"Pooooh sekarang kamu ada dimana? apakah kau masih mengingat ku? "
Giandra mengeluarkan sebuah foto, di dalam foto tersebut berisi dia dengan seorang gadis kecil yang tersenyum bahagia memegang sebuah boneka.
" Pooooh aku berjanji akan mencari dirimu dan apapun akan kulakukan untuk menemukan mu"
Lama Giandra memandang foto dan gadis kecil yang berada di dalam foto tersebut, namun belum selesai dia memandang foto tersebut tiba-tiba ada yang menyalakan lampu di dalam ruangan nya,ya jika Giandra sedang lembur dia lebih suka bekerja dalam kegelapan karena buat dia kegelapan itu sudah akrab di dalam hidupnya.
"Mas, ayo pulang jangan paksakan dirimu, esok kita harus membela salah satu klien kita di meja hijau, aku berharap mas Giandra bisa istirahat pada malam hari ini"
"Nin pulanglah terlebih dahulu, aku masih ingin sendiri di dalam ruangan ini"
"Tapi mas"
"Kubilang pulang ya pulang Nin! "
"Baiklah mas"
Anindita kembali menutup ruang kerja tempat dimana Giandra masih enggan untuk beranjak dari tempat duduk nya tersebut.
Kenangan indah di masa kecilnya dengan seorang gadis yang hingga saat ini masih di cari membuat dirinya enggan untuk memulai sebuah hubungan percintaan yang serius.
Selama ini Giandra selalu main-main dengan setiap wanita yang berkencan dengan dirinya.
"Pooooh, aku sangat yakin suatu saat aku kan bertemu dengan dirimu"
Giandra mencium foto tersebut berulang - ulang, seseorang laki-laki terkenal dengan sisi dirinya yang dingin dan arogan ternyata memiliki cinta masa kecil yang begitu membekas di dalam setiap ingatan nya.
Malam hari itu Giandra memilih untuk terlelap di dalam ruang kerjanya, ditemani oleh foto dari gadis kecil yang masih dia cari keberadaan nya hingga saat ini.
Keesokan hari, pagi-pagi sekali Amanda sudah bangun dari pingsan nya dan dia mendapatkan diri di dalam sebuah kamar yang tentunya sudah tidak asing lagi.
"Aku dimana, kamar ini astaga pasti mas Prasetya yang membawa aku pulang lagi kemari "
Dengan perlahan Amanda bangun dari tempat tidur dan segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Selesai mandi Amanda bersiap untuk pergi dari tempat itu.
" Aku harus pergi, tempatku bukan disini, aku tidak dikehendaki lagi di tempat ini, namun aku harus mengisi terlebih dahulu perutku dengan makanan agar dijalan nanti aku tidak kelaparan "
Amanda mengendap keluar kamar menuju ke meja makan, di dalam meja makan tersebut Amanda menemukan beberapa potong roti tawar dan segera saja setelah itu Amanda memasukkan roti tersebut ke dalam tas nya.
Belum sempat Amanda pergi di belakang dirinya ada seorang yang sudah sedari tadi mengamati dirinya.
"Hei dasar kau pencuri!! "
Deg
Ya Tuhan, aku ketahuan oleh nenek lampir.
Amanda membalikan badan dan melihat Citra sudah berdiri di belakang Amanda.
" Gadis tak tau diri, jadi sekarang pekerjaan mu yang baru juga mencuri makanan ha? "
" Kalau iya memang nya kenapa mbak Citra?, toh tidak ada yang peduli lagi padaku"
"Dasar gadis tidak tau diri!! "
" Oh iya memang Amanda tidak tau diri, apa lagi yang mbak mau katakan? Amanda anak haram? Amanda bukan adik kandung mbak Citra? Ayah Amanda pembunuh dari Mama? apalagi mbak? apa masih ada yang kurang yang belum Amanda katakan kepada mbak Citra? "
" Dasar kau wanita jalang"
Deg
Perkataan Citra masuk sampai ke dalam relung hati Amanda yang paling terdalam, selama ini meskipun dia selalu mendengarkan sumpah serapah keluarga besar terhadap dirinya, namun baru kali ini dia disebut wanita jalang.
PLAK!!
Tiba-tiba Amanda maju dan menampar wajah Citra.
"Jaga perkataan mbak Citra!! "
" Siapa disini yang wanita jalang, merebut kekasih adik nya dengan cara melakukan hal yang tidak pantas dilakukan sebelum pernikahan, mbak Citra yang wanita jalang perebut kekasih adiknya!!!!! "
Amanda berteriak kencang ke arah Citra dan Citra begitu kaget dengan keberanian Amanda, karena selama ini Citra mengenal Amanda sebagai gadis yang penuh dengan kelembutan dan sekarang Amanda yang berdiri dihadapan nya bukanlah Amanda yang dulu.
" Kenapa mbak diam saja? semua perkataan Amanda benar kan? mbak yang wanita jalang perebut kekasih orang"
"Ada apa ini, kenapa aku mendengar keributan di pagi hari "
Tiba - tiba Prasetya muncul dari arah kamar karena sedari tadi saat dirinya masih tidur, dia mendengarkan suara ribut di meja makan.
" Manda kau sudah bangun, bagaimana keadaan mu sekarang? ayo mas Prasetya periksa sekali lagi"
Prasetya mencoba meraih tangan Amanda namun Amanda menangkis dengan cepat pergerakan tangan dari Prasetya.
"Tidak perlu mas, Manda sudah sehat, mas cukup mengajari istri mas saja bagaimana dia berkata - kata dengan baik, dan mas cukup menghargai istri mas saja untuk bisa bercermin kepada diri sendiri, terima kasih untuk pertolongan nya, sekarang Manda harus pergi karena di rumah ini Manda sudah di usir"
"Manda tunggu!! "
"Mas Prasetya berani mas melangkah untuk mengejar Amanda, maka aku tak segan - segan untuk melukai diriku dihadapan mas Pras"
Prasetya yang hendak mengejar kepergian Amanda tiba-tiba dikagetkan oleh perbuatan nekat Citra yang tiba-tiba kini sudah memegang pisau di tangan kanan dan mengarahkan pisau tersebut ke pergelangan tangannya.
Prasetya yang mengetahui perbuatan nekat dari Citra langsung saja mengurungkan niat untuk lebih lagi mengejar Amanda yang sudah lari keluar dari rumah mereka.
"Oke, oke, oke Citra sekarang letakan pisau itu dan tenang yah"
"Enggak mas, mas jahat mas tidak pernah mencintai ku hiks, hiks, hiks, hiks, hiks, perasan mas tidak pernah berubah untuk Amanda, mas jahat hiks, hiks, hiks, hiks, hiks"
"Citra ini bisa kita bicarakan,tapi lepaskan pisau itu dulu dari tanganmu,mas berjanji tidak akan mencari Amanda atau menyusul nya kembali, mas berjanji padamu"
"Mas harus berjanji pada nantinya apapun keadaan Amanda saat mas kembali menemukan dirinya di jalanan mas tidak akan membawanya seperti semalam kalau tidak aku akan melakukan hal nekat ini dihadapan mas Pras"
Citra sudah menempelkan pisau tersebut pada kulitnya.
"Oke, oke, oke mas berjanji padamu Citra sekarang letak kan pisau itu"
Perlahan - lahan Prasetya mendekat ke arah Citra dan dengan perlahan pada akhirnya Prasetya berhasil mengambil pisau yang berada di tangan Citra tersebut.
Prasetya langsung memeluk istrinya, dan Citra menangis begitu kencang dihadapan Prasetya.
"Citra maafkan mas, maafkan mas, mas berjanji tidak akan membawa Amanda ke dalam rumah ini lagi, mas berjanji tidak akan membawa nya kesini apapun keadaan nya nanti,mas berjanji"
Didalam setiap tangisan nya Citra tersenyum, kini dia bisa kembali mengendalikan suami nya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Muri
suatu saat terbungkar lh tabiat citra
2023-08-18
0
Sumardani Yati Ori
😂🤣😅😆👍keren thor
2022-09-02
0
theresia gwattiny
berkaca dulu pada diri sendiri, apa hdp mu sdh benar dihadapanTuhan dn masyarakat ,baru deh nilai orng lain.
2021-06-05
0