Sebelum baca please, pencet tanda 👍🏻
jangan lupa komen juga yah, please... Tinggalkan jejak kalian, nanti aku mampir balik kok ❤️
Santaikan posisi kalian, atur posisi rebahan terbaik kalian dan selamat membaca ☺️
•••
Albert diam saat melihat Cicil berjalan meninggalkan dirinya yang terduduk dilantai. Matanya nanar melihat bagian tubuh belakang Cicil yang sedikit demi sedikit meninggalkan dirinya.
Buku-buku tangan Albert memutih karena ditekan dengan sangat keras kelantai. Rahangnya sakit, ada darah yang keluar dari hidungnya.
“Pak, bapak ngak apa-apa?”tanya Kharis sesaat keluar dari lift. Kharis dengan cepat mendekati Albert. Tangan Kharis berusaha untuk menyentuh Albert, menyentuh tubuh candunya.
Albert dengan cepat mendorong Kharis, rasa-rasanya dia tidak membutuhkan Kharis didekatnya. Saat ini dia membutuh kan Cicil, wanita yang sudah memporak porandakan hatinya.
“Bawa kotak p3k keruangan saya,” perintah Albert sambil berdiri.
“Baik Pak,”jawab Kharis sigap sambil berlari keruangan yang memiliki kotak p3k.
“Pak, mau saya panggilkan. Dokter?”tanya Satpam.
“Ngak usah, saya mau keruangan saya,”tolak Albert sambil berlalu dari sana.
Orang-orang yang menonton aksi Riki yang memukuli Albert dan dipisahkan oleh Cicil, kemudian berakhir dengan perginya Cicil dengan Riki langsung membuat gosip. Yup... gosip panas, gosip terhits.
Cicil Bouw meninggalkan seorang Albert Connor demi lelaki kampung bernama Riki Trina.
“Liat ngak tadi? Bu Cicil ninggalin Pak Albert.”
“Lah, gue mending milih Pak Albertlah, kaya udah gitu ganteng pula.”
“Cowo itu ‘kan Riki Trina yang punya restoran yang lagi hitz di Jakarta.”
“Tapi beda jauh, bagaikan langit dan bumi lah, Pak Albert sama Riki. Kaya Sultan sama kacung tau bedanya.”
“Mungkin Bu Cicil bosen kaya kali, pengen nyoba jadi orang miskin.”
“Idih, ngak bersyukur banget Bu Cicil.”
Rumor, gosip dan omongan-omangan manusia julid terdengat di kuping Albert. Albert hanya tersenyum mendengarkan gunjingan orang-orang disekitarnya.
‘Bagus, gunjingkan Cicil dan Riki, aku yang teraniyaya disini,’batin Albert sambil masuk kedalam lift.
Didalam lift Albert memutar otaknya, dia benar-benar harus mendapatkan kembali Cicil dengan cara apapun. Cicil wanita yang membuat dirinya bertekuk lutut. Kehangatan tubuh Cicil dan permaianan liarnya diranjang membuat Albert jatuh cinta dan tidak bisa meninggalkan Cicil.
“DAMN...!! DAMN...!!!”teriak Albert terus menerus. Albert menendang-nendang angin dengan kesal. Otaknya benar-benar buntu, Cicil benar-benar pergi menjauh dari cengkramannya.
Siapa Riki Trina itu? Oke dia tau Riki adalah salah satu orang yang bekerja sama dengan dirinya. Riki adalah orang yang lumayan sukses untuk mengelola usahanya. Tapi, dia bahkan lebih miskin dari dirinya. Riki hanya orang kampung...!!!!!
Jangan tanya urusan bibit, bebet dan bobot.Albert bisa pastikan keluarganya bukan kelurga main-main. Dia lebih baik daripada Riki atau siapapun mantan kekasih Cicil. Tapi kenapa Cicil lebih memilih pergi meningalkan dirinya?
Apa dia kurang tampang? Cuman gadis sinting yang bilang dirinya jelek. Apa dia kurang kaya? Astaga jumlah uang di akun banknya mungkin bisa menafkahi semua orang miskin di Indonesia. Apa dia kurang hebat di ranjang? Bullshit masih teringat di benaknya betapa sering Albert membuat Cicil sampai kepuncaknya berkali-kali dalam satu permaianan. Terus apa kurangnya?
Apa bagusnya Riki Trina..!! Argh siap kepalanya hampir pecah memikirkan hal ini.
Tring...
Albert langsung keluar lift kemudian berjalan kedalam kantornya. Dia harus mengetahui siapa sebenarnya Riki. Ada hubungan apa Riki dan Cicil. Otaknya berputar cepat, dia harus bertanya pada seseorang. Tapi siapa? Laura? Mana mau dia memberitahukan siapa Riki sebenarnya. Juan? Mantan tunangan Cicil itu lebih menakutkan dari pada calon Ayah mertuanya.
Sebentar, kenapa dia tidak telepon Ayah mertuanya saja. Ah... bodoh, cara ini adalah cara tercepat untuk dirinya bisa mendapatkan Cicil kembali bahkan mengikat Cicil dengan erat.
Albert mengambil handphone ditangannya kemudian memencet nomer telepon Papih Jeff, Papih Cicil. Pada dering ke tiga Papih Jeff mengangkat telepon Albert.
“Hai, Albert.. ada apa tumben nelpon Papih,”ujar Jeff ramah.
“Hai, Pih.. gimana sehat?”tanya Albert berbasa basi.
“Sehatlah, gimana kabar anak Papih?”tanya Jeff.
“Baik, Pih. Ehm Pih Albert mau tanya, Papih kenal Riki Trina?”
“Riki Trina, Who?”Jeff benar-benar tidak ingat ada orang bernama Riki Trina di lingkaran pertemanan dirinya.
“Riki Trina, yang punya restoran Water Teapot,”ucap Albert sambil duduk dikursinya. Hening sebentar diujung telepon sana.
“Ah... iyah ingat, Riki Trina pengusaha muda yang sedang lumayan sukses. Tapi kenapa kamu penasaran sama Riki? Dia itu belum ada apa-apanya sama kita,”ujar Jeff, Riki Trina bukanlah lelaki yang harus diperhitungkan dikehidupannya. Penghasilan Riki sebulan paling hanya bisa untuk menggaji pembantu dirumahnya saja.
“Ngak, aku cuman tanya aja. Riki pernah ada hubungan dengan Cicil, Pih?”
“Cicil? Ngaco kamu, Cicil mana mau berurusan dengan lelaki semiskin itu. Ayolah Albert, kamu tau sendiri siapa mantan tunangan Cicil. Cicil saat ini juga berpacaran dengan kamu, ayolah jangan berpikir aneh-aneh. Mana mau Papih punya mantu orang miskin,”Jeff menjawab dengan cepat, alergi dia harus menikahkan anaknya dengan orang miskin.
Mendengar perkataan Papih seringai senang langsung terbentuk di bibir Albert, inilah yang disuka Albert dari Jeff. Lelaki ambisius mata duitan yang sangat-sangat menjunjung tinggi harta kekayaan, membuat dirinya dengan mudah menjerat Cicil.
“Aku nanya aja, Pih. Oh yah Pih, aku besok ketempat Papih yah, ada yang ingin aku omongin,”ujar Albert sambil tersenyum saat melihat Kharis masuk keruangannya dengan membawa kotak obat P3K.
Albert memberikan isyarat pada Kharis untuk mengunci pintu ruangan kerjanya dan meminta Kharis untuk duduk disofa kantornya. Dengan cepat Albert menekan tombol dibawah mejanya. Dengan cepat kaca disekeliling ruangan kantornya berubah menjadi gelap, membuat orang diluar tidak bisa melihah apa yang terjadi di bagian dalam.
Kharis yang mengerti apa yang diinginkan bosnya itu langsung tersenyum senang, sudah hampir 2 bulan dia tidak melakukannya dengan Albert. Semenjak Albert berpacaran dengan Cicil, rasanya Albert sudah tidak mau menyentuh dirinya lagi.
Tangan Kharis langsung masuk kesalah satu kantong celananya, wajah senangnya langsung berubah muram saat menyadari dia lupa membawa sesuatu yang penting itu.
‘Ah... sial, kenapa lo lupa bawa benda penting itu,’batin Kharis, Kharis mengingat-ingat dimana dia menyimpan “pengaman” miliknya. ‘Ah.. dia masih menyimpan di laci meja kerjanya’ujar Kharis didalam hatinya.
Dengan cepat Kharis beranjak dari kursi dan berjalan ke pintu kantor Albert.
BRAKK...
“Mau kemana?”tanya Albert yang entah sejak kapan sudah ada di belakang tubuh Kharis.
“Pak..”
“Albert, Honey... call me Albert,”ucap Albert sambil menciumi telinga kanan Kharis.
Kharis terkesiap, pesona seorang Albert Connor memang tidak bisa diangap remeh. Tangan Albert langsung menarik kemeja Kharis dengan cepat, membuat kancing-kancing kemeja Kharis copot dan berjatuhan di lantai.
“Al..” desahan meloncat keluar dari bibir mungil Kharis saat tangan Albert menjamah salah satu bukit kembarnya.
“Like it ?” tanya Albert basa basi, dengan menatap wajah Kharis saja Albert sudah tau bahwa Kharis menyukainya.
(Suka?)
“Aku lupa bawa ‘pengaman’,”ujar Kharis yang berjuang untuk menahan hasratnya sendiri yang hampir meledak.
“Albert..!!”
Kharis hanya bisa pasrah, pasrah dijadikan budak nafsu seorang Albert Connor.
•••
Ingat bukalah pikiran kalian seluas-luasnya para reader ..!!!! 😬😬😬
Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...
Add ig author yah storyby_gallon
Jangan lupa comment,like, kasih bintang, kasih tau juga orang-orang satu kampung buat baca karya author and vote yah ❤️❤️
Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...
Salam sayang Gallon
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Juliezaskia
lah, kirain kharis cowok
2022-04-20
1
sailormoon
kharis cwo berbukit kembarkah
2021-10-17
0
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
bau bau bakalan bunting ni si kharis...
2021-10-10
0