
"Cil..."tegur Riki lembut sambil mengelus paha Cicil.
"Siapa sih dia Mas?"tanya Ria kesal, cantik sih tapi kok judes. Terus kenapa dia marah-marah. Emang dia siapanya Mas Riki.
"Maafin, calon istri saya, yah. Dia lagi ngak enak badan,"ujar Riki sambil mengelus paha Cicil.
Mata Ria terbelalak, astaga ternyata Riki sudah memiliki calon Istri dan parahnya calon istrinya secantik ini. Oke mungkin Ria harus mundur perlahan.
Cicil menyungingkan senyumannya saat dikenalkan sebagai calon istri Riki. Belum pernah dia sebahagia ini. Detik ini juga rasanya dia ingin salto.
"Oh iya, Mas,"ucap Ria lirih sambil melirik Cicil yang sedang menatap Ria sambil menjulurkan lidahnya dan mengenggam tangan Riki.
"Aku pesen 2 nasi, 2 ayam bakar, 2 es jeruk yah,"ujar Riki sambil tersenyum manis pada Ria.
"Iya."jawab Ria sambil pergi berlalu dari meja Cicil dan Riki.
"Aaahh ahhh..." teriak Riki kaget saat bibirnya di cubit kemudian digerakkan kekakan dan kekiri oleh Cicil.
"Ngak usah senyum-senyum, ngak usah ganjen sama orang lain,"ujar Cicil sambil memicingkan matanya.
"Iya..janji,janji..."ujar Riki sambil melepaskan tangan Cicil dari bibirnya.
"Awas aja kalau bohong..."
"Berani ketiban kapal tengker deh, beneran..."potong Riki sambil menunjukkan tanda V dengan tangan kanannya.
Cicil langsung terkekeh mendengar perkataan Riki yang memang selalu membuat dirinya tertawa. Lelaki papermintnya ini selalu membuat hidupnya ceria.
"Eh kamu bisa makan nasi, leher kamu 'kan,"tanya Riki, Riki baru inget keadaan leher Cicil.
"Hm... ngak tau nanti dicoba aja, tapi kayanya bisa sih. Tadi pagi aku masih bisa nelen roti,"ujar Cicil sambil mencari ikat rambutnya, suhu udara di warung tenda itu benar-benar panas, ditambah suara lalu lalang mobil memekakkan telinga Cicil.
Tetttttt....
"Ehhhh astaga Aa, itu kenapa orang ngelakson sampe sebegitunya,"ujar Cicil sambil menutup kedua telinganya. Kepalanya tiba-tiba sakit mendengar bunyi klakson mobil yang benar-benar memekakkan telinga.
"Ngak papa, mungkin motor didepannya ngehalangin,"jawab Riki santai sambil mengambil ikat rambut dari tangan Cicil.
"Mau apa?"
"Sini aku iketin rambut kamu, aku sering iketin rambut adik perempuan aku,"ujar Riki sambil mengikat rambut Cicil menjadi ikatan ekor kuda. Cicil hanya tersipu-sipu malu saat Riki mengikat rambutnya. Perhatian-perhatian kecil Riki selalu membuat Cicil melambung kelangit ke tujuh.
"Makasih, Aa.."
Pembicaraan mereka terhenti saat Ria membawa makanan mereka kemudian menyimpannya diatas kursi plastik disamping Riki.
"Makasih,"ujar Riki pelan, Ria langsung menganggukkan kepalanya kemudian berlalu dari sana.
Cicil kebingungan, gimana cara makannya? Ngak ada meja, mau makan gimana caranya? Masa mau makan dibawah? Ini gimana caranya? Mana sendok dan garpu?
Hampir saja Cicil menangis kebingungan gimana caranya dia makan tanpa meja, tiba-tiba...
"Aaa..."
Cicil menurut dan membuka mulutnya lebar-lebar, Riki menyuapi Cicil ayam, nasi dan sambal. Sensasi manis ayam, tawarnya nasi dan pedasnya sambal langsung meledak di mulut Cicil. Enak cuman..
"PEDES... ha...haaah..." Cicil langsung mengipasi mulutnya dengan kedua tangannya. Astaga pedesnya jangan ditanya, ini warung mau bunuh orang apa?
"Astaga, maaf Aa lupa kamu ngak suka pedes," Riki langsung mengambil es jeruk dan memberikan kepada Cicil.
Dengan cepat Cicil meminum es jeruknya, mencoba menetralkan rasa pedas dimulutnya. Air mata Cicil tiba-tiba mengalir diujung mata Cicil. "Pedes banget, Aa. Sumpah..."
"Maaf..maaf, ngak pake pedes yah,maaf.." ujar Riki panik. Cicil hanya menganggukkan kepalanya sambil mengembikkan mulutnya. Cicil tidak suka pedas, pedas membuat kepalanya sakit.
"Aku makan sendiri aja Aa, makannya sambil pegang piring yah?"tanya Cicil pada Aa sambil mengambil piring berisikan nasi dan ayam. Dengan hati-hati Cicil mencuil-cuil ayam bakar di piringnya kemudian memakannya sedikit demi sedikit. Cicil tidak biasa makan menggunakan tangan, besar di Belgia membuat dia selalu makan menggunakan sendok dan garpu.
Cicil makan dengan tenang, ternyata ayamnya enak. Cicil suka, rasa manisnya sangat pas dengan lidahnya. Ini Ayam terenak yang pernah Cicil makan. Tanpa sadar ayam dihadapannya sudah habis, Cicil yang masih lapar langsung melirik piring Riki yang masih ada potongan ayam.
"Aa..."panggil Cicil manja.
Riki yang sedang asik memakan makannya, langsung melirik kekasihnya itu. "Kenapa Neng?"
"Itu... ngak dimakan ayamnya?"
Riki menatap Cicil curiga, ada apa lagi ini kekasihnya, jangan bilang dia mau ambil ayam miliknya.
"Mau, kamu mau," tanya Riki sambil mengangkat ayamnya. Cicil dengan mata berbinar menganggukkan kepalanya sambil mengangkat piringnya berharap Riki memberikan ayam miliknya.
"Ngak...enak aja, aku lapar tau,"ujar Riki sambil menjulurkan lidahnya membuat Cicil mengembikkan mulutnya saking kesalnya.
"Aa mah jahat ah, tau ah."
"Bahahaha... udah udah jangan marah, nih buat kamu, udah jangan marah,"Riki langsung menaruh ayam bakar dipiring Cicil.
"Nah gitu, baru calon suami idaman,"ujar Cicil sambil tersenyum senang.
"Ya udah nanti mahar nikah sama kamu, ayam bakar 24 ekor yah, biar happy kamu,Neng,"canda Riki sambil menyikut Cicil yang sudah asik mencomoti ayam di piringnya.
"Iya, jangan lupa ngak pake sambel,"tawar Cicil sambil tersenyum senang.
Riki tertawa sambil menatap wajah Cicil, gadis cantik yang akan dia perjuangkan sampai kapanpun. Mulai besok dia akan menjaga gadis ini, membuat dia aman jauh dari Albert Connor. Mengingat nama Albert Connor saja sudah membuat Riki mengeretakkan giginya, ah andai dia tau Cicil di pukuli sampai biru-biru, mungkin tadi sudah tinggal nama Albert Connor dan tidak mungkin juga Riki menandatangani surat perjanjian baru dengan Albert.
•••
Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...
Add ig author yah storyby_gallon
Jangan lupa comment,like, kasih bintang, kasih tau juga orang-orang satu kampung buat baca karya author and vote yah ❤️❤️
Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...
Salam sayang Gallon
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Nur Hayati
cicil nanti kamu coba deh nasi padang 10 ribu enak loh🤤🤤🤤🤤
2022-06-22
0
Dini Ratna
iihhh "Aa Rjki bikin baper aja dech
2021-06-26
0
wiwit
selamat datang Cicil di dunia rakyat jelata 😁😁
2021-04-28
0