PERSYARATAN GIANDRA

" Betul Mas, namun aku tidak bisa membantu lebih lagi kepada Bapak, karena aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi, semua aset atas namaku sudah di bekukan, saat aku keluar dari rumah aku hanya membawa satu koper kecil yang dalam perjalanan koper itu entah hilang kemana, hiks, hiks, hiks, hiks"

Amanda mulai menangis ketika mengingat bagaimana pertama kalinya satu keluarga besar Joyodiningrat mengusir nya keluar dari rumah, hati Amanda hancur dengan semua perlakuan keluarga nya tersebut.

"Menarik, kisah mu sungguh menarik,namun sayangnya jasa ku terlalu mahal sehingga kau tidak memiliki uang untuk membayar nya"

"Iya itu benar, itu sebabnya aku tidak lagi mau untuk meminta tolong lagi kepadamu, karena aku tau diri aku tidak akan sanggup membayar Pengacara seperti mu"

"Mbak Manda yang sabar yah, segala sesuatu yang sudah terjadi tidak akan melebihi kekuatan dari mbak Amanda "

"Sudah lah Nin, kau tidak perlu untuk melakukan ceramah mu disini, saat ini dia sebenarnya sedang membutuhkan seorang Pengacara untuk kasus yang sedang dihadapi, tapi permasalahan nya dia tidak memiliki uang untuk membayarnya, jadi yang dia butuhkan bukan ceramah mu tapi dia butuh uang"

"Mas, apakah Mas Giandra bisa sedikit lebih memiliki empati kepada Mbak Amanda, coba Mas bayangkan jika posisi Mas Giandra ada pada mbak Amanda "

" Nin untuk apa aku capek - capek harus membayangkan posisi gadis itu, membayangkan saja aku tidak akan mau berada di posisi dia"

Anindita menarik nafasnya dalam - dalam, jika bukan karena permintaan Ibu Giandra untuk Anindita bekerja bersama Giandra, sudah dari tadi Anindita ingin melempar Giandra dengan sepatu nya, karena setiap perkataan nya selalu membuat orang yang mendengarkan nya merasa geram.

"Mbak Manda, maafkan semua perkataan Mas Giandra yah, sekarang mbak istirahat saja dulu, nanti kita bicarakan lagi"

"Tunggu, siapa yang menyuruh dia beristirahat, pembicaraan kita belum selesai Nin"

"Mas, bagaimana pembicaraan bisa selesai dengan baik, jika dari tadi perkataan mas Giandra seperti hendak menyerang mbak Amanda,Mbak Amanda ini seorang wanita dimana perasaan lebih dominan dan perkataan mas bisa membuat rasa sakit mbak Amanda semakin bertambah, yang mbak Amanda butuhkan sekarang itu adalah ketenangan dan juga pertolongan, jika memang mas tidak bisa memberikan pertolongan setidaknya berikan mbak Amanda ketenangan sedikit saja, mas masih punya hati nurani kan? "

Anindita mulai geram dengan Giandra dan seperti nya akan terjadi perang adu mulut lagi antara Anindita dan Giandra.

" Kau yakin aku tidak bersedia untuk membantunya Nin? "

" Iya memang kenyataan seperti itu bukan? "

" Lalu bagaimana jika pada akhirnya aku bersedia melakukan itu? "

Anindita langsung terdiam mendengar setiap ucapan dari Giandra, dan kini mata Amanda yang berganti memandang tajam ke arah Giandra.

" Aku akan membantu mu, dengan sebuah syarat"

"Apa syarat nya? "

"Jadilah budak ku"

"Mas Giandra kau keterlaluan!! "

" Diam kau Anindita, aku sedang berbicara kepada dia"

Anindita yang sudah bersiap - siap untuk beradu mulut dengan Giandra kini hanya terdiam ketika Giandra mulai membentak Anindita.

"Namaku Amanda, panggil aku Manda, jangan menunjuk - nunjuk aku dengan tanganmu tanpa kau menyebutkan namaku Mas"

Amanda yang sudah menghapus air matanya kini dengan berani mulai menjawab setiap perkataan dari Giandra.

"Haruskah aku memenuhi syarat itu baru kau akan membantu aku?, budak dalam hal apakah? "

" Ya jika aku bersedia, maka aku akan membantu kasus ini sampai tuntas dan tidak meminta bayaran apapun padamu, budak dalam hal apapun dimana aku membutuhkan mu disitulah kau harus selalu ada untuk ku, jika kau melanggar maka aku akan meminta kau membayar jasa Pengacara ku tiga kali lipat, apa kau sanggup dengan syarat yang aku ajukan ini?