Hari hari yang di lalui perempuan cantik itu masih sama seperti biasa tidak ada yang berubah.
Dia sangat menikmati jalan hidup yang sudah tuhan gariskan buat dia.
Baik buruknya hidup hanya kita yang tau, jika kita ingin hidup dengan baik maka jalankan semuanya sesuai dengan peraturan hidup yang ada tapi sebaliknya jika kita memilih jalan sesuka hati dan tidak ada pedoman hidup maka hidup kita selamanya tidak akan pernah baik.
Sejak kejadian empat tahun lalu dimana hidup dia sudah mulai berubah.
Sejak hari itu dimana dia harus menjalani hidup yang penuh dengan perjuangan serta memberikan motivasi jarak jauh buat seseorang yang jauh di sana lagi berjuang demi kehidupannya.
"Sayang jangan cepat cepat jalannya! nanti jatuh." Baru saja perempuan cantik itu bicara malah ucapan itu langsung terjadi.
Apa mulut dia tidak bisa bicara baik, seperti mengucapkan jalan hati hati akan lebih enak di dengar serta memiliki doa yang baik juga.
" Sakit hiks hiks." Menangis sambil memegang lutut yang berdarah tapi hanya sedikit namun namanya anak kecil jatuh sedikit saja langsung cengeng.
"Kan sudah bilang jalannya jangan cepat cepat, emang mau kemana hhmm?" Membersihkan luka yang tidak besar itu tapi bagi anak kecil itu sudah termasuk dalam kategori sakit.
Kalau orang besar yang mengalami itu tapi menangis juga maka akan di suruh lagi balik kecil atau mimik sama mama di rumah.
"Sini di gendong aja mau ya?" Kasih sayang yang di berikan selama ini tidak pernah berkurang sedikit pun.
"No Zio udah besar, Zio ngak mau di gendong seperti anak kecil." Astaga yang bilang dia sudah besar siapa?, bilangnya bukan anak kecil lagi tapi jatuh dikit sudah nangis saja.
"Hey tampan jika bukan anak kecil lagi! kenapa jatuh dikit langsung nangis hhmm?" Merasa gemas sendiri ingin cubit takut malah tambah nangis nanti.
Sejak kapan dia merasa bukan anak kecil lagi, ah perasaan baru kemarin dia lahir sekarang sudah merasa besar saja padahal umur baru empat tahun bulan ini.
Namanya Zional Putra A. Nama itu Ziva sendiri yang memberikan waktu Zio baru lahir.
"No siapa yang nangis tadi hanya kaget and ini air mata bikin malu saja pake acara keluar." Mengusap kasar air mata yang keluar sedikit itu, iya sedikit tadikan sudah di bersihkan juga makanya tidak banyak lagi.
"Iya Zio memang ngak nangis, sekarang mau apa? langsung pulang atau ada yang mau di beli?" Dia baru menjemput Zio kecil dari Sekolah karena sejak kecil Zio sudah mulai belajar dan baru satu bulan ini masuk Sekolah karena keinginan sendiri yang merasa dirinya sudah pantas masuk Sekolah padahal umur masih kacil.
Sebagai orang yang menyayangi Zio hanya bisa menuruti saja selama itu demi kebaikan Zio dan tidak lupa penjaga yang selalu siaga menjaga Zio dari jarak jauh maupun dekat.
"Zio mau beli buku aja." Jika kebanyakan anak kecil akan suka meminta di belikan ice cream atau mainan maka beda dengan Zio yang lebih suka membeli buku pelajaran buat di rumah nanti.
Zio suka belajar bukan berarti tidak punya teman, Zio punya banyak teman baik di Sekolah atau di rumah hanya saja Zio punya waktu bermain sama teman temannya nanti jadi tidak akan menggangu waktu belajar.
"Ya sudah sekarang kita ke toko buku ok tampan." Inilah kehidupan yang di lalui mereka setiap hari, Zio yang selalu aktif serta banyak bicara tidak membuat sepi saat berada di rumah nanti.
Di rumah Zio juga ada anak asisten rumah tangga yang suka bermain kesana saat siang hari, walau umur mereka beda jauh tapi bagi Zio tidak masalah dan mereka juga sangat menyukai Zio.
Mereka datang kesana tidak ada yang melarang termasuk pemilik rumah itu hanya saja dengan syarat tidak boleh membawa Zio keluar dari area rumah walau hanya sampai gerbang besar.
"Zio mau buku ini, ini and ini aja." Memilih buku yang di rasa perlu buat belajar dan tidak lupa buku mewarnai sesuai dengan usia Zio.
Dengan kecerdasan yang di miliki Zio dia bisa mengimbangi pemikiran anak anaknya serta kadang berfikir dewasa.
" Ambil mana yang Zio suka ok." Tidak pernah melarang apa yang sudah menjadi pilihan Zio, sebab selama ini apa yang menjadi pilihan Zio selalu berguna nanti buat dia.
Setelah merasa cukup kini tinggal membayar buku yang sudah di pilih Zio ke kasir, selesai membayar mereka masuk mobil karena tadi Sekolah Zio dekat sama toko buku itu hanya bersebelahan saja.
"Zio lapar." Memegang perut sambil menampilkan wajah menggemaskan layak anak anak pada umumnya.
"Sekarang kita makan ya, mau makan apa Zio?" Waktu sudah masuk waktu makan siang pantas saja Zio merasa lapar.
Apa lagi melihat wajah menggemaskan Zio yang siapa saja tidak akan kuasa menolak wajah imut itu.
"Zio mau makan di tempat kakek kaca mata." Zio akan minta makan di tempat yang dia suka kalau gadis ini sudah bertanya mau makan apa maka Zio bisa memilih makan dimana.
Tidak lama kemudian mereka sampai di tempat yang di sebukan Zio yaitu KFC yang di bilangnya sebagai kakek kaca mata.
Walau bebas memilih makan di mana tapi Zio tidak pernah lupa akan makan nasi terlebih dahulu baru makan menu yang lain.
"Zio di sini aja jangan kemana mana ya,mozi ke toilet dulu okey." Mengusap sayang kepala Zio sebelum meninggalkan sendirian di sana sambil makan.
"Siap mozi." Mengajar tangan sambil hormat seperti upacara bendera lalu melanjutkan makan.
Zio makan dengan lahap tidak peduli sama sekitar yang sesekali melihat ke arah dia yang duduk sendiri saja tanpa ada orang dewasa yang menemani.
"Hy tampan sendiri aja? boleh duduk di sini?" Izin seseorang yang lagi menunggu pesanan makanannya yang lagi di bungkus.
"No, Zio ngak sendiri ada mozi lagi ke toilet." Jawab Zio sambil makan.
Orang yang duduk di depan Zio mengkerutkan keningnya saat mendengar nama yang di sebutkan anak itu, mozi nama yang cukup aneh di telinga tapi tidak bertanya lebih juga mungkin itu nama panggilan sayang saja.
"Uncle makan ayam kakek kaca mata juga ya?" Suasana makan siang di sana sangat rame semua meja terisi penuh sama pengunjung maka laki laki itu menghampiri anak kecil yang lagi makan sendiri saja.
" Iya kebetulan uncle lewat sini tadi jadi sekalian mampir juga, nama kamu siapa tampan kalau boleh uncle tau?" Anak kecil yang cukup menarik buat dia, entah mengapa sejak pertama masuk kesana perhatian dia sudah terpaku sama ketampanan yang di miliki anak kecil itu.
"Panggil aku Zio uncle jangan tampan terus, hanya mozi yang boleh panggil aku tampan." Mengerucutkan bibirnya kesal karena baginya cuma mozi seorang yang boleh memanggil dia tampan tapi tidak buat orang lain.
"Oh maaf Zio, kan uncle tadi belum tau nama Zio." Mengacak gemas rambut Zio tapi langsung dapat penolakan Zio juga
" No uncle,cuma mozi yang boleh pegang kepala Zio." Sungguh anak yang menarik buat dia, selama ini cuma dia Zio anak kecil yang tidak suka kepala dia di pegang orang lain selain orang tuanya.
Daya tarik ini memiliki keunikan tersendiri bagi dia, tidak mau di bilang tampan padahal kenyataan memang sangat tampan buat anak seusia Zio hanya saja dia tidak mau berinteraksi lebih sama orang baru.
"Maafin uncle ya Zio, uncle pamit dulu lain kali kita pasti bertemu lagi." Meninggalkan Zio sendiri karena makanan yang dia pesan sudah siap.
"Anak yang menarik, sungguh pintar orang tuanya mendidik dia buat menjaga diri dari orang baru." Pergi dari tempat itu setelah mendapat pesanannya.
"Sorry Zio mozi lama tadi antri bentar." Duduk di samping Zio yang masih makan dan ikutan makan juga karena juga sudah lapar.
Di luar tepatnya di halaman tempat itu seseorang memperhatikan dua orang yang lagi makan dengan lahap.
" Cantik." Setelah mengucapkan kata itu dia langsung beneran pergi dari sana sebab masih ada kerjaan yang belum selesai.
Zio sama mozinya masih makan dengan lahapnya tidak terganggu sama sekali sama pasang mata yang memperhatikan mereka berdua yang lagi makan.
"Mozi tadi ada uncle yang duduk di sini terus dia bilang."***
\=\=\=\=\=
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Wiek Soen
lanjut thor
2021-02-24
0